Kroasia vs Portugal: Misi ulangi memori Piala Dunia 1998

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kroasia vs Portugal: Misi ulangi memori Piala Dunia 1998
Tak ada lagi Kroasia yang "easy come, easy go".

JAKARTA, Indonesia – Ada sebuah era di mana dunia olahraga dikejutkan dengan atlet-atlet dari Kroasia. Pada Piala Dunia 1998, Davor Suker dan kawan-kawan mengancam perburuan gelar negara-negara mapan.

Di ajang turnamen 4 tahunan itu, Kroasia lolos dari fase grup dan terus melaju. Kiprah mereka terhenti di tangan Perancis di babak semi final. Kroasia akhirnya menjadi juara ketiga setelah mengalahkan Belanda kemudian Perancis bablas menjadi juara.

Kejutan yang sama juga ditorehkan atlet Kroasia di lapangan tenis. Tak tanggung-tanggung, Iva Majoli mengejutkan fans tenis dunia saat menjuarai salah satu grand slam, Perancis Terbuka 1997.

Namun, setelah itu, Kroasia tak mampu lagi berbicara banyak. Mereka langsung menghilang. Karena itu, banyak yang melabeli Kroasia dengan guyonan yang cukup mengganggu: easy come, easy go.

Sindiran itu terutama sekali dialamatkan pada sepak bola Kroasia. Sebab, di ajang tenis mereka mampu terus menjaga nama negaranya di level grand slam, empat kejuaraan tenis paling bergengsi.

Ivanisevic menjuarai Wimbledon 2001 sedangkan Marin Cilic juara Amerika Serikat Terbuka 2014 lalu. Rentangnya mungkin cukup jauh. Tapi kini, Kroasia total mengoleksi 3 kemenangan grand slam.

Sementara, sepak bola Kroasia kini mulai menemukan kembali kebangkitannya. Era Davor Suker yang cepat hilang sudah berganti dengan era Ivan Rakitic, Ivan Perisic, Luka Modric, Mateo Kovacic, Mari Mandzukic, hingga Andrej Kramaric.

Kroasia sudah kembali ke levelnya di sepak bola. Mereka mampu lolos dari grup yang berisi tim-tim tangguh. Bahkan pasukan Ante Cacic itu keluar sebagai juara grup setelah menyingkirkan juara bertahan Spanyol 2-1.

Tak salah jika banyak yang menganggap tim berjuluk Vatreni itu bakal menjadi kuda hitam Euro 2016.

Melawan Portugal pada Minggu, 26 Juni, pukul 02.00 WIB dini hari di Stadion Bollaert-Delelis, Lens, sebagai lawan di 16 besar, pasukan Kroasia dituntut mengulangi performa yang sama saat melibas Spanyol.

Apalagi, Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan bahkan belum pernah sekalipun meraih kemenangan di Euro 2016. Mereka lolos ke ronde kedua Piala Eropa hanya berbekal 3 hasil imbang.

Sayang, di laga ini, dua pemain Kroasia masih diragukan tampil. Mereka adalah Luka Modric dan bomber Mario Mandzukic. Tapi, bukan berarti Kroasia kurang talenta.

Posisi ujung tombak yang ditinggalkan Mandzukic bisa digantikan striker Fiorentina Nikola Kalinic. Di Serie A, pemain 28 tahun itu sudah mencetak 12 gol.

Gawang Spanyol terbukti sudah menjadi korban Kalinic saat dia ikut menyumbang satu dari dua gol ke gawang David De Gea.

Posisi sebagai gelandang bertahan bisa diisi Milan Baelj dan Marko Rog. Duet dua pemain itu terbukti mampu meredam Cesc Fabregas dan Andres Iniesta.

Lagi pula, absennya Modric dan Mandzukic itu terbukti tak mengganggu penampilan Kroasia. Mereka mampu mengalahkan Spanyol 2-1 justru tanpa bantuan dua pemain tersebut.

