SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
BALI, Indonesia – Tiga Menteri Pertahanan akhirnya kembali bertemu usai pertemuan sebelumnya yang direncanakan dilakukan di Kuala Lumpur tanggal 21 Juli batal terlaksana. Pertemuan kali ini digelar di Bali pada tanggal 1 dan 2 Agustus di Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC).
Ketiga Menteri Pertahanan yakni Ryamizard Ryacudu dari Indonesia, Hishammuddin Tun Hussein dari Malaysia dan Delfin N Lorenzana asal Filipina telah membahas langkah-langkah lanjutan agar bisa mengimplementasikan patroli wilayah perairan bersama. Topik yang dibahas antara lain hasil pertemuan staf militer ketiga negara di bidang intelijen dan operasi serta Kerangka Pengaturan (FoA) yang sudah diteken pada tanggal 14 Juli di Kelompok Kerja Bersama (JWG) ketiga. Salah satu poin di dalam FoA adalah Standar Operasi Prosedur (SOP) patroli maritim trilateral.
Ketiga Menhan juga saling bertukar pandangan mengenai situasi keamanan maritim yang menjadi perhatian bersama. Dalam sesi itu, Ryamizard menegaskan pentingnya realisasi implementasi kerja sama trilateral dalam bentuk kerja sama praktis lapangan secara terkoordinasi.
“Kerja sama tersebut bermanfaat untuk menghadapi tantangan keamanan perairan perbatasan yang dewasa ini mulai marak terganggu,” ujar Ryamizard pada Selasa, 2 Agustus.
Dengan adanya patroli bersama ini bisa menjadi langkah pencegahan terhadap berbagai tindak kejahatan seperti terorisme, kejahatan lintas negara, perdagangan manusia, pengungsi dan perdagangan narkoba. Ryamizard turut mengusulkan adanya latihan bersama baik di laut maupun di darat, pembentukan posko militer bersama untuk mempermudah mekanisme koordinasi, distribusi informasi dan intelijen serta perlunya mengeluarkan deklarasi bersama bagi dimulainya implementasi kerja sama di lapangan.
Ryamizard berharap dengan adanya patroli bersama dapat mengatasi masalah keamanan di wilayah maritim yang menjadi perhatian ketiga negara.
Tak bisa hanya andalkan patroli bersama
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Bina Nusantara, Tirta Mursitama sebelumnya pernah menyampaikan kepada Rappler melalui pesan pendek isu keamanan di wilayah perairan Sulu tidak akan bisa dipecahkan hanya dengan mengandalkan patroli bersama tiga negara.
Menurutnya, penting juga untuk melakukan pendekatan sosial, religi dan kesejahteraan.
“Pendekatan sosial, religi dan kemasyarakatan itu kita mencari akar masalah yang tumbuh di masyarakat termasuk soal agama. Adakah persoalan penyebaran agama Islam menjadi isu di sini?” kata Tirta
Isu keamanan di wilayah perairan Sulu berakar dari permasalahan domestik Pemerintah Filipina yang melebar menjadi isu regional di kawasan Asia Tenggara.
“Secara domestik, harus ada kemauan politik untuk membangun kawasan selatan Filipina dan harus direalisasikan oleh Presiden baru. Sedangkan, secara regional, ASEAN harus berusaha membangun daerah perbatasan bersama-sama, sehingga keamanan atau kesejahteraan menjadi tanggung jawab bersama,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Ketua Jurusan Hubungan Internasional itu. – Rappler.com
BACA JUGA:
- Hasil pertemuan trilateral: Tiga negara sepakat lakukan patroli perairan bersama
- Kelompok Abu Sayyaf pernah coba rekrut sandera Indonesia
- Indonesia tolak tuntutan Abu Sayyaf untuk bayar uang tebusan
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.