
JAKARTA, Indonesia – Ketua KPK Abraham Samad terisak saat menuturkan pertemuan terakhirnya dengan Wakil Ketua Bambang Widjojanto, Rabu malam, 22 Januari 2015.
“Pak Abraham, mungkin ini malam terakhir kita,” kata Samad menirukan Bambang di depan media dan tokoh pendukung anti-korupsi, Jumat, (23/1).
Bukan hanya Samad yang terisak, mata Deputi Pencegahan Johan Budi SP juga berkaca-kaca. Sesekali ia menghela nafas.
Direktur Gratifikasi Giri Suprapdiyono juga melepas kacanya. Ia tak kuasa menahan air mata yang menetes. Ia mengusap mukanya berkali-kali.
Suasana haru itu sebenarnya adalah puncak dari kegelisahan keluarga KPK, begitu Samad menyebut, atas nasib pimpinan KPK yang juga pembela Hak Asasi Manusia tersebut.
‘Dua pekan kami sudah berkali-kali rapat membahas soal kemungkinan BW akan dikriminalkan’
–Sumber di KPK
“Dua pekan kami sudah berkali-kali rapat membahas soal kemungkinan BW akan dikriminalkan,” kata salah seorang pejabat KPK yang tak mau disebutkan namanya pada Rappler Indonesia.
Jajaran KPK ternyata sudah melakukan koordinasi, membicarakan kemungkinan BW akan dibidik oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan oleh komisi anti rasuah tersebut.
Hal ini juga diungkap oleh Samad. Menurut Ketua KPK ini, ia dan Bambang sudah bicara dari hati ke hati tentang hal itu. Ia dan BW bahkan sama-sama punya firasat.
“Antum (anda) kan sudah diserang dua kali. Saya belum. Mungkin nanti saya gilirannya,” kata Samad menirukan penuturan Bambang. Yang dimaksud Bambang adalah dua serangan terhadap Samad, pertama soal foto mirip Ketua KPK tersebut dengan Putri Indonesia 2014 Elvira Devinamira. Kedua, soal dugaan pertemuan Samad dengan petinggi PDI Perjuangan yang diungkap oleh Sekretaris Jenderal partai tersebut, Hasto Kristiyanto.
Samad kemudian mengikuti Bambang, dan menemaninya menjenguk gitaris Slank Abdee Negara. Pukul 8 malam, keduanya berangkat bersama ke rumah sakit.
Usai menjenguk Abdee, Bambang kembali memberi pernyataan yang membuat Samad tercengang. “Dia bilang, antum itu senangnya yang mana, Kalau kita dua-dua ditahan, kita di markas Brimob saja, supaya dekat dengan istri saya, bisa antara makanan ke saya,” katanya.
Samad langsung menimpali, “Antum jangan begitu, Kita masih butuh kamu orang,” katanya. Tapi malah dijawab oleh Bambang, “Kita harus jaga kemungkinan terburuk.”
Penangkapan selepas Shubuh

Lima belas personel kepolisian yang dipimpin oleh Brigjen Viktor diam-diam mengikuti Bambang Widjojanto. Mereka mendapati Bambang keluar dari rumahnya Kampung Bojong, Sukamaju, Depok pukul 06.30 pagi.
Bambang saat itu masih memakai sarung, baju koko putih, dan kopiah hijau. Ia masuk mobil Suzuki Panther nomor polisi B 1559 EFS bersama Izzat Nabila, 8, siswa kelas 2 SDIT Nurul Fikri.
Versi Trunojoyo, istilah untuk menyebut Markas Besar Polisi RI, Bambang ditangkap sekitar pukul 07.30 pagi setelah mengantarkan anaknya ke sekolah.
Namun, kuasa hukum Bambang, Nursyahbani Katjasungkana membantah. “Di depan anaknya,” katanya.
Versi kuasa hukum diperkuat oleh keterangan dari istri Bambang, Sari Indra Dewi. “Abi ditangkap,” katanya, menirukan anaknya.
Rappler Indonesia mengkonfirmasi ke beberapa sumber di KPK. Menurut versi mereka, Bambang ditangkap di depan anaknya, Izzat. Saat itu tangan Bambang langsung diborgol di posisi belakang punggung. Namun, ia sempat protes.
Ia lalu diamankan bersama Izzat ke Mabes Polri bersama mobil polisi. Bambang menuju mabes dengan mobil sambil memangku Izzat.
Saat itu lah, Bambang mempertanyakan prosedur penangkapan. Tapi salah seorang polisi malah menjawab. “Ada lakban (plester) enggak sih?” katanya.
Sampai di mabes, baru lah Bambang diberi kesempatan untuk menghubungi keluarga. Bambang menghubungi keluarga, kemudian seorang staf bagian hukum di KPK. Staf ini kemudian memberitahukan penangkapan Bambang pada pimpinan KPK.
Lalu dalam pembuatan Berita Acara Pemeriksaan (BAP), Bambang masih terus mempertanyakan penangkapannya. “Saya merasa diperlakukan dengan kekerasan, ketika saya harus diborgol. Saya merasa diteror ketika di dalam mobil saya dikatakan punya banyak kasus,” kata Bambang dalam BAP tersebut.
