Benarkah Filipina akan memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat?

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Benarkah Filipina akan memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat?

AFP

Presiden Duterte mengklarifikasi tidak akan memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat, karena kepentingan di antara kedua negara terlalu penting untuk diputuskan

JAKARTA, Indonesia – Presiden Filipina, Rodrigo Duterte selalu berhasil membuat kejutan bagi publik. Dalam kunjungan kenegaraan selama 4 hari di Tiongkok, Duterte mengumumkan untuk berpisah dengan Amerika Serikat tidak hanya di bidang militer, tetapi juga ekonomi.

Publik pun terkejut ketika mendengar pernyataan Duterte yang dilontarkan pada Kamis, 20 Oktober itu. Namun, belum habis keterkejutan publik, Duterte mengklarifikasi kalimat itu begitu tiba di Davao hari ini.

“Itu bukan pemutusan hubungan. Aksi tersebut ditandai dengan pemutusan hubungan secara diplomatik. Saya tidak bisa melakukan itu, mengapa? Karena kebijakan tersebut memiliki kepentingan yang sangat tinggi bagi negara kami. Mengapa? Karena ada banyak warga Filipina di AS, warga Amerika pun juga banyak yang menjadi nenek moyang warga Filipina,” kata Duterte pada Sabtu, 22 Oktober di Davao.

Lalu, apa maksudnya kata “pemisahan” yang disampaikan dua hari lalu? Duterte berdalih kata tersebut hanya bermakna mengambil jalan yang berbeda terkait kebijakan luar negeri dari kekuatan negara-negara barat.

“Pemisahan kebijakan luar negeri Filipina, itu kebijakan yang tak perlu meniru Amerika Serikat. Itu yang sesungguhnya saya maksud. Pemisahan hanya untuk mencari jalan lain melakukan kebijakan tersebut,” kata mantan Walikota Davao itu.

Dia menjelaskan, di masa lalu dan hingga dia menjadi Presiden, Filipina selalu mengikuti apa pun isyarat yang diberikan oleh AS.

“Apa pun isyarat yang disampaikan oleh AS, kita ada di sana dan kita ikuti (kemauan mereka). Kita selalu mengikuti (kemauan mereka), tapi saya tidak akan mengikutinya,” ujarnya lagi.

Ketika ditanya, apakah perusahaan Amerika harus khawatir mengenai aspek pemisahan ekonomi, Duterte malah menjawab kekhawatirannya justru jika perusahaan itu tidak angkat dari Filipina, maka pemerintah harus memaksa mereka untuk keluar.

“Itu kekhawatiran saya,” katanya.

Ditanya lebih jauh mengenai kata ‘pemisahan’ itu dapat berdampak pada kesepakatan pertahanan dengan AS seperti EDCA (Kesepakatan Kerja Sama Pertahanan yang lebih luas), Duterte mengatakan ‘mungkin saja’. Tetapi, dia akan berkonsultasi lebih dulu dengan pemimpin militer di negaranya mengenai kesepakatan itu.

“Saya harus berkonsultasi dengan militer, polisi dan semua orang karena pada akhirnya, kebijakan ini menyangkut keamanan,” tutur dia.

Ditanya mengenai harapannya untuk meningkatkan hubungan dengan Tiongkok dan Rusia, Duterte menjawab mungkin saja kebijakan akan direalisasikan dalam bentuk ‘aliansi militer’ atau sebuah ‘blok ekonomi’.

Amerika Serikat akan minta klarifikasi

Duterte mengumumkan kata ‘perpisahan’ itu ketika tengah menyampaikan pidato di Forum Investasi dan Perdagangan Filipina-Tiongkok. Di hadapan para pejabat berwenang dan pengusaha di forum itu, Duterte mengatakan “jika kalian memiliki permasalahan ekonomi yang lain di negara saya, silahkan disampaikan. Saya terpisah dari mereka, jadi saya akan bergantung lebih banyak kepada kalian dalam jangka waktu yang lama”.

Duterte juga mengatakan Amerika telah hilang dan Filipina telah menyesuaikan diri dengan perubahan ideologi.

“Dan mungkin saya akan juga beralih ke Rusia dan berbicara dengan (Presiden Vladimir) Putin dan mengatakan kepada dia akan ada tiga kekuatan besar melawan dunia: Tiongkok, Filipina dan Rusia. Itu satu-satunya cara,” kata Duterte lagi.

Filipina selama ini selalu dianggap menjadi sekutu yang sangat penting bagi AS dan sekutu yang setia di kawasan Asia. Negara kepulauan itu menjadi sebuah kunci penting bagi kebijakan Presiden Barack Obama di kawasan. Tetapi, sejak Duterte dilantik menjadi Presiden, dia melakukan perubahan kebijakan luar negeri yang drastis dan kerap membuat Negeri Paman Sam terkejut.

Juru bicara Departemen Luar Negeri, John Kirby mengatakan pada Kamis kemarin AS akan mencari klarifikasi dari Filipina mengenai pernyataan ‘perpisahan’ itu.

“Tidak jelas bagi kami apa yang sebenarnya makna dari pernyataan itu,” ujar Kirby.

Dia juga menyampaikan beberapa negara Asia mulai gelisah mengenai Duterte yang kerap mengkritik negara-negara barat yang dianggap ikut campur urusan dalam negeri Filipina. AS secara tegas menyerukan agar administrasi pemerintahan Duterte menghentikan aksi pembunuhan di luar proses peradilan yang telah menelan ribuan nyawa manusia.

“Bukan AS saja yang terkejut dengan pernyataan retoris itu. Kami juga mendengar dari beberapa teman dan mitra kami di kawasan yang juga bingung dengan arah kebijakan ini,” kata Kirby.

Sementara, Duterte kembali melontarkan omelannya pada hari ini kepada AS. Dia mengatakan tidak akan pernah berkunjung ke Negeri Paman Sam.

“Tidak akan pernah,” kata Duterte yang secara bersamaan memuji Presiden Putin dan kesepakatan miliaran dollar yang berhasil diteken saat berkunjung ke Tiongkok. – dengan laporan AFP/Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!