Mengenal Komunitas Ismaili yang diserang militan di Pakistan

Naeem Sahoutara

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mengenal Komunitas Ismaili yang diserang militan di Pakistan

EPA

Ismaili adalah sebuah aliran Islam di Pakistan. Banyak dari pengikutnya yang mengelola bisnis dan badan amal di Karachi. Pada Mei tahun ini, untuk kali pertama komunitas ini secara brutal diserang sebuah kelompok yang mengklaim punya hubungan dengan Negara Islam. Dalam serangan itu, 45 orang anggota komunitas ini tewas.

 

KARACHI, Pakistan — Keluarga Mussarat Jahan yang berusia 20 tahun merupakan contoh keluarga harmonis. Dia dan ibunya adalah pengikut aliran Ismaili, yang merupakan pecahan dari kelompok minoritas Syiah.

“Ayah saya bersembahyang sesuai ajaran yang dianutnya. Sementara ibu saya adalah penganut Syiah,” kata Mussarat. 

“Saya mendukung mereka berdua tanpa membeda-bedakan dan menghargai keyakinan mereka.”

Sekitar 300 ribu orang Ismaili telah tinggal di Pakistan selama puluhan tahun. 

“Kami komunitas yang cinta damai, yang saling membantu satu sama lain. Kami tidak terlibat politik,” kata Mussarat. 

“Kami mengikuti segala perilaku Imam kami, Pangeran Agha Khan. Karena setelah Nabi Muhammad dan Al Quran, Imam adalah pemimpin agama paling penting.” 

Serangan kelompok terkait ISIS

Iring-iringan ambulans membawa jenazah dari korban penyerangan terhadap Komunitas Ismaili, Karachi, Pakistan, 14 Mei 2015. Foto oleh Rehan Khan/EPA

Keyakinan adanya pemimpin agama yang paling penting setelah Nabi Muhammad inilah yang memicu kemarahan militan ekstrim Sunni. 

Kelompok yang mengaku punya hubungan dengan Negara Islam (ISIS) itu menyatakan telah menewaskan 45 orang dalam serangan ke sebuah bus, Mei lalu di Karachi. 

Ali Ahmed Jan kehilangan teman baiknya dalam serangan itu. Dia mengaku menyembunyikan keyakinannya.

“Orang lainnya kerap melabeli kami sebagai orang kafir. Itu sebabnya kami diminta untuk menghindari diskusi yang mengarah soal agama,” kata Ali. 

Komunitas Ismaili adalah komunitas paling terpelajar di Pakistan. Semua anak, baik laki-laki dan perempuan, dalam komunitas ini sudah bisa membaca.

“Masyarakat kami sangat mengutamakan pendidikan pada anak-anak. Tujuannya agar kami hidup sejahtera dan menempati posisi penting. Tidak ada anak perempuan yang menikah sebelum menyelesaikan pendidikan selama 12 tahun,” kata Mussarat. 

Beberapa lembaga pendidikan dan rumah sakit terbaik di negara ini dikelola komunitas Ismaili.

Namun Jamatkhana, tempat ibadah komunitas Ismaili di pinggir Kota Karachi, saat ini dijaga puluhan relawan. 

Setiap Maret, mereka berkumpul di sini untuk menyambut Tahun Baru dengan perayaan Nauroze. Mereka merayakannya dengan menari. Karena itu mereka dianggap komunitas  yang sangat liberal.

Di dekat situlah para militan bersenjata dengan brutal menembaki anggota komunitas ini. Para penyerang juga meninggalkan pesan yang memperingatkan agar orang Ismaili meninggalkan negeri itu. Kalau tidak, mereka mati.

Warga Pakistan protes penyerangan

Warga Pakistan melakukan unjuk rasa memprotes serangan kelompok radikal terhadap Komunitas Ismaili, 13 Mei 2015. Foto oleh T. Mugha/EPA

Ribuan orang Pakistan menyuarakan solidaritas mereka terhadap Komunitas Ismaili. Mereka melakukan aksi protes di jalanan dan dunia maya.

“Berita ini sangat mengejutkan karena orang Ismaili menjadi sasaran dan alasan mereka jadi target,” kata seorang aktivis HAM Akhtar Balouch. 

“Rumah sakit dan lembaga pendidikan mereka terbuka bagi masyarakat lainnya. Meski fokus untuk memberikan layanan pada komunitas Ismaili, tapi mereka juga menyediakan fasilitas ini untuk warga Pakistan lainnya.”

Perdana Menteri Nawaz Sharif berjanji pada komunitas itu kalau pelaku penyerangan akan dihukum.

Ali, yang berusia 20 tahun, mengatakan pemerintah seharusnya mengalahkan terorime lewat pendidikan.

“Komunitas kami sangat terorganisir.  Kami selalu mengadakan berbagai acara keagamaan. Tujuannya agar orang muda menjauhi kekerasan. Tak satu pun dari komunitas kami pernah terlibat aksi terorisme.” — Rappler.com

Berita ini berasal dari Asia Calling, program radio mingguan dari KBR.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!