KPK ingin jemput Bambang
Usai mendengar berita penangkapan Bambang, jajaran KPK langsung bergerak. Wakil Ketua Adnan Pandu Praja langsung menuju ke kantor Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri.
Sementara itu, Samad menemui Presiden Joko “Jokowi” Widodo di Istana Bogor. Tujuan keduanya sama, ingin menjemput Bambang untuk pulang ke Gedung kavling C1, KPK.
Beberapa jam kemudian, tepatnya pukul 16.20, Pimpinan KPK melakukan konferensi pers. Mereka mengeluarkan empat pernyataan keras terkait penangkapan Bambang.
- Pertama, KPK memprotes keras penangkapan yang dilakukan terhadap salah seorang pimpinan KPK Bambang Widjojanto.
- Kedua, jika penangkapan ini dikaitkan dengan penangkapan perkara yang saat ini ditangani KPK, KPK menegaskan bawah penanganan kasus Komisaris Jenderal Budi Gunawan adalah murni penegakan hukum, dan tidak ada unsur lain.
- Ketiga, secara kelembagaan antara KPK dan Polri, tidak ada masalah. Karena itu, KPK mengharap kepolisian secara institusi, jangan sampai dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok tertentu.
- Keempat, KPK mengajak masyarakat bersatu padu melawan korupsi dan melawan pihak-pihak yang menghalangi upaya pemberantasan korupsi.
Belakangan, menurut mantan Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas, KPK mengirim surat permohonan pembebasan Bambang pukul 9 malam ke Trunojoyo.
Nasib Bambang di tangan presiden
Usai memberikan keterangan pers, beberapa tokoh memberikan testimoni terhadap kasus penangkapan Bambang. Puluhan tokoh dan aktivis anti korupsi itu mengatakan, nasib Bambang ada di tangan Presiden Joko Widodo.

Mantan pimpinan KPK Erry Riyana yang pertama kali menyebut nama Jokowi. Ia mendesak Presiden Jokowi agar melakukan intervensi. “Kalau sudah tidak sesuai prosedur, harus diintervensi,” katanya.
Praktisi hukum Todung Mulya Lubis juga sepakat dengan Erry, Presiden harus intervensi. “Saya kecewa dengan pernyataan Jokowi. Karena presiden harus ambil tanggung jawab untuk menjaga KPK dari intervensi campur tangan dari penegak hukum lain atau partai politik, konglomerasi, atau media. Karena KPK harga mati reformasi negeri ini,” katanya.
Komentar Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi (PUKAT) Universitas Gadjah Mada Zainal Arifin lebih jauh lagi. Ia mengatakan presiden bisa diduga ikut serta melakukan kriminalisasi terhadap KPK.
“Polri di bawah presiden, kalau Polri dipakai untuk melakukan tindak pidana, maka seolah-lah Jokowi ikut serta dalam perbuatan tersebut,” katanya.
Pengamat politik Eep Saefullah Fatah juga memberi pesan khusus untuk Joko Widodo. “Saya sangat percaya, Indonesia sedang menantikan Joko Widodo bersikap selayaknya seperti setiap orang berpikir, seperti apa selayaknya presiden bersikap,” katanya.
Eep mengingatkan pada Jokowi, bahwa ini lah saat yang tepat bagi Jokowi untuk menunjukkan bahwa ia pro anti-korupsi dengan menyelematkan Bambang. “Kami tidak hanya memilih orang yang kami persilakan untuk tinggal di Istana, tapi memilih orang yang selayaknya jadi prsiden, dan saatnya adalah sekarang,” katanya.
Penahanan Bambang akhirnya ditangguhkan
Setelah ditahan lebih dari 12 jam, entah dengan campur tangan presiden atau tidak, penahanan Bambang ditangguhkan. Ia kemudian menampakan dirinya di gedung KPK pada Sabtu (24/1) dini hari pukul 02.10, ditemani Wakil Ketua KPK Pandu, Deputi Pencegahan KPK Johan Budi, dan Wakil Ketua KPK Zulkarnaen.
Bambang disambut shalawat dan takbir. Ia kemudian mengembangkan senyum di depan pendukungnya. –Rappler.com
BACA JUGA:
- Perbedaan SBY dan Jokowi dalam seleksi calon Kapolri
- PDI-P: Abraham Samad bermain dengan api
- Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto ditangkap Polisi
- #SaveKPK jadi trending topic di Twitter
- Pegiat anti-korupsi: Jokowi harus tanggung jawab kisruh KPK vs Polri
- Jokowi: KPK dan Polri jalani proses hukum dengan obyektif
- Pelapor Bambang Widjajanto: Saya korban
- Jokowi, belajarlah dari SBY soal kisruh KPK vs Polri
- Polisi didesak bebaskan Bambang Widjojanto
/* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:”Table Normal”; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:””; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:”Calibri”,”sans-serif”; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.