‘Pinky Promise’: Mendalami kisah perjuangan perempuan melawan kanker payudara

Amelia Stephanie

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

‘Pinky Promise’: Mendalami kisah perjuangan perempuan melawan kanker payudara
Agni Pratistha dan Dhea Seto rela mencukur habis rambut mereka demi berperan di film ini

JAKARTA, Indonesia – “Sebuah film tentang perjuangan perempuan, semoga bisa menjadi tontonan yang menarik dan membuat orang mengerti tentang breast cancer,” kata Guntur Soeharjanto, sang sutradara saat gala premiere film Pinky Promise di XXI Plaza Senayan, Rabu, 5 Oktober.

Terinspirasi dari kisah nyata ibu dari penulis Gina S. Noer, kisah ini juga diterbitkan dalam bentuk novel.

“Membuat film ini adalah salah satu ‘perjalanan’ personal untuk saya karena membahas tentang para penyintas kanker payudara dan salah satu yang terdekat adalah ibu saya,” kata Gina.

Dimulai dari perpisahan

Berawal dari perpisahan Tika (Agni Pratistha) dengan tunangannya, dia merasa putus asa dan kehilangan sesuatu yang paling berarti dan paling ia percaya dalam hidupnya.

Namun di tengah keputus asaanya mengalami gagal cinta, dia baru mengetahui kalau tantenya, Anind (Ira Maya Sopha), merupakan penderita kanker payudara dan telah kehilangan payudaranya. Pada titik tersebut Tika disadarkan kalau kehilangan kekasihnya itu bukanlah apa-apa.

Lewat Rumah Pink yang didirikan oleh Anind, para pejuang kanker payudara pun berkumpul dan saling memberikan dukungan satu sama lain. Dari sinilah, tante Anind dan Tika bertemu dengan Baby (Alexandra Gottardo), Vina (Dhea Ananda) dan Ken (Dhea Seto) yang juga merupakan penderita kanker payudara.

Waktu berjalan, sejak sepeninggalan Anind, Tika pun mulai merasa kehilangan motivasi meneruskan Rumah Pink yang saat itu sudah menjadi tempat naungan para penderita kanker payudara.

Dia merasa semua percuma dan tidak berarti baginya. Namun dengan dukungan sahabat-sahabatnya, Baby, Vina dan Ken, Tika kembali menemukan semangatnya.

Lika-liku perjuangan pun dimulai yang di lengkapi dengan kisah persahabatan dan janji kebersamaan untuk saling mendukung satu sama lain.

“Kami ingin mengangkat bahwa sebuah persahabatan sangat penting di dalam sebuah kehidupan. Hidup akan terasa hampa kalau kita tidak punya sahabat di dunia ini,” kata Wailan Menayang Routinsulu, produser film Pinky Promise.

Film ini juga mengajarkan kita untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah, bukannya menghindar. Seperti kanker, masalah yang ada dalam hidup ini bisa menyebar dan membesar jika tidak diatasi.

“Saya berharap ketika menonton dan keluar dari bioskop, mereka berpikir bahwa apa pun tantangan hidup yang dialami, setiap orang harus bisa kuat dalam menghadapinya, agar hidup dapat berguna dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain khususnya orang-orang yang dicintai,” kata Agni Pratistha.

Adegan mencukur rambut

Salah satu hal menarik yang ada di dalam film adalah penjiwaan dari para pemain dalam berperan yang dapat membangun suasana seakan itu nyata.

Agni dan Dhea Seto pun tidak enggan untuk mencukur habis rambut mereka agar dapat benar-benar merasakan emosi yang dalam dan dapat merasakan apa yang di hadapi oleh para penderita kanker payudara serta menunjukkan solidaritas.

“Itu suatu tantangan buat aku untuk mendalami karakter aku sebagai Ken. Setelah dibotakin, aku merasakan karakter Ken di mana aku harus survive,” kata Dhea Seto.

Dhea mengaku memang agak berat awalnya kehilangan rambutnya, namun nyatanya hal itu dapat membuat dia memiliki emosi yang mendalam dan menguasai peran dengan baik.

“Adegan itu sangat emosional buat saya dan Dhea Seto,” kata Agni.

Sedangkan Dhea Ananda, Ira Maya Sopha dan Alexandra Gottardo memilih untuk tidak mencukur rambut mereka dengan beberapa alasan, seperti alasan keluarga.

Mengajak peduli

Perjuangan para pejuang kanker payudara yang di gambarkan dalam film seakan mengajak masyarakat untuk mulai peduli. Karena kanker payudara dapat menyerang siapa saja, perempuan maupun laki-laki, tanpa memandang usia.

Pemain, sutradara dan pendukung film 'Pinky Promise' saat menggelar press conference di XXI Plaza Senayan, Rabu, 5 Oktober 2016. Foto oleh Amelia Stephanie/Rappler.com.

Film yang membawa pesan yang penting ini juga diselipi dengan humor-humor kecil yang menghibur. MP Pro mengatakan kalau film ini tidak hanya bertujuan menghibur (entertainment) tetapi sekaligus mendidik (edukatif) masyarakat yang dibalut dalam drama.

Kedepannya, MP Pro juga berencana untuk menghasilkan film-film yang bersifat edutainment (edukatif dan entertainment) kembali.

Pinky Promise bisa disaksikan di bioskop mulai 13 Oktober mendatang.-Rappler.com.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!