Surat terbuka untuk Morrissey

Deri Lesmana

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Surat terbuka untuk Morrissey
Seorang penggemar berat Morrissey menuangkan kekecewaannya usai menyaksikan konser sang idola, Rabu, 12 Oktober lalu

JAKARTA, Indonesia – Konser Morrissey Live in Jakarta yang digelar di GBK Sports Complex, Senayan, Jakarta, Rabu, 12 Oktober ternyata meninggalkan sesal dan kecewa bagi sebagian besar penggemar fanatik sang bintang.

Konser berjalan lancar dan sesuai ekspektasi penonton hingga Morrissey balik badan dan tidak kembali lagi ke panggung untuk menampilkan encore.

Ratusan penonton di GBK Sports Complex, Senayan, Jakarta Selatan, pada Rabu malam, 12 Oktober, dibuat terheran-heran. Tak sedikit dari mereka yang menyuarakan kekecewaannya terhadap vokalis asal Manchester, Inggris, itu.

Deri Lesmana, seorang penggemar sejati Morrissey yang sudah lama menantikan hari pertunjukan sang idola pun merasa kecewa usai menyaksikan penampilan Morrissey.

Kekecewaan Deri dituliskannya dalam bentuk surat terbuka yang ditujukan pada Morrissey di bawah ini.

Moz, terima kasih untuk kesediaan kamu menggelar konser di Jakarta. Jika saya bilang 12 Oktober 2016 malam akan saya kenang seumur hidup, apa kamu percaya? Kalau kamu tidak percaya saat ini, akankah kamu percaya suatu hari nanti?.

Sungguh saya ingin mengenang malam itu sebagai sesuatu yang indah. Jauh sebelum kamu benar-benar bernyanyi di depan saya, saya sudah menginginkan hal itu. Namun saya tidak bisa, saya tidak bisa, Moz. Malam itu tidak indah dan saya, sampai kapan pun, akan selalu gagal mengenangnya sebagai sesuatu yang indah.

Bukan karena kamu tidak bernyanyi sepenuh hati (apa kamu benar-benar bernyanyi sepenuh hati?). Bukan karena kamu tidak memberi kami encore. Bukan karena kamu pergi begitu saja. Bukan. Namun karena apapun yang mungkin membuat kamu melakukan itu semua. Jika sesuatu memang telah melukai perasaanmu, itu telah melukai perasaan saya juga.

Hati saya merasakan sakit yang aneh, Moz. Sakit yang sumbernya terletak di tengah kerinduan-yang-terbayar, kecewa, dan marah. Soal marah, ini marah atas apa atau siapa pun yang membuatmu marah. Maukah kamu bercerita, Moz?.

Apakah Jakarta-sekarang bukan kota yang menyenangkanmu?. Apakah karena konser tidak memuaskanmu?. Apakah penyelenggara tidak merealisasikan permintaanmu.? Apakah kami, pecintamu, telah melukai hatimu dengan melanggar peraturan konser?. Apakah kamu merasa pesan-pesanmu tentang hak hidup hewan tidak didengar?. Atau apakah saya yang berjinjit dan menunjuk ke arah kamu saat teriak-nyanyi “…get your self back to the Ghetto”?.

Apakah kamu melihat terlalu banyak orang memegang gawai saat kamu bernyanyi?. Apakah kamu melihat orang merokok tepat di depanmu?. Apakah kamu sama seperti saya, berpikir bahwa beberapa pecintamu hanyalah hipster yang dangkal hatinya—yang hadir di Senayan hanya sebagai bentuk dari ke-FOMO-an mereka?.

Semua pertanyaan itu lahir karena saya ingin tahu, Moz, benar-benar ingin tahu apa atau siapa yang mengganggumu. Berceritalah, Moz, setidaknya agar saya tahu apa atau siapa yang harus saya benci. Bahkan jika itu saya…jika itu saya.

Bagaimana pun, Moz, kamu harus tahu beberapa hal. Ada yang hanya menangis selama kamu bernyanyi. Ada yang mengikuti peraturan konser dengan baik. Ada yang sangat mengharapkan kamu untuk kembali-naik setelah Meat is Murder, bukan untuk encore, tetapi untuk perpisahan yang baik. Perpisahan yang dilengkapi aba-aba…perpisahan yang memberi waktu bersiap untuk bersedih.

Karena ini semua bukan lagi soal konser dan lagu-lagu, bukan hubungan artis dan penggemar. Tentu semua ini tidak sesederhana itu lagi…

Ada yang telah menunggu kamu bertahun-tahun. Ada yang berdiri mengantri berjam-jam dan menerimanya dengan suka cita sebab itu hanya penantian kecil. Ada yang menyimpan gawainya sejak memasuki arena konser dan menikmatimu dengan sungguh—sebab keberadaanmu lebih penting dari pada update media sosial!

Saya tidak tahu ada berapa orang yang begitu, Moz. Namun setidaknya, ada satu, yakni saya. Setidaknya, ada sepuluh orang lagi—mereka yang berdiri di kanan-kiri-depan-belakang saya. Setidaknya, saya melihat banyak yang begitu, Moz. Mereka adalah orang-orang yang mencintaimu dan mungkin merasakan sakit yang aneh pula malam itu.

Ada yang telah menjadi vegan karena kamu, Moz!

Saya pribadi hanya berharap kamu bisa bercerita, Moz, sekali lagi. Itu akan baik untuk saya, juga untuk mereka yang mungkin telah mengganggumu. Sudikah kamu untuk membuat kami belajar dari semua ini? Kamu mungkin tidak akan menyesal atas apa yang kamu lakukan dan katakan, tetapi pecintamu di Indonesia akan menyesal seumur hidup…

…jika malam itu adalah kesalahan kami.

Moz, saya rasa itu dulu. Akhirnya, sekali lagi, saya berterima kasih karena kamu berkenan menggelar konser di Jakarta. Itu terima kasih yang kecil; terima kasih yang besar untuk kesediaanmu untuk hidup lebih lama, menulis puisi, menciptakan musik…menyuarakan segala yang tertahan di leher orang banyak.

Saya mencintai kamu, Moz, dengan sepenuh hati saya. Apapun yang terjadi, saya mencintai kamu…dan sehatlah karena saya bukan satu-satunya orang yang mencintai kamu.

Dengan cinta,

Deri Lesmana. Poor twisted and ugly child.-Rappler.com.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!