restaurants in Metro Manila

Pengalaman pertama Olimpiade Riau Ega: Ada menang, ada kalah

Jennifer Sidharta

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Pengalaman pertama Olimpiade Riau Ega: Ada menang, ada kalah
Cerita Riau Ega, atlet yang mengalahkan pemanah nomor satu di dunia pada Olimpiade Rio 2016

JAKARTA, Indonesia – Riau Ega Agatha, yang mewakili Indonesia di cabang olahraga panahan di Olimpiade Rio 2016, urung meraih medali bagi Merah Putih.

Namanya semakin melambung saat ia mengalahkan atlet panahan nomor satu di dunia, Kim Woo-jin, di babak 32 besar.

“Waktu tahu kalau bakal ketemu nomor satu, kalau menang sekali ya biasa aja, cuma ya enggak bisa bohong kalau benar-benar nervous. Udah tidur enggak pernah nyenyak [selama di Rio], terus ketemu nomor satu di awal-awa, jadi rasanya enggak karu-karuan,” kata Riau Ega kepada Rappler ketika ia sudah kembali ke Indonesia dari perhelatan di Kota Rio de Janeiro, Brasil.

(BACA: Riau Ega memupus mimpi medali emas Kim Woo Jin

Ia pun berdoa, “Kalau memang jalannya saya akan menang, tunjukkan jalannya. Kalau memang harus berhenti di sini, kuatkan hati hamba. Tapi hamba akan berjuang dahulu untuk menang.” 

“Dan pas mau tanding tangan saya gemetar semua, sampai harus saya pukul-pukul biar berhenti, dan akhirnya saya menang,” tutur pria yang dari kecil menyukai olahraga bulu tangkis, bahkan sempat ingin menjadi atlet bulu tangkis ini. 

Namun, di ronde berikutnya, langkah Riau Ega dihentikan atlet Italia peraih medali perak Olimpiade Beijing 2008 dan emas Olimpiade London 2012, Mauro Nespoli.

Atlet asal Blitar, Jawa Timur ini pun merasa kecewa. 

“Kecewa karena tidak bisa lanjut lagi. Tapi, ya, harus menerima. Sebenarnya waktu lawan nomor satu [Kim Woo-jin] juga skor saya enggak bagus. Biasa-biasa aja. Cuma nomor satunya yang mungkin lagi enggak enak,” ujarnya.

“Tapi ya namanya pertandingan, ada menang ada kalah. Kita berharap setengah mati kalau belum rejeki, ya enggak bakal bisa dapat. Jadi ambil pelajarannya saja dan kembali lagi jadi atlet yang lebih kuat lagi,” ucapnya.

“Ya, namanya pertandingan ada menang. ada kalah. Kita berharap setengah mati kalau belum rezeki, ya, enggak bakal bisa dapat.”

Mimpi dari dulu

“Bisa ikut Olimpiade udah jadi mimpi dari dulu,” kata Ega, yang akhirnya mewujudkan mimpi itu di Rio 2016. 

“Benar-benar setengah mati bisa dapat tiket Olimpiade, tekanannya juga begitu luar biasa. Dimulai dari saya dapat tiket individu dan pelatih mendorong saya dan tim putra untuk bisa menambah dua tiket lagi sehingga kita bisa berangkat full tim untuk putra,” kata Riau Ega, yang bersama Hendra Purnama dan Muhammad Wijaya akhirnya mewakili Indonesia dalam panahan beregu putra di Rio 2016. 

“Saya menyadari dengan hasil itu kami memberi harapan kepada semua pelatih dan pengurus untuk bisa mendapatkan medali emas di Olimpiade. Bahagia, karena akhirnya penantian lama, akhirnya bisa berangkat ke Rio, optimis dengan hasil terakhir kita bisa mendapatkan medali,” ujarnya. 

“Kita berangkat dengan percaya diri, saya ingin memberikan hasil yang maksimal dan mempersembahkan medali untuk pengurus dan juga untuk Indonesia. Tapi ternyata Tuhan belum memberikan medali itu kepada kami di Rio kemarin,” urainya.  

Kenangan di Olimpiade

Kenangan paling berkesan bagi Riau Ega selama mengikuti Olimpiade Rio 2016 ternyata bukan saat mengalahkan pemanah nomor satu di dunia itu.

“Bisa berdiri di shooting line Olimpiade dan merasakan suasana pertandingannya,” tutur Riau Ega tentang hal yang paling berkesan baginya. 

Ia pun menjelaskan, “Saya sama pemanah lain sebenarnya selalu bertemu di World Cup sirkuit, tapi waktu di Olimpiade kemarin seperti ada sesuatu yang beda. Tekanannya lebih hebat dibanding saat di World Cup, jadi untuk saya, keadaaan itu bisa menjadi sesuatu yang bagus untuk belajar lebih baik lagi ke depannya.” 

 

foto: https://www.instagram.com/p/BI_7kQcjVJt/?taken-by=rapplerid 

Sang atlet panahan yang 25 November tahun ini berulang tahun ke-25 menyatakan ia dan atlet panahan lain telah mempersiapkan diri dengan baik, tetapi karena belum rezekinya mereka urung meraih medali.

“Saya dan kawan-kawan harapannya, ya, bisa mendapat medali. Tapi ternyata masih disuruh latihan lebih keras lagi sama yang di atas,” ujarnya. 

Setiap Senin sampai Sabtu, selama 5 hingga 8 jam per hari Riau Ega dan atlet panahan Indonesia berlatih. Mereka juga latihan imajinasi alias latihan memanah tetapi dalam pikiran. 

Target berikutnya

Menurutnya, atlet panahan Indonesia perlu berlatih lebih giat dan memperbaiki mental bertanding demi mencapai prestasi yang semakin bagus.

“Mentalnya lebih diasah lagi supaya bisa lebih tenang lagi,” kata pria yang gemar bermain gitar ini.

Kini Riau Ega berlatih demi meraih emas, khususnya karena sebentar lagi ajang Pekan Olahraga Nasional akan berlangsung pada September mendatang. 

Ega juga bertekad meraih medali di SEA Games 2017, Asian Games 2018, serta Olimpiade Tokyo 2020. 

“Sebagai seorang atlet saya akan terus berpestasi selama saya masih mampu, dan goal saya adalah emas Olimpiade, karena itu impian saya dari dulu,” kata Riau Ega. 

Atlet panahan berperingkat 22 di dunia ini menambahkan, “Semoga masyarakat selalu men-support dan mendoakan yang terbaik. Semoga ke depannya kami para atlet, khususnya panahan bisa memberikan prestasi tertinggi dan kebanggaan untuk Indonesia. 

“Dan untuk olahraga panahan semoga setelah Olimpiade Rio 2016 kami bisa menjadi lebih kuat lagi di tahun-tahun yang akan datang, dan kami mampu untuk bersaing di skala internasional,” katanya. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!