Tembus babak final Euro 2016, Portugal ulangi memori 2004

JAKARTA, Indonesia — Portugal akhirnya mampu menembus final Euro 2016. Mereka mengalahkan Wales 2-0 di Stade des Lumieres, Lyon, Kamis, 7 Juli. 

Dua gol Seleccao das Quinas tersebut dicetak Cristiano Ronaldo di menit ke-50. Hanya berselang tiga menit kemudian Nani menggandakan keunggulan pasukan Fernando Santos.

Ronaldo mencetak gol melalui sundulan setelah menyambut umpan tendangan pojok. Pemain Real Madrid tersebut juga ikut andil pada gol kedua. Umpan yang dia kirim ke depan gawang Wayne Hennessey membuat Nani dengan mudah menceploskan bola ke gawang The Dragons—julukan Wales.

Dalam pertandingan tersebut, Wales sejatinya lebih banyak menguasai bola dengan persentase 54 persen. Namun, mereka tak banyak memiliki peluang.

Di awal laga, Portugal juga kesulitan menembus pertahanan Ashley Williams dan kawan-kawan. Namun, tim asuhan Chris Coleman akhirnya tak berdaya juga dengan ketajaman lini depan Portugal yang digawangi Renato Sanchez.

Pemain belia tersebut terus bergerak di semua wilayah serangan Portugal. Pergerakannya membuat Nani dan Ronaldo fokus untuk mencari ruang di kotak terlarang Wales.  

Kemenangan tersebut adalah kemenangan perdana yang diraih Portugal melalui waktu normal. Sebelumnya, mereka tiga kali bermain seri di fase grup. 

Di 16 besar, mereka menang atas Kroasia di babak extra time. Begitu juga saat menang atas Polandia di perempat final. Ronaldo dan kawan-kawan menang melalui adu penalti.

Hasil tersebut membuat Portugal mencatatkan partisipasi di final Euro sebanyak dua kali. 

Sebelumnya, saat mereka menjadi tuan rumah Euro pada 2004, Portugal juga menembus partai puncak. Sayang, gelar yang sudah di depan mata itu kandas di tangan Yunani. Mereka kalah dengan skor 0-1.

Di kesempatan kedua ini, apakah mereka bisa memanfaatkannya? Kejelasan siapa lawan mereka masih harus menunggu hasil bentrok antara Jerman dan Perancis, Jumat 8 Juli dini hari.—Rappler.com

BACA JUGA:

• Hasil lengkap UEFA Euro 2016
• Prediksi Euro 2016: Stabilitas Jerman melawan tradisi Perancis