Kobe Bryant

Iker Casillas pergi dari Madrid sebagai pahlawan atau tiran?

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Iker Casillas pergi dari Madrid sebagai pahlawan atau tiran?
Seorang diri Iker Casillas pamit pergi dari Real Madrid. Kepergian yang tak mulus untuk seorang legenda klub.

Film Batman besutan Christopher Nolan, The Dark Knight, bisa menjadi pelajaran tentang tabiat alamiah seorang pahlawan. Pahlawan sebaiknya mati “tepat waktu”. Jika terlalu lama dia hidup, dia akan menjadi penjahatnya sendiri. Dia akan menjadi seorang tiran.

Dalam sebuah jamuan makan malam bersama Bruce Wayne dan Rachel Dawes, jaksa Harvey Dent mengungkapkan kutipannya soal itu. “You either die a hero or you live long enough to see yourself become the villain (Matilah sebagai pahlawan, atau hidup cukup lama untuk melihat dirimu menjadi penjahatnya),” kata Dent.

Kalimat itu menyambung pernyataan Dawes sebelumnya. “Orang Romawi terakhir yang ditunjuk bangsanya untuk menjadi pahlawan itu bernama Caesar. Dan dia tak pernah mau menyerahkan kekuasaannya setelah itu,” kata Dawes yang diperankan Maggie Gyllenhaal.

Iker Casillas pada mulanya adalah pahlawan Real Madrid. Bergabung sejak berusia 9 tahun, Iker mengabdi di klub raksasa Spanyol itu selama 25 tahun. Jika usia Real adalah 113 tahun, maka Casillas sudah mewarnai hampir seperempat usia klub.

Pantas jika dia kemudian disebut Santo Iker Casillas alias Iker Casillas sang orang suci. Namanya suci di benak pada Madridistas — sebutan fans Real.

Sebutan itu tidak berlebihan. Bersama Real, kiper 34 tahun itu sudah mempersembahkan rentetan gelar. Mulai dari lima gelar juara liga (Primera Division), dua piala Copa Del Rey, dan tiga piala paling kondang sejagat Eropa, Liga Champions.

Itu belum termasuk satu Piala Dunia (2010) dan dua Piala Eropa (Euro 2008 dan 2010) yang dia raih bersama timnas Spanyol.



Terlalu berkuasa di kamar ganti

Namun, sejarah emas tersebut harus diakhiri dengan dengan episode yang tidak menyenangkan di tahun-tahun terakhir Casillas. Saat Real dibesut pelatih Portugal Jose Mourinho pada 2010-2013, dia terlibat dalam perang “sipil” dengan Mourinho.

Casillas menjadi musuh Mourinho di internal tim. Dia mendebat Mourinho soal pendekatan taktik melawan Barcelona yang “ultra-defensif”.

Perseteruan Casillas dan Mourinho kembali terungkap setelah pembicaraan di lokasi latihan Real bocor ke media. Saat itu, Real baru saja menelan kekalahan pahit 1-2 di first leg perempat final Copa del Rey 2011-2012 melawan Barcelona.

Mourinho memarahi bek Sergio Ramos karena tidak menjaga bek Barcelona Carlos Puyol yang mencetak gol. Namun, Casillas juga ikut menekan sang entrenador. Karena Mourinho marah berhadap-hadapan dengan Ramos, Casillas dari belakang bersuara lantang, “Kalau kamu ingin marah kamu harus mengadap wajah kami semua”. 

Transkrip pembicaraan tersebut bocor ke media. Siapa yang membocorkan? Banyak pihak yang menduga itu ulah Casillas.

Perseteruan lain juga terjadi saat formasi Real bocor ke media beberapa jam sebelum melawan Barcelona pada 16 April 2011 di ajang La Liga.

Mantan kiper Real Jerzey Dudek menyebut bahwa ada sejumlah pemain yang menjadi pengkhianat. Dalam buku biografinya, dia hanya menyebut nama Esteban Granero. Tapi, sejumlah pihak percaya bahwa nama pemain lain itu adalah Casillas.

