India melegalkan pekerja anak

Jasvinder Sehgal

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

India melegalkan pekerja anak

EPA

JAIPUR, India — Amandemen terhadap UU Larangan Pekerja Anak di India bertujuan memungkinkan anak di bawah usia 14 tahun bekerja dalam ‘perusahaan keluarga’ — seperti industri pembuatan karpet, penggulungan rokok beedi atau penggosokan permata. 

Pemerintah India beralasan ini akan membantu keluarga miskin mencari uang dan memberi anak-anak ‘semangat berwirausaha’. 

Membiarkan anak bekerja hanya bisa dianggap legal bila pekerjaan itu tidak mengganggu pendidikan mereka dan pekerjaan itu tidak berbahaya. 

Reporter Asia Calling di Rajasthan mengunjungi bisnis keluarga yang akan mendapat keuntungan dari amandemen ini. 

Cerita keluarga Saveera Khan

Tiga putri Saveera sedang membantunya membuat gelang. Mereka bekerja di depan sebuah tungku panas yang mencairkan bubuk untuk membuat gelang lac yang alami. 

Anak-anak ini menggunakan bahan kimia berbahaya seperti debu silika kristal dan menghirup asap berbahaya dari debu beracun. 

“Hanya saudara laki-laki kami yang bersekolah. Kami para gadis di keluarga ini kebanyakan bekerja di rumah. Tungku itu sangat panas dan kadang kami terbakar. Mata kami juga sakit,” kata Mantasha, putri bungsi Saveera yang berusia 7 tahun. 

Tak hanya keluarga Saveera yang melibatkan anak dalam bisnis keluarga. Shazia, kakak Mantasha yang berusia 12 tahun, mengatakan sebagian besar temannya juga bekerja di bisnis keluarga. 

“Mereka membordir, mencelup kain, menggosok permata dan perhiasan. Meski banyak dari pekerjaan ini berbahaya bagi kesehatan mereka, orang tua tetap memaksa mereka bekerja. Mereka tidak mau bekerja, tapi orang tua memaksa mereka. Ini berdampak buruk pada pendidikan kami. Uang yang kami dapat membantu keluarga tapi merusak masa depan kami,” kata Shazia. 

Saveera kesal ketika ditanya mengapa dia membiarkan anak-anaknya bekerja begitu dekat dengan tungku. 

“Tuan, mengapa Anda mengkhawatirkan anak-anak saya? Mereka anak-anak saya dan mereka bekerja untuk keluarga. Mengapa Anda marah? Setiap hari mereka ke sekolah dan bekerja di waktu luang mereka. Jadi apa masalahnya?” tanya Saveera. 

“Bukankah Perdana Menteri kita, Modi, jualan teh saat masih kecil? Sekarang pemerintah mau melonggarkan aturan, jadi apa masalahnya?” 

Pekerjaan berbahaya

Apa yang dilakukan Saveera sekarang tidak melanggar hukum. Aktivis hak anak Vijay Goel mengatakan pemerintah menghancurkan upaya beberapa dekade para aktivis hak anak untuk membuat anak tidak lagi bekerja tapi harus bersekolah. Vijay sudah menyelamatkan 2.000 anak dari pekerjaan berbahaya dalam dua tahun terakhir.  

“Sangat sulit membedakan mana pekerjaan berbahaya dan yang tidak. Contohnya anak diperbolehkan bekerja di lahan pertanian leluhurnya, yang disebut sebagai pekerjaan tidak berbahaya,” kata Vijay. 

“Tapi apa yang terjadi jika dia terluka oleh salah satu peralatan pertanian seperti kapak atau sekop?” 

Namun Pemerintah India beralasan mereka membantu anak-anak dan perubahan ini mencerminkan realitas tenaga kerja negeri itu. 

“Bahkan jika Anda berkecimpung dalam industri hiburan atau Anda mengambil salah satu program anak-anak, ada banyak anak dibawah usia 14 tahun yang punya bakat besar dan perlu dipuji,” kata Shaina N.C., juru bicara Bharatiya Janata Party, partai India yang berkuasa. 

“Saya pikir sangat jelas ada pekerjaan yang berbahaya bagi anak-anak dan ada yang tidak. Ini yang harus dipantau orangtua.”

Tapi aktivis hak anak khawatir pemantauan ini tidak akan terlaksana. Selain itu amandemen ini akan paling berdampak pada anak-anak dari kasta terendah, khususnya Dalit, Adivasi, dan anak muslim. 

Mereka sering dipaksa bekerja karena keluarga mereka tidak punya alternatif. Kelompok-kelompok ini sangat rentan untuk diperdagangkan sebagai budak.

“Ini hari yang sangat menyedihkan bagi anak-anak negeri ini. Kami pikir perubahan dalam UU Pekerja Anak ini akan benar-benar mengakhiri pekerja anak. Tapi  tampaknya UU ini akan melegalkan pekerja anak lewat pintu belakang dengan memungkinkan anak-anak bekerja di rumah,” kata Shanta Sinha, bekas ketua komisi perlindungan hak-hak anak. 

“Tapi menurut saya ini bukan jenis bantuan untuk keluarga. Jika semua anak bersekolah, keluarga mereka akan jadi lebih baik.” — Rappler.com

 Berita ini berasal dari Asia Calling, program radio mingguan dari KBR68H

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!