Awkarin: Ketika nestapa remaja menjelma jadi meme nasional

Nadia Vetta Hamid

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Awkarin: Ketika nestapa remaja menjelma jadi meme nasional
'Apakah anak-anak zaman sekarang cepat dewasa atau saya yang terlalu nyaman dengan video-video kucing di YouTube?'

Sejak bergabung dengan Rappler Indonesia sebagai social media producer, otomatis saya harus selalu mengikuti perkembangan di dunia maya. Setiap hari, setiap saat, saya akan mantengin trending topic di internet, khususnya di Twitter dan Facebook. Mungkin karena saja kerajinan mengamati “kegilaan” dunia maya, saya bisa menulis mengenai fenomena komedi di Indonesia yang menyudutkan perempuan.

Terakhir kali saya menulis tentang penghuni internet adalah ketika saya mengernyitkan dahi sampai keriput saat menonton film Modus. Sampai-sampai salah satu editor saya berseloroh kalau beat saya di Rappler sebenarnya adalah YouTubers/stand-up comedian.

Nah, akhir-akhir ini Awkarin ramai dibicarakan di media sosial, mungkin kamu sudah lelah juga setiap mendengar namanya disebut. Awalnya saya clueless, Pokemon macam apa si Awkarin ini. Ternyata dia adalah nama alias dari Karin Novilda, vlogger panutan dedek-dedek masa kini yang mengawali karir(?)nya di ask.fm.

Bagi yang enggak tahu apa itu ask.fm: Tempat di mana “ababil” (abege labil) anonim ngepoin ababil lainnya.

Sekilas saya kepoin semua media sosialnya si Awkarin ini. Wah, kaya blog Tumblr aesthetic berjalan. Definisi dari gaya-gaya swag bernuansa pastel kekinian. Ditambah dengan sekelebat daun ganja di beberapa foto, entah anaknya suka nyimeng atau enggak, tapi yang penting keliatan keren. Sesekali ada tulisan, “Sex! Smoking! The thug life choose (sic) me!”

Suatu malam ketika saya bersiap-siap menyelesaikan pekerjaan, tiba-tiba nama Awkarin nongol di trending topic Twitter. Jiwa kepo yang sudah tertanam sejak kuliah ini tiba-tiba bangkit kembali. Ternyata, semua orang sedang ngomongin vlog-nya yang terbaru. OMG, Awkarin putus sama Gaga!

Siapa itu Gaga? Apakah dia semacam kaleng sarden? Saya salah besar, ternyata Gaga Muhammad adalah remaja eksis ask.fm yang merupakan pacar (sekarang sudah mantan tentunya) Awkarin dan mereka putus setelah pacaran 5 bulan! Oh, tidak! Inikah akhir dari #relationshipgoals?

Selain itu: Gaga enggak jadi dibelikan drone oleh Awkarin!

Saat itu saya merasa mungkin ini kesempatan yang baik untuk lebih mengenal sosok Awkarin. Lalu saya segera meluncur ke TKP. Video diawali dengan Awkarin yang mau beli kue ulang tahun untuk Gaga. Lalu saya fast forward ke bagian-bagian yang ada super (tulisan-tulisan yang overlay di atas video).

Jujur, saya nontonnya sambil ngakak, terutama di bagian:

Screen shot dari YouTube

Sebenarnya karena enggak nyangka di tengah video surprise ulang tahun yang seharusnya jadi bittersweet, tiba-tiba ada kompatibilitas antara Cancer dan Sagitarius. Dari yang saya baca, kayaknya kalau kedua bintang tersebut disatukan, jadinya agak susah ya. Mungkin yang satu lebih suka settle down, yang satu lagi sukanya berkelana dan bertualang seperti Dora dan tas ranselnya.