Mourinho lantas menepikan Casillas. Pada Januari 2013, dia merekrut kiper Sevilla Diego Lopez. Tensi semakin panas karena Mourinho berkata, “Seandainya saya bisa merekrut Lopez lebih awal.”

Dia juga dengan tegas mengatakan bahwa Diego Lopez lebih baik daripada Casillas.

Keputusan Mourinho meminggirkan sang orang suci memantik amarah dari para jemaat. Mourinho menuai siulan dan boo dari suporter. Sebaliknya, nama Casillas selalu dielu-elukan setiap kali disebut di pengeras suara stadion.

Memuncaknya perseteruan itu sampai Mourinho harus menegaskan bahwa dia adalah pelatih klub. Titik.


Tak perlu waktu lama bagi Mourinho untuk diusir dari Santiago Bernabeu, markas Real. Sergio Ramos dan Casillas menemui presiden klub Florentino Perez dan mengultimatum. “Memilih kami atau Mourinho,” kata sumber harian Spanyol Marca. 

Keputusan untuk menempatkan Casillas di bangku cadangan sebenarnya tidak murni dendam. Performa dia memang menurun. Pengganti Mourinho, Carlo Ancelotti, juga merasakannya.

Tapi, allenatore asal Italia itu tidak menempuh jalan frontal dengan menepikan Casillas. Dia membuat jalan tengah. Casillas hanya dimainkan di Liga Champions. Sedangkan Diego Lopez bermain di La Liga.

Tapi, solusi itu tak berjalan lancar. Casillas pada akhirnya melahap semua laga. Diego Costa pun hengkang ke AC Milan di akhir musim 2013-2014. Begitu juga Ancelotti yang dipecat setahun kemudian meski sudah mempersembahkan La Decima alias gelar ke-10 Liga Champions bagi Real. 

Menjadi pemain buangan ke FC Porto

Jaksa idealis Gotham City, Harvey Dent, akhirnya berubah menjadi penjahat. Dia membunuh para penculik kekasihnya, Rachel Dawes, sebagai balas dendam. Dent pun tewas sebagai penjahat di tangan Batman.

Casillas pada akhirnya memang harus “tewas” secara mengenaskan di tangan Florentino Perez, presiden klub yang meluluskan permintaannya untuk mengusir Mourinho. 

Konon, kepergiannya untuk memberi ruang bagi kiper Manchester United David De Gea. Tentu De Gea tak akan mau selama masih ada “orang kuat” bernama Casillas di Real.

Seharusnya Casillas mundur sejak lama sebagai pahlawan. Daripada harus “digulingkan” seperti seorang tiran. Begitu dia dipastikan hengkang menuju klub Portugal, FC Porto, akun Twitter Real, @realmadrid, me-unfollow dirinya. 



Bahkan, Casillas harus seorang diri menyatakan kepergiannya dari Real di ruang konferensi pers Santiago Bernabeu, Minggu 12 Juli siang waktu setempat. Tak ada satu pengurus pun yang menemaninya.

Harian Spanyol Marca menyebut, kepindahan yang tak mulus membuat Casillas tak ingin pesta perpisahan. Dia ingin seorang diri menyatakan pergi. Dia juga tak sudi ditemani Perez. 

Dengan kemampuannya, Casillas sebenarnya masih bisa bertarung di liga elit Eropa lainnya seperti Italia atau Prancis.

Di klub Porto, Casillas justru akan menemui wajah Mourinho di mana-mana. Di klub itulah nama pelatih yang kini menangani Chelsea itu harum. Dinding-dindingnya memasang poster, mosaik, dan piala-piala yang pernah mereka raih bersama pelatih berjuluk The Special One itu.

Sesungguhnya benar kata orang. Revenge is a dish best served cold. Dendam paling baik disajikan dingin. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!