Path kehilangan popularitas di Indonesia?

Faisal Bosnia Ahmad

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Path kehilangan popularitas di Indonesia?
Setahun pasca akuisisi oleh Daum Kakao, Path semakin terpuruk

JAKARTA, Indonesia — Jika akuisisi Path oleh Daum Kakao pada 29 Mei 2015 dimaksudkan untuk membawa angin segar kepada media sosial yang sedang terpuruk ini, tampaknya rencana tersebut tidak berjalan lancar. 

Justru, setahun setelah diambil alih, aplikasi ini perlahan namun pasti bergerak menuju ambang kepunahan.

Kita ambil contoh perkembangan Path di negara tempat mereka memiliki basis pengguna terbesar: Indonesia. 

Mengacu pada data AppAnnie, Path bertengger di urutan 16 aplikasi paling populer di Play Store Indonesia terhitung pada 29 Mei 2014. Tepat satu tahun kemudian—pada saat aplikasi besutan startup Amerika Serikat ini diakuisisi oleh raksasa dari Korea Selatan—Path terjerumus ke posisi 27. Kini, mereka terjerembab ke posisi 57.

Dari sekian faktor yang ada, urutan aplikasi di Google Play mempertimbangkan beberapa faktor seperti: 

  • Jumlah unduhan
  • Penilaian pengguna 
  • Penghapusan aplikasi oleh pengguna

Sebagai perbandingan, WhatsApp duduk di posisi kelima, Facebook di posisi ketiga, dan BlackBerry Messenger menghuni tempat kedua. (Saat ini posisi puncak ditempati oleh game mobile berjudul Tahu Bulat, yang berhasil menancapkan popularitasnya selama satu bulan ke belakang.)

Meski terjerembap ke posisi bawah, namun perusahaan ini tetap optimis. Juru bicara Path menegaskan bahwa Path sudah kembali ke jalur yang benar dengan mengatakan basis pengguna mereka semakin bertumbuh.

“Sejak berlalunya masa transisi, basis pengguna kami tumbuh secara signifikan,” kata juru bicara Path kepada Tech in Asia, namun ia menolak membeberkan jumlah penggunanya.

Ia mengatakan kalau Path juga mendulang popularitas di luar Indonesia. “Kami dengan gembira mengumumkan bahwa aplikasi kami juga mengalami pertumbuhan berarti di negara lain,” ujarnya.

Namun, data berkata lain. 

Di peringkat global AppAnnie untuk aplikasi gratis di Play Store, Path hanya muncul di jajaran 100 aplikasi paling populer di satu negara—dan negara tersebut adalah Indonesia. Di Saudi Arabia, Path termasuk ke dalam jajaran 500 aplikasi paling populer. Selebihnya, tak ada yang dapat mereka banggakan. 

Path bernasib sedikit lebih baik di iPhone. Meski urutannya di iTunes Store naik turun, paling tidak Path berada di jajaran 1.000 aplikasi paling populer di 15 negara.

Pengguna loyal tanpa kehadiran pengguna baru?

Daum Kakao mengelola Path lewat anak perusahaan mereka, dan saat ini mereka sedang mengembangkan fitur baru untuk aplikasi ini.

“Usaha-usaha [kami] dapat dilihat dalam beberapa pembaruan terkini aplikasi kami, seperti integrasi pesan instan, UX yang lebih baik untuk Android, streaming video, menandai teman untuk menambah keseruan percakapan, [dan] aplikasi yang lebih stabil,” kata juru bicara Path kepada Tech in Asia.

Path didirikan di California oleh Dave Morin pada penghujung 2010 dan aplikasi ini mengundang antusiasme yang dianggap sebagai alternatif sederhana untuk Facebook. Dua tahun sejak saat itu, aplikasi ini sempat berjaya, sebelum akhirnya mereka memasuki masa-masa sulit.

Survei informal yang dilakukan Tech in Asia terhadap sepuluh pengguna Path di Indonesia mengonfirmasi sesuatu. Menurut responden, pembaruan fitur teranyar sejak diambil alih Daum menjadikan aplikasi ini lebih baik.

Mereka telah menggunakan Path selama satu tahun, sebagian lainnya bahkan lebih lama lagi. Mereka mengaku membuka Path secara berkala, namun mereka cenderung lebih aktif di sosial media dan aplikasi pesan instan lain seperti WhatsApp, Facebook, dan LINE.

Jika Path gagal menjaring pengguna baru, khususnya di Android, tempat di mana platform ini menjadi yang paling dominan dan paling cepat pertumbuhannya di Asia Tenggara, bukan tak mungkin aplikasi ini akan semakin kehilangan pangsa pasar potensial mereka. —Rappler.com

Artikel ini sebelumnya diterbitkan di Tech in Asia

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!