Reaksi saya menonton video tersebut kurang lebih sama dengan Firgiawan Ramaulana di bawah ini:

Apakah anak-anak zaman sekarang cepat dewasa atau saya yang terlalu nyaman dengan video-video kucing di Youtube? Kalau kamu berminat, silakan tonton salah satu video favorit saya di sini:

Di-judge: Sebuah konsekuensi dari oversharing

Apakah gaya hidup yang Awkarin tampilkan di semua kanal media sosialnya membuat saya enggak nyaman? Mungkin iya. Tapi, saya tidak memiliki kapasitas untuk ngejudge pilihan hidupnya. Khawatir sama dedek-dedek kita yang mengidolakan dia ya wajar, namun untuk ngejudge kehidupan dia, ya terserah kamu sajalah.

We all f*cked up many times in life. Masalahnya gimana cara kita menyikapi itu semua dan belajar dari kesalahan yang sudah terlanjur diperbuat. Sayangnya, karena emosi Dik Awkarin yang mungkin juga belum stabil malah mendorongnya untuk mempublikasikan sesuatu yang sangat pribadi ke ranah publik.

Dari yang sebelumnya sudah sering dihujat karena postingannya yang “berani”, eh video yang satu ini malah memunculkan perdebatan yang lebih banyak lagi. Sudah terlalu banyak blog maupun artikel tentang vlog Awkarin yang saya baca, ujung-ujungnya jadi debat antara: “Ya, memang pergaulan anak zaman sekarang itu mengkhawatirkan, kok” dan “Mbak, saya rasa tulisan Anda bagus namun kok terdengar judgmental, ya?”

Tentunya, kita semua dulu pernah berusia 17–18 tahun. Waktu saya seumur Awkarin, saya juga termasuk remaja yang oversharing, meskipun enggak bikin vlog. Belum zaman, soalnya. Saya mencurahkan semua kegalauan saya sama cowok yang saya taksir dari jauh di blog yang sudah saya hapus. Mengapa dihapus? Agar semua orang enggak menemukan jejak kenistaan saya semasa SMA.

Syukur-syukur yang baca hanya geng gaul di sekolah saya saja, enggak sampai skala kotamadya, apalagi nasional seperti Awkarin. Itu saja sudah cukup membuat saya malu, gimana kalau se-Indonesia bisa baca perasaan saya yang “deg-degan karena si Anu melirik saya ketika minum es teh manis di kelas Geografi”?

Ya sudahlah, semoga vlog Awkarin yang termasyhur itu bisa menjadi introspeksi bagi kita semua: kita semua sebagai netizen, dedek-dedek penggemar selebriti internet, insan-insan yang eksis di media sosial, hingga bagi para orangtua.

Ingatlah, enggak semua yang kamu lihat di internet itu nyata, apalagi untuk ditiru. Namanya media, ya bisa dipakai untuk menciptakan suatu persona yang mungkin di kehidupan nyata jauh berbeda dari yang ditampilkan di internet. Semua yang kamu unggah ke internet menjadi tanggung jawab kamu.

Kalau kamu mau mengunggah foto ciuman sama pacar sambil merokok dan minum tuak sekaligus (wah, memang mulutnya muat?) ya silakan, tapi tanggung sendiri konsekuensinya. Diomongin orang iya, dapat banyak penyakit juga iya — kalau ketahuan orangtua, bisa-bisa smartphone kamu ditarik dan disuruh pakai handphone yang ringtone-nya aja polyphonic.

Pesan saya untuk Dik Awkarin sih… Diperbaiki dulu, ya, tatanan bahasa Indonesianya.

Harusnya ‘di situ’! Kan imbuhan yang menunjukkan tempat!

Namun, saya perlu bersyukur curhatan saya dulu itu tidak menginspirasi sebuah lagu rap yang sekilas terdengar seperti lagunya G-Dragon (this is dope, by the way):

Roda itu berputar. —Rappler.com

Nadia Vetta Hamid adalah social media producer untuk Rappler Indonesia. Penggemar berat cappuccino dan terkadang suka begadang untuk nonton FC Bayern München ditemani kucingnya. Nadia bisa disapa di @nadiavetta.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!