Tokyo memilih gubernur perempuan pertamanya, ini yang kamu harus tahu

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Tokyo memilih gubernur perempuan pertamanya, ini yang kamu harus tahu

EPA

Tokyo baru saja memilih gubernur perempuan pertamanya, Yuriko Koike. Apa saja tantangan yang akan dihadapi perempuan 64 tahun ini di tengah dunia politik Jepang yang dominan laki-laki?

JAKARTA, Indonesia — Tokyo baru saja memiliki gubernur perempuan pertamanya pada Minggu, 31 Juli. Berdasarkan hasil hitung cepat dari media lokal, Yuriko Koike mendapatkan suara terbanyak.

Perempuan berusia 64 tahun ini akan memimpin ibu kota Jepang yang berpenduduk lebih dari 13 juta orang itu dengan setumpuk tugas yang menantinya.

Berikut hal-hal yang kamu perlu tahu tentang Koike:

Serba pertama

Sebelum menjadi gubernur perempuan pertama, Koike juga pernah menjadi Menteri Pertahanan Jepang. Ia menjadi perempuan pertama yang menduduki posisi tersebut.

Pencapaian ini luar biasa mengingat Jepang adalah negara yang sangat patriarkis, di mana posisi penting dipegang oleh lelaki. Koike berjanji untuk mengubah kondisi tersebut lewat kemenangannya ini.

“Saya berjanji membuat kebijakan yang memperbaiki kondisi perempuan di sini,” kata Koike seperti dilansir dari Japan Times.

Pertama, ia akan mengatasi salah satu masalah lama di kota metropolitan itu, yaitu kurangnya tempat penitipan anak untuk mempermudah perempuan bekerja. Tak hanya itu, Koike juga akan memperbaiki Tokyo menjadi lebih layak tinggal bagi kaum lainnya, termasuk orang lanjut usia (lansia) dan difabel.

“Balai Kota [Tokyo] akan menjadi tempat berbeda yang tak pernah kalian lihat sebelumnya,” kata Koike.

Tanpa dukungan partai

Koike maju sebagai calon gubernur tanpa dukungan dari Partai Liberal Demokrat. Meski demikian, ia berhasil mengungguli saingannya, Shuntaro Torigoe, dan gubernur petahana, Hiroya Masuda, dengan suara lebih dari 700 ribu.

Selama masa kampanye, Koike juga tak bergantung dengan orang lain. Simbolnya adalah warna hijau, yang menggambarkan kesegaran, dan diikuti oleh pendukungnya.

Kantor berita NHK melaporkan kalau ia memperoleh basis dukungan besar dari kalangan independen dan partai dominan.

Olimpiade Tokyo 2020

Salah satu tugas pertama untuk Koike adalah terbang ke Rio de Janeiro, Brasil, sebagai perwakilan kota tempat Olimpiade selanjutnya diselenggarakan. Setelah Olimpiade Rio 2016, Olimpiade selanjutnya akan digelar di Tokyo pada 2020.

Persiapan untuk gelaran 4 tahun ke depan tengah dirundung masalah. Biaya yang dibutuhkan untuk konstruksi diperkirakan 3 kali lebih besar dari anggaran yang disiapkan yakni US$ 7,14 miliar.

Selain itu, stadion utama tempat pertandingan juga mengalami kendala konstruksi, yang memperpanjang waktu selesainya. Logo Olimpiade Tokyo juga harus diubah lantaran tuduhan plagiarisme.

Koike berjanji akan langsung menginvestigasi masalah anggaran untuk memastikan kelancaran persiapan.

Komentar seksis

Seperti yang sudah diduga, kemenangan Koike memunculkan banyak komentar seksis dari lawan-lawannya.

“Pengkhianat”, “Riasan terlalu tebal”, “Berpakaian seperti wanita tetapi seorang laki-laki ganas”, adalah beberapa di antara hujatan yang dilontarkan padanya.

Komentar-komentar seperti ini merupakan yang terburuk sepanjang sejarah kampanye pejabat di Jepang.

Salah satunya datang dari Shintaro Ishihara, ketua dari Partai Demokratik Liberal, yang mengatakan: “Kita tidak bisa memercayakan Tokyo di tangan seorang perempuan dengan riasan tebal.”

Para pendukung Koike merasa sangat tersinggung dan jijik dengan serangan seksis ini. Namun, Koike yang telah menghabiskan puluhan tahun dalam politik Jepang yang dipadati kaum Adam, hanya tertawa. “Saya sudah biasa,” kata dia.—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!