Tragedi Hercules: Sulitnya mengidentifikasi jenazah

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Tragedi Hercules: Sulitnya mengidentifikasi jenazah
Keluarga ingin membawa pulang jenazah, tapi tim DVI masih bekerja.

MEDAN, Indonesia— Erianto, 32 tahun, warga asal Kepulauan Natuna, sudah sejak Rabu, 1 Juli, tiba di Rumah Sakit Adam Malik. Ia sudah mengenali jenazah adiknya, Karminto, yang adalah korban kecelakaan pesawat Hercules.

“Saya sudah melihat ke dalam kantong mayat dan mengecek sendiri,” katanya pada Rappler, saat ditemui di posko ante mortem, Kamis, 2 Juli. 

Ia pikir setelah berhasil mengecek, keluarganya bisa langsung membawa pulang jenazah adik sepupunya itu. Tapi ternyata ada prosedur yang harus mereka lalui. Salah satunya adalah identifikasi resmi dari tim Disaster Victim Identification. 

Ia mengaku bingung, mengapa tak diizinkan untuk segera membawa jenazah itu. Bukan hanya dia, tapi juga keluarga lain yang berasal dari Natuna.

“Banyak kawan-kawan yang lain sampai di Medan, tapi sekitar jam 5 sore sudah tutup posko ini,” katanya. 

Padahal, kata Erianto, mereka sangat berharap tim DVI bekerja secara cepat, sehingga jenazah tidak terlalu lama dibiarkan di kamar. “Silakan sampaikan ke keluarga, mungkin keluarga bisa mengenalinya,” katanya. 

Dengan kondisi ini, kata Erianto, keluarga merasa dipersulit. “Enggak boleh masuk,” katanya.  

Sampai kapan ia harus menunggu? Kata Erianto, tim DVI menjanjikan hari ini semua korban akan teridentifikasi. 

Erianto, 32 tahun, warga Kepulauan Natuna kehilangan adik sepupunya, Karminto, dalam kecelakaan pesawat Hercules di Medan, Selasa, 30 Juni 2015. Foto oleh Febriana Firdaus/Rappler

Polisi: Kami akan gunakan tes DNA

Sementara itu di tempat terpisah di posko  post mortem, Kepala Pusat Kedokteran Kesehatan Mabes Polri Brigadir Jenderal Arthur Tampi mengatakan kondisi jenazah sulit dikenali, karena sudah tidak utuh lagi dan berupa potongan. 

Tim DVI perlu memastikan identitas jenazah dengan tes DNA, karena tes rekam gigi dan sidik jari sudah tak mungkin dilakukan lagi. 

Untuk mempermudah identifikasi, polisi sudah mengumpulkan data ante mortem dari keluarga. 

Butuh berapa lama bagi tim DVI untuk melakukan tes DNA? “Paling cepat 2 kali 24 jam,” katanya. Namun waktunya masih belum jelas, semua tergantung dari data ante mortem dan post mortem yang tersedia. 

Arthur optimis semua jenazah akan dikenali, seperti saat tim DVI mengidentifikasi jenazah korban kecelakaan pesawat Air Asia pada awal tahun ini. “Tidak ada batasnya, proses identifikasi ini akan berlangsung sampai selesai. Berupa tulang pun bisa kita tes DNA,” katanya. 

Mengapa jenazah tentara lebih cepat dikenali?  

Dalam proses identifikasi ini, keluarga korban merasa dianaktirikan. Dari pantauan Rappler, beberapa kali, keluarga korban mengeluhkan pelayanan tim DVI. Mereka dianggap lebih sigap menangani keluarga dari militer. 

Erianto dan keluarga termasuk yang memprotes hal ini. “Mereka yang dari Malang (Jawa Timur) saja sudah dari kemarin,” kata adik Erianto yang tidak menyebutkan namanya. 

Tapi Arthur menampik tudingan tersebut. Ia mengatakan, tidak benar jika ada perlakuan istimewa terhadap keluarga militer. 

Prajurit militer lebih cepat diidentifikasi karena properti yang digunakan, seperti seragam. “Ada juga data odontogram dari kesatuannya,” katanya. Ditambah ciri-ciri khusus lain yang ditambahkan keluarga. 

Sementara itu, hingga hari ini, sudah 55 jenazah yang dipulangkan dari 142 kantung jenazah yang dikirim ke rumah sakit.  —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!