Manfaat ASI tidak hanya untuk bayi, tetapi juga ibu

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Manfaat ASI tidak hanya untuk bayi, tetapi juga ibu
Jika para ibu mengetahui bahwa menyusui juga bermanfaat bagi kesehatan mereka, mereka yang mengalami masalah menyusui tidak akan mudah menyerah

BANDUNG, Indonesia – Kalau anda berpikir pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif hanya bermanfaat bagi bayi, anda perlu berpikir lagi.

Menurut Fatimah Berliana Monika Purba, duta La Leche League (LLL) Indonesia dan Konselor Menyusui, menyusui memberikan manfaat kesehatan fisik dan psikologis bagi sang ibu baik dalam jangka pendek maupun panjang seperti mengurangi pendarahan setelah persalinan, mempercepat bentuk rahim kembali ke keadaan sebelum hamil karena hisapan bayi menstimulasi kontraksi rahim.

Menyusui juga mengurangi resiko terkena kanker payudara dan kanker indung telur (ovarium) karena menekan produksi hormon estrogen. Seperti diketahui bahwa kelebihan hormon estrogen memegang peranan penting dalam perkembangan kanker payudara dan  kanker indung telur.

Menyusui juga bermanfaat mengurangi resiko terkena penyakit lainnya, seperti diabetes atau kencing manis tipe 2, keropos tulang atau osteoporosis, rheumatoid arthritis, tekanan darah tinggi, dan anemia defisiensi besi.

Selain itu, menyusui merupakan metoda KB yang paling aman dan memiliki efektifitas sebesar 98 persen bila ibu menyusui eksklusif selama 6 bulan dan apabila ibu belum mendapatkan datang bulan yang pertama kali setelah nifas.

Bagi yang kuatir berat badannya tidak kembali normal setelah melahirkan, menyusui adalah cara yang efektif untuk mengurangi resiko kegemukan (obesitas) dan  lebih cepat mengembalikan berat badan seperti sebelum hamil.

Menyusui juga bisa mengurangi stress dan kegelisahan. Menghisap dan sentuhan skin to skin dengan bayi membuat badan ibu melepaskan hormon yang membuat Ibu tenang dan rileks.

Juga mengurangi kemungkinan ibu menelantarkan anak dan mengurangi 4,8 kali tindakan kekerasan ibu pada anak.

“Jika para ibu mengetahui bahwa menyusui juga bermanfaat bagi kesehatan dirinya, mungkin para Ibu yang mengalami berbagai tantangan atau masalah menyusui tidak akan mudah menyerah dan segera berhenti menyusui,”  tutur penulis buku Buku Pintar ASI & Menyusui ini. 

Kenyataannya, banyak ibu yang memutuskan tidak menyusui atau berhenti menyusui anak sebelum waktunya dengan alasan ASI tidak keluar atau sedikit.  Beberapa ibu juga mengaku tidak bisa menyusui karena kondisi payudaranya.  Padahal menurut Monika, Allah telah melengkapi tubuh Ibu dan mempersiapkan tubuh ibu untuk menyusui, bahkan mengeluarkan ASI sejak ibu masih hamil.

“Hanya 1 dari 1.000 atau hanya 0,1 persen ibu yang menderita penyakit atau kelainan anatomi payudara sehingga tidak dapat memproduksi ASI dengan normal,” kata Monik.

Data itu, diungkapkan Monika berdasarkan penelitian  Nancy Mohrbacher, seorang ahli laktasi dunia yang juga merupakan salah seorang Leader La Leche League (LLL) International. 

Dalam bukunya The Breastfeeding Answer Book, Nancy menyatakan kegagalan memproduksi ASI karena penyakit ibu atau hal lain sangat kecil atau 0,1 persen saja dan penyakit tersebut salah satunya adalah Hypoplasia, yakni jaringan pembentuk payudara tidak berkembang secara sempurna serta tidak memiliki jaringan kelenjar pembuat ASI yang mencukupi.

Angka ASIA eksklusif rendah

Sayangnya, banyak ibu yang tidak memahami manfaat ASI, baik bagi dirinya, maupun si bayi.

 

Data World Health Organization menunjukkan rata-rata angka pemberian ASI eksklusif di dunia hanya 38 persen.  Selain minimnya dukungan, hal itu juga disebabkan masih kurangnya pemahaman ibu tentang pentingnya ASI.  Ditambah lagi, gencarnya iklan dan promosi dari para produsen susu formula di semua lini hingga di fasilitas kesehatan serta kuatnya mitos yang turun temurun beredar di masyarakat.

Monik menjelaskan bayi sudah pasti membutuhkan ASI sebagai makanan pertamanya, dan tidak bisa digantikan oleh susu formula selengkap apapun komposisinya.

“ASI adalah cairan emas (gold liquid) di mana setiap tetesnya sangat berharga. ASI memberikan nutrisi terbaik yang dibutuhkan bayi. ASI juga merupakan ‘cairan hidup’ yang setiap waktunya komposisinya berubah mengikuti kebutuhan bayi. Dimulai dari ASI pertama atau kolostrum sampai ASI matang yang juga setiap menitnya berubah dari Foremilk yang tinggi laktosa sampai Hindmilk yang kaya lemak,” kata Monik.

