SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
Kabar menggembirakan bagi insan perfilman tanah air. The Fox Exploits the Tiger’s Might karya sutradara Lucky Kuswandi ditayangkan semalam, Sabtu, 16 Mei, dalam kompetisi Critic’s Week, Cannes Film Festival 2015, di Perancis.
Film pendek berdurasi 24 menit ini, bersama 9 film pendek dari mancanegara lainnya, berhasil mengungguli 1.750 film lainnya untuk ditampilkan di Pekan Kritik, sebuah seksi independen Festival Film Cannes yang digelar French Film Critics Syndicate.
The Fox Exploits the Tiger’s Might mengisahkan dua anak laki-laki remaja yang sedang bergulat dengan seksualitas mereka di sebuah kota kecil tempat basis militer. Film ini juga menjelaskan hubungan antara seks dan kekuasaan.
Int. premiere of THE FOX EXPLOITS THE TIGER’S MIGHT by @luckykuswandi at @semainecannes. Indonesia cinema is back! pic.twitter.com/BwjADhG6yR
— Arnaud Miquel (@arnaudmiquel) May 16, 2015
Tokoh utama film ini, David, adalah anak seorang jenderal yang sombong, sedangkan Aseng datang dari keluarga etnis minoritas yang menjual minuman keras selundupan.
“The Fox memberikan saya keleluasaan dalam membicarakan tema kekuasaan dan seksualitas secara terbuka, jujur, dan dewasa,” kata Lucky dalam konferensi pers di Jakarta baru-baru ini.
“Keleluasaan tanpa penyensoran diri maupun penyensoran dari berbagai lembaga dalam eksplorasi karya seni ini ternyata malah membuahkan prestasi yang bisa dibanggakan oleh dunia internasional.”
Seksualitas dan relasi kuasa
Sekitar 380 penonton menghadiri pemutaran 5 film pendek, Sabtu malam, salah satunya adalah The Fox.
Usai pemutaran film, sutradara, pemain, kru dan produser dipersilakan menjawab pertanyaan dari penonton. Dengan gamblang Lucky menjelaskan ide awal pembuatan film.
“Film ini mulai dibuat tahun lalu saat Indonesia sedang riuh dengan Pilpres. Pada saat itu, salah satu capres yang diduga terlibat dalam pelanggaran HAM maju mencalonkan diri. Capres tersebut juga dekat dan merupakan kerabat dari sisa rejim diktator masa lalu,” kata Lucky, seperti dikutip oleh BBC.
“Dan pada tahun 1998, etnis Cina menjadi salah satu korban kekerasan dari kediktatoran masa lalu. Namun pada saat Pilpres kemarin, kelompok kaya dari etnis Cina juga banyak yang memberikan dukungan kepada capres bermasalah tersebut,” sambungnya.
#TheFoxExploitsTheTigersMight “I was interested in the fluidity of the power between the oppressed and the oppresser” pic.twitter.com/dxzXr7vPrw
— SemaineDeLaCritique (@semainecannes) May 16, 2015
“Hal ini yang membuat saya tertarik untuk mengungkap, melalui film ini, betapa cairnya relasi kuasa antara yang menindas dan yang ditindas.”
Meiske Taurusia, salah satu produser film ini, mengatakan bahwa dengan diterimanya The Fox di ajang internasional semakin menunjukkan bahwa inilah saatnya industri film Indonesia menawarkan sesuatu yang berbeda kepada para penonton.
Lucky Kuswandi sebelumnya pernah menyutradarai film pahlawan transgender Madame X dan Selamat Pagi, Malam.
Ini adalah pertama kali film Indonesia masuk ke Film Festival Cannes, sejak Tjoet Nya’ Dhien pada tahun 1989. —Rappler.com
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.