Cacic mengatakan, anak asuhnya belum puas dengan hanya sekadar lolos ke 16 besar. Mereka ingin terus melaju sejauh mungkin. Mereka berada dalam kesadaran yang sama untuk mengulangi kiprah para legenda di Piala Dunia 1998.

Apalagi, Euro 2016 kali ini digelar di negara yang sama: Perancis.

“Sejak sekian lama, kami akhirnya bisa kembali merasakan atmosfer kebersamaan seperti ini di Kroasia. Semua orang melihat kami di televisi. Semuanya merasakan perjuangan kami,” katanya seperti dikutip UEFA.com

Portugal dominan, Kroasia efisien

Meski Portugal belum pernah menang di Euro 2016, Cacic harus tetap mewaspadai pasukan Fernando Santos tersebut. Mereka bisa menjadi tim yang sangat agresif saat dalam situasi sulit. Itu terbukti ketika mereka bermain imbang 3-3 melawan Austria.

Selain itu, meski saat melawan Austria mereka bermain sangat direct dan menyerang balik dengan cepat, Portugal sejatinya lebih suka bermain ball possession. Itu terbukti dari statistik penguasaan mereka termasuk terbanyak kedua bersama Spanyol (61 persen).

Persentase penguasaan bola tim-tim Euro 2016. Sumber: UEFA.com

Mereka juga memiliki akurasi umpan yang tinggi. Para pemain Portugal adalah pengumpan paling akurat nomor 4 di Euro 2016 dengan level akurasi 89 persen. Mereka berada di bawah Spanyol (93 persen), Jerman (91 persen), dan Swiss (91 persen).

Akurasi umpan tim-tim Euro 2016: Sumber: UEFA.com

“Mereka adalah tim dengan talenta individu terbaik. Mereka memang tidak mengesankan di fase grup. Tapi mereka sebenarnya bermain sangat bagus. Ingat, Portugal selalu bermain dominan dan menciptakan banyak peluang,” kata Cacic.

Portugal memang menciptakan banyak peluang. Sepanjang ronde pertama Euro 2016, mereka sudah melepas 28 tembakan. Sebanyak 22 di antaranya on target.

Bandingkan dengan Kroasia yang melepas 26 tembakan (16 tembakan on target).

Total upaya (tembakan) yang dilakukan tim-tim Euro 2016. Sumber: UEFA.com

Tapi, Cacic boleh bertepuk dada. Sebab, meski tak banyak menghajar lawan dengan tembakan, Kroasia lebih produktif. Mereka sudah mencetak 5 gol. Persentase konversi gol mereka jelas jauh lebih tinggi daripada Portugal yang hanya mencetak 4 gol dari 28 upaya.

Namun, pelatih Portugal Fernando Santos tidak sepakat dengan pandangan tersebut. Menurut dia, statistik tak bisa menjelaskan keseluruhan performa.

“Statistik tak berarti apa-apa. Yang jelas, dua tim kuat ini akan saling bertarung. Pertandingan akan sangat ketat tapi kami yakin bisa mengatasi mereka,” kata Santos.

Salah satu masalah Portugal hingga terseok-seok di fase grup adalah pilihan pemain. Mereka tak banyak memiliki pilihan. Ricardo Carvalho yang sudah 38 tahun dipaksa untuk kembali mengawal pertahanan.

Trio Nani, Ronaldo, dan Ricardo Quaresma tak bisa diutak-atik lagi karena memang tidak ada yang lain.

Padahal, permainan Ronaldo jelas mudah dibaca kubu Kroasia. Sebab, di kubu mereka sudah ada sang “informan”: Luka Modric. Modric adalah rekan setim Ronaldo di Real Madrid.

Situasi semakin menguntungkan bagi Kroasia karena mereka memiliki waktu istirahat lebih banyak. Kroasia kali terakhir bermain pada Selasa, 21 Juni lalu. Sedangkan Portugal pada Rabu, 22 Juni.

“Ya, itu memang sangat menguntungkan mereka. Mau bagaimana lagi? Nasi sudah menjadi bubur,” kata Santos.—Rappler.com

BACA JUGA:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!