“Kandungan ASI mudah dicerna dan diserap dengan baik oleh tubuh bayi. Tidak ada susu formula manapun yang dapat menyamai kandungan ASI dan memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sesuai perkembangan usianya,” 

Monik menambahkan ASI berperan penting dalam meningkatkan kesehatan bayi, bahkan UNICEF menyatakan ASI menyelamatkan jiwa bayi terutama di negara-negara berkembang yang keadaan ekonominya sulit, kondisi sanitasi buruk, dan sulit mendapatkan air yang bersih.  Dalam kondisi seperti itu, pemberian susu formula justru menyumbang resiko terbesar akan kondisi malnutrisi dan penyakit-penyakit seperti diare, akibat penyiapan dan pemberian susu formula yang tidak higienis.

Dalam laporan WHO juga disebutkan bahwa hampir 90 persen kematian balita terjadi di negara berkembang dan lebih dari 40 persen kematian disebabkan diare dan infeksi saluran pernapasan akut, yang dapat dicegah dengan ASI eksklusif.

 Karena pentingnya ASI bagi bayi sejak lahir, ASI merupakan Standar Emas Pemberian Makanan Bayi dan  Anak (PMBA) di mana tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah bayi lahir selama minimal 1 jam

2. Hanya memberikan ASI sampai bayi berusia enam bulan (ASI eksklusif)

3. Memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) mulai usia enam bulan (bersama dengan ASI)

4. Menyusui/Pemberian ASI dilanjutkan sampai anak berusia 24 bulan atau lebih

Pada proses tumbuh kembang bayi, pemberian ASI juga dapat melindungi atau mengurangi resiko dari berbagai penyakit lainnya seperti pneumonia (radang paru), sepsis, asma, rhinitis alergi, kanker , diabetes, otitis media (penyakit infeksi tengah), ROP (retinopathy of prematurity), NEC (Necrotizing Enterocolitis), celiac disease, obesitas, penyakit jantung dan pembuluh darah, dan penyakit-penyakit lainnya. 

 Bayi yang menyusui langsung akan terbantu perkembangan gigi dan rahangnya serta dapat terhindar dari kerusakan gigi seperti tooth decay dan maloklusi. Menyusui langsung juga terbukti mengurangi resiko SIDS (Sudden Infant Death Syndrome) sebanyak 50 persen.

 “Menyusui langsung, skin to skin contact yang dimulai sejak IMD menciptakan kedekatan (bonding) dengan Ibu, membantu perkembangan psikomotor dan sosial yang lebih baik,” ujar Monik.

Bagi bayi yang tidak diberi ASI tapi susu formula, kata Monik, bisa berisiko mengalami alergi karena sebagian bayi memiliki alergi protein susu hewani. Selain itu, terdapat pula resiko kontaminasi bakteri seperti kasus E. Sakazakii.   Penyiapan hingga penggunaan air yang tidak higienis turut pula menyumbang resiko bayi menderita penyakit pada saluran pencernaan terutama diare.

 Manajemen ASI bagi ibu kekerja

Kegagalan menyusui seringkali pula disebabkan oleh kembalinya si ibu bekerja. Padahal, kata Monik, bekerja bukan alasan untuk berhenti menyusui.  Ada cara yang bisa dilakukan si ibu dengan menyimpan ASI perah.  Ibu perlu mempelajari berbagai hal mengenai manajemen ASI perah sebelum meninggalkan bayi untuk bekerja.  Menurut Monik, manajemen ASI perah meliputi; 

  1. Mempelajari teknik memerah dengan tangan (Hand Expression) yang baik sebagai kunci pengosongan payudara lebih optimal saat Ibu tidak bersama dengan bayi
  2. Mempelajari berbagai jenis alat pompa (Breast pump / BP) dan disesuaikan dengan kebutuhan serta kemampuan finansial Ibu
  3. Mengatur jauh-jauh hari jadwal memerah , tempat memerah serta durasi memerah di waktu bekerja
  4. Memilih wadah ASI perah yang baik
  5. Memahami daya tahan penyimpanan ASI perah di berbagai jenis alat pendingin
  6. Memahami dan mengajarkan pengasuh bagaimana menyiapkan ASI perah dan menghangatkannya sebelum diberikan kepada Ibu. Teknik penyiapan & menyiapkan yang tidak tepat dapat merusak kandungan ASI perah.
  7. Mengajarkan pengasuh cara memberikan ASI perah dengan media selain botol dot.

Saat diperah ASI bisa dimasukan dalam wadah, seperti botol kaca atau plastik yang bebas Bisphenol-A (BPA).  ASI perah (ASIP) memiliki daya tahan yang berbeda tergantung proses penyimpanannya. ASI yang baru saja diperah dapat bertahan dalam suhu ruang (27-32 derajat celcius) hingga 4 jam. Jika disimpan dalam cooler bag/box dengan kantong es, ASIP dapat bertahan hingga 24 jam. ASIP yang disimpan dalam lemari pendingin  dapat bertahan hingga 3 hari. Sementara jika disimpan dalam freezerdi kulkas satu pintu, ASIP tahan hingga 2 minggu dan di kulkas dua pintuASIP dapat bertahan hingga 6 bulan.

Sebelum diberikan ke bayi, ASIP dihangatkan dulu dengan cara ditempatkan terlebih dahulu dalam mangkok berisi air hangat.  Hindari merebus wadah berisi ASIP atau memanaskannya di dalam microwave karena dapat merusak kandungan vitamin di dalamnya dan akan terasa panas bagi mulut bayi. 

Berikan ASIP menggunakan cangkir khusus atau cup feeder, atau bisa juga menggunakan sendok khusus.  Sebaiknya hindari menggunakan dot karena akan menyebabkan bingung puting atau bayi kesulitan menyusu langsung ke ibu karena terbiasa dengan dot. – Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!