Menjadi model majalah dewasa di ambang dunia prostitusi

Johana Purba

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menjadi model majalah dewasa di ambang dunia prostitusi
Banyak perempuan yang ingin menjadi model majalah dewasa, entah karena ingin menjadi model profesional atau ingin masuk ke dunia prostitusi kelas atas.

JAKARTA, Indonesia— Menjadi pekerja seks zaman sekarang tampak begitu mudah dengan keberadaan media sosial. Jual diri via media sosial tak butuh biaya banyak, bisa dibilang gratis, belum tersentuh hukum, tidak dikejar-kejar Satuan Polisi Pamong Praja, dan uang seakan mengalir dengan mudah.

Media sosial memberikan saluran bagi pekerja seks dari berbagai kalangan untuk berbisnis, mulai dari yang mematok harga ratusan ribu hingga puluhan juta. Bagi yang tak mau mengurusi sendiri bisnisnya, bisa memakai jasa mucikari atau penghubung melalui penata rias, seperti yang terjadi pada seorang artis dengan inisial AA dan mucikarinya, RA.

Usaha yang tadinya aman-aman saja dan ‘dilindungi’ asas tahu-sama-tahu kini mulai tercuat ke perhatian publik. Semenjak terbunuhnya seorang pekerja seks di Tebet, Jakarta Selatan, polisi mulai memburu orang-orang dibalik bisnis prostitusi online, baik kelas bawah maupun kelas artis.

Aktris Fifie Buntaran mengaku jengah dengan praktek tersebut. Dia setuju jika pelakunya dipidanakan. “Karena memang ada di undang-undang, memang (mucikari) harus dihukum karena dia yang merayu dan menyuruh. Bukan cuma mucikari saja, seharusnya pelaku juga,” kata Fifie kepada Rappler baru-baru ini.

Sebagai ibu satu anak, ia khawatir jika anak, suami, atau orang terdekatnya dengan mudah mengakses usaha seperti itu. 

“Karena di sosmed (media sosial) itu free, banyak banget yang menjajakan diri. Itu sangat tidak mendidik. Pasang foto senonoh, dan cantik sih, bikin status model, nggak tahu model dari mana,” ujarnya.

Fifie, yang pernah menjadi model majalah dewasa, sejak awal sudah tegas bahwa dirinya boleh tampil seksi, namun tidak bisa untuk diajak kencan, apalagi sekarang dia sudah punya anak. Namun, ternyata masih banyak pria hidung belang yang coba-coba menggoda.

Statusnya sebagai model seksi memang kerap menggoda kaum lelaki. Status model itu menjadi ‘harga jual’ bagi sebagian orang. Tidak heran terjun ke dunia hiburan atau model adalah jalan pintas untuk masuk ke dunia prostitusi kelas atas. 

“Suka bingung sama seleb yang baru tampil di satu-dua sinetron tetapi langsung menganggap dirinya artis, model yang fashion show, belum ikut iklan udah nyebut dirinya model. Banyak artis baru yang langsung bisa pakai mobil mewah,“ ujar wanita kelahiran 4 Oktober 1979 ini.

Hal ini senada dengan pernyataan penulis best-seller Jakarta Undercover, Moammar Emka.

Katanya, untuk kelas artis top, tarifnya tak terbatas. Statusnya pun bukan sekedar teman tidur, tetapi dijadikan simpanan, nikah siri.

Apa yang mereka dapat? Berbagai macam layanan kelas atas, mobil mewah, properti, lengkap dengan jalan-jalan ke luar negeri.

Menjadi model majalah dewasa

Bicara soal dunia hiburan, jalur masuk yang biasa diambil adalah dengan menjadi model majalah dewasa. Meskipun terlihat glamor, ternyata ini merupakan mata pencaharian yang bermain di zona abu-abu

Fiq (buka nama sebenarnya), seorang fotografer majalah dewasa berkata, tarif seorang model untuk pemotretan di majalah atau media lelaki dewasa tidak lebih dari satu juta rupiah.

“Bahkan bisa kurang dari itu untuk sekali pemotretan,” ujarnya.

Mereka baru dapat uang lebih jika mau ikut roadshow atau hunting foto model yang diadakan majalah maupun swasta. 

”“Suka bingung sama seleb yang baru tampil di satu-dua sinetron tetapi langsung menganggap dirinya artis.”

Jika dibandingkan dengan gaya hidup mereka, uang sebesar itu tentu tidak ada artinya. Meski begitu, ternyata tetap banyak yang mau mengambil pekerjaan itu dengan berbagai alasan. 

Fiq mengatakan, wanita-wanita tersebut datang dari berbagai kalangan, mulai dari agensi model, dibawa penata rias, atau kenalan orang media. 

“Kita dulu ada namanya Tony, agensi model-model kayak begitu. Kita panggil dia KFC, kan kayak KFC, jualan paha sama dada,” canda Fiq. Tony bertugas membawa model untuk ikut casting

Selain penghubung seperti Tony, model-model juga biasanya menggunakan penata rias mereka sebagai manajer, baik untuk urusan pemotretan maupun bisnis plus-plus.

“Biasanya pembaca berhubungan dengan si model via make-up artist, kan ada nomer telepon mereka disitu. Merekalah yang dikontak,” ujarnya.

Tapi, tak semua penata rias merangkap pekerjaan sebagai mucikari.

De Luna, seorang penata rias yang biasa menangani model majalah dewasa, mengaku emoh terlibat dalam dunia prositusi.

“Kalau kita bisa membawa diri, tidak ada sangkut pautnya dengan itu, kita cuma kerja,” katanya. Ia tidak menampik adanya pertanyaan-pertanyaan dari orang luar, yang meminta dihubungkan ke model yang pernah jadi pelanggannya.

“Ada sih yang tanya, minta kontak artis, tetapi bilang aja nggak,” katanya.

Meskipun telah 8 tahun berkecimpung di dunia glamor, Fiq tidak menyarankan wanita-wanita muda yang ingin berkarir secara profesional di dunia hiburan untuk masuk majalah dewasa.

“Gue pribadi nggak pernah menyarankan, kalau ada temen cakep dan mau masuk, gue bilang pikir ulang. Jarang mulai dari majalah dewasa loncat ke majalah lain dengan genre yang lain. Walaupun ada namun sedikit, karena image sudah menempel,” katanya.

Sementara Fifie Buntaran tidak mau melarang wanita-wanita muda untuk masuk majalah dewasa, karena semua kembali ke diri mereka masing-masing —mau menjadi model profesional atau hanya untuk jalan pintas untuk jualan jasa seks.—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!