Piala AFF U-19: Kalah dari Myanmar, harapan Indonesia bergantung di 4 laga sisa

Mahmud Alexander

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Walau kalah di laga perdana, tetapi pelatih Edu tidak kecewa. Dia justru merasa puas dengan performa pemain-pemainnya, karena dianggap menunjukkan kepercayaan diri dan fighting spirit tinggi

Eduard Tjong memimpin pasukan Garuda Jaya sebelum laga melawan Myanmar di Piala AFF U-19 2016 di Hanoi, Vietnam. Foto: Media Officer Timnas Indonesia.

JAKARTA, Indonesia – Timnas U-19 gagal mendapatkan poin setelah blunder ‎Satria Tama. Mereka pun kalah 2-3 dari Timnas Myanmar dalam laga Piala AFF U-19 di Hanoi, Vietnam, Senin, 12 September di Vietnam Youth Center. Empat laga tersisa.

Perjuangan Garuda Jaya untuk lolos dari grup B pun semakin berat. Sebab, selain Myanmar, lawan lain di grup cukup berat. Mereka adalah Thailand, Australia, Kamboja, dan Laos. Dua nama yang pertama disebut bakal sangat menyulitkan Indonesia. 

Dalam laga melawan Myanmar, Timnas U-19 tertinggal dua kali. Mereka memang mampu menyamakan kedudukan, tapi saat ketinggalan untuk ketiga kalinya, Dewi Fortuna tak lagi bersama skuat polesan pelatih Eduard Tjong tersebut.

Pada babak pertama, mental skuat Timnas U-19 layak diacungi jempol. Sebab, mereka mampu tampil tetap tenang, sabar, dan percaya diri bermain, dan menahan bola meski posisi tertinggal.

Karena itu, peluang matang bisa mereka ciptakan untuk menjadi gol. ‎Sayang gol blunder kiper pengganti, Satria Tama, pada menit ke-57, membuat skuat Garuda harus kalah 2-3. 

‎‎Indonesia awalnya sempat kebobolan lebih dulu pada menit ke-11 setelah Aung Kaung Mann berhasil memanafaatkan kemelut dari corner kick. Pada ‎menit ke-16, Garuda Jaya sukses menyamakan kedudukan 1-1 setelah Pandi Lestaluhu mencatatkan namanya di papan skor.

Saat skor ketat, kesialan datang kepada Timnas Indonesia. Kiper andalan Muhammad Riyandi mengalami sobek di bawah matanya yang membuat dia harus ditarik keluar menit ke-24.

Muhammad Riyandi, kiper timnas U-19, mengalami sobek di bawah mata. Foto: Media Officer Timnas

Perubahan itu benar-benar berimbas terhadap lini belakang. Satria ternyata tak siap dan masih grogi, mentalnya belum cukup bagus tampil dalam laga ketat. Dia harus kebobolan pada menit ke-27 via Zwe Thet Paing.

Beruntung, jelang laga babak pertama usai, Sandi Pratama menjebol gawang Myanmar pada menit ke-44. Skor 2-2 bertahan sampai turun minum. 

Pada babak kedua, Indonesia nyaris unggul setelah Dimas Drajad mendapatkan peluang di depan gawang pada menit ke-48. Tapi, tendangannya masih bisa diamankan penjaga gawang Myanmar.

Mental penjaga gawang benar-benar terlihat tak siap dalam laga ketat ini saat antisipasi yang buruk, berujung blunder terjadi pada menit ke-57. Tendangan Shwe Ko yang tak berbahaya, ternyata terlepas dari pelukannya dan masuk ke dalam gawang sendiri.

Setelah gol blunder itu, semangat Timnas memang tak turun. Tapi serangan-serangan yang dibangun Timnas mentah dan banyak terburu-buru. Ketenangan dan kesabaran tak banyak terlihat seperti di babak pertama.

Kekalahan ini ternyata tak membuat Edu–panggilan Eduard Tjong–kecewa. Dia justru merasa puas dengan performa pemain-pemainnya, ‎karena dianggap menunjukkan kepercayaan diri dan fighting spirit tinggi.

Meski kalah secara permainan, (tapi) saya puas. Babak kedua banyak peluang. Pemain punya pede, kecepatan, fighting spirit oke.  Saya senang banget dengan perjuangan mereka, saya apresiasi pemain,” katanya melalui pesan singkat usai laga.

Peluang belum tertutup 

Sebelum bertanding, tim sempat bersama-sama menunaikan Salat Idul Adha di masjid setempat. Foto: Media Officer Timnas

Dengan kekalahan ini, target poin tak tercapai. Otomatis, harus ada perubahan target untuk bisa lolos. Empat laga tersisa, skuat Garuda Jaya harus memantapkan diri dan mengincar kemenangan di semua laga tersisa.

‎”Masih ada empat laga. Masih ada peluang. Kita harus lebih fokus. Selanjutnya lawan Thailand, kita tahu mereka berat tapi kita bisa,” papar Edu.

Terkait blunder penjaga gawang, Edu terlihat biasa saja dan tak menyalahkan pemainnya. Baginya, kesalahan pemain itu manusiawi. Dengan begitu, pemain melakukan kesalahan tak mendapatkan hukuman.

“Untuk lawan Thailand, kita koreksi pertahanan. Satria, saya rasa hal itu manusiawi, sekelas Dino Zoff (legenda timnas Italia) aja pernah blunder,” paparnya. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!