Berkah penggabungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan: Siti Nurbaya

Handoko Nikodemus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Berkah penggabungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan: Siti Nurbaya
Isu lingkungan akan menjadi lebih besar dengan hadirnya kehutanan akibat penggabungan kedua kementerian ini.

 

 

JAKARTA, Indonesia — Seminggu setelah ditunjuk oleh Presiden Joko “Jokowi” Widodo sebagai Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar langsung sibuk bolak-balik antara kantor Kementerian Lingkungan Hidup di Kebon Nanas, Jakarta Timur, dan kantor Kementerian Kehutanan di Senayan, Jakarta Pusat. Mengapa?

Karena kedua kementerian ini dilebur oleh Jokowi sehingga Siti Nurbaya mempunyai beban berat mengonsolidasi kedua kementerian tersebut. Namun ternyata kesibukan beliau karena peleburan kedua kementerian tersebut dianggap sebagai berkah.

“Karena Kementerian Kehutanan kita kan sarat politik, baik politik bisnis maupun politik kekuasaan. Dia punya sosok sendiri. Sementara Kementerian Lingkungan Hidup kita sosoknya teknokratik yang cuma ngurusin pencemaran dan amdal [analisis dampak lingkungan],” ujarnya beberapa waktu lalu di kantornya di Kementerian Kehutanan.

Dengan disatukannya kedua kementerian ini, maka isu lingkungan menjadi lebih besar dengan hadirnya kehutanan di dalamnya, tambah perempuan Betawi dari ibu berdarah Lampung kelahiran 28 Agustus 1956 ini. (BACA: 8 perempuan di Kabinet Jokowi)

“Sebaliknya, kalau kita liat lembaganya, Kementerian Lingkungan Hidup yang selama ini kelihatan kecil volumenya dan satuan organisasinya terlihat kecil dan sangat teknis, itu tertarik oleh popularitas politiknya jajaran kehutanan,” ungkapnya.

Oleh karena itu, Siti mengaku bahwa dia telah mengatakan ke jajaran Eselon I baik di Kementerian Kehutanan maupun di Kementerian Lingkungan Hidup untuk berpersepsi positif atas peleburan kedua kementerian ini.

Dia juga mengaku bahwa penggabungan ini tidak serta merta membuat beban kerjanya menjadi terlalu banyak karena dia dibantu oleh jajaran Eselon I di bawahnya.

Galakkan kampanye publik

Selain memimpin konsolidasi kedua kementerian ini, Siti Nurbaya mengungkapkan bahwa prioritasnya ke depan adalah penggalakkan kampanye publik karena ia percaya bahwa hal tersebutlah yang masih sangat kurang.

Menurutnya masalah-masalah lingkungan yang marak akhir-akhir ini seperti banjir dan kebakaran hutan lebih disebabkan oleh kurangnya pembinaan masyarakat.

“Banyak langkah yang sudah dilakukan di lingkungan tetapi juga banyak hal yang tidak diketahui oleh masyarakat,” ujar Siti, yang maju menjadi calon anggota legislatif dari daerah pemilihan Lampung I yang diusung oleh Partai Nasional Demokrat tahun ini. 

Public campaign-nya harus kencang karena persepsi manusia terhadap lingkungan itu beragam. Akhirnya bagaimana manusia menyikapi lingkungan itu juga individual.”

Sebab itu, setiap pemerintah membuat program lingkungan, harusnya juga banyak mengajak keterlibatan masyarakat di dalamnya, tambahnya. 

Selain menggalakkan kampanye publik, Siti Nurbaya juga berencana mengatur perizinan untuk menghargai lingkungan dan juga menguatkan aspek regulasi.

“Contohnya masyarakat hukum adat kan kemarin sudah dimenangkan di Mahkamah Konstitusi tapi terus belum diatur juga pelaksanaannya seperti apa,” ujarnya. “Lalu coba perhatikan peraturan kehutanan kita, banyak mengatur hubungan hutan dengan endangered species tapi bagaimana hutan kita diatur hubungannya dengan manusia itu hampir tidak ada. Kan berarti kurang regulasinya.”

Siti Nurbaya juga percaya bahwa penegakan hukum lingkungan hidup dan kehutanan kita masih sangat kurang.

“Memang kita law enforcement-nya masih lemah. Tapi bagaimana mau law enforcement kalau regulasinya kadang-kadang lemah,” imbuh menteri yang sebelumnya sempat menjabat sebagai Sekretaris Jenderal di Kementerian Dalam Negeri periode 2001-2005 dan di Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI pada 2006-2013.

Selain pengalamannya di instansi pemerintah, Siti Nurbaya juga memegang gelar doktor dari Institut Pertanian Bogor dan menyelesaikan S-2 di International Institute for Aeropace Survey and Earth Sciences (ITC) di Belanda. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!