Dua intel TNI tewas saat menyelidiki GAM

Nurdin Hasan

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Dua intel TNI tewas saat menyelidiki GAM

EPA

Dua intel TNI ditemukan tewas dengan banyak luka tembak di tubuh mereka. Keduanya sedang mencari informasi tentang kelompok Din Minimi, mantan gerilyawan GAM

BANDA ACEH, Indonesia—Pencarian dua intelijen Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang diculik berakhir sudah. Sertu Indra dan Sertu Hendri dari Komando Distrik Militer (Kodim) 0103 ditemukan tewas dengan luka tembak pada tubuh mereka. 

Selasa pagi, 24 Maret 2015, keduanya ditemukan tim pencari gabungan dari Kepolisian RI dan TNI di pedalaman Kecamatan Nisam Antara, Aceh Utara.  

“Ketika ditemukan di daerah semak belukar tak jauh dari mereka diculik, posisi kedua korban dalam keadaan telungkup,” kata Kepala Penerangan Kodam Iskandar Muda Letkol Infanteri Machfud. 

Di sekitar lokasi ditemukan 12 selongsong peluru senjata AK-47 dan 3 selongsong M-16. Mereka ditemukan tanpa baju dengan tangan terikat. 

 

Kelompok bersenjata di Aceh masih ada

Tokoh masyarakat setempat M. Daud mengatakan sebelum menghilang Indra dan Hendri bertamu ke rumahnya mengenakan pakaian sipil, Senin sore, 23 Maret. 

Mereka bertanya pada Daud tentang kelompok Din Minimi, mantan gerilyawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang masih mengangkat senjata di Aceh Timur. Tak jelas apakah kelompok ini juga beroperasi di Aceh Utara. 

Daud mengatakan keduanya kemudian menerima telepon dari komandan mereka. Keduanya lantas pamit dan pergi dengan mobil. Setiba di perbatasan Desa Alue Mbang Barat dan Alue Papeun, mobil mereka dicegat kelompok bersenjata yang diperkirakan berjumlah 15 orang. Mereka membawa keduanya ke arah Desa Sido Mulyo, Kecamatan Kutamakmur, Aceh Utara. 

Senin petang, warga mendengar bunyi tembakan 3 kali dari arah Waduk Paya Peunjot, Bate Pila, Nisam Antara. Tak lama, mobil Toyota Kijang kapsul yang digunakan keduanya ditemukan dalam keadaan kosong di kawasan semak belukar Alue Papeun.

Meski belum jelas apa yang terjadi ketika itu, warga yang khawatir memilih berdiam di rumah. Suasana Nisam berubah mencekam. 

Meski sudah ada perjanjian damai antara Pemerintah Indonesia dan GAM pada Agustus 2005, kelompok pemberontak tak pernah benar-benar menghilang dari Aceh. 

Ansyaad Mbai, pengamat terorisme, mengatakan bahwa meski GAM sudah tidak ada, masih ada kelompok bersenjata yang bergerak. 

“Mereka bergerak secara individu atau berkelompok kecil,” kata Ansyaad seperti dikutip CNN Indonesia, Selasa, 24 Maret. 

 

Kader Partai Aceh juga diduga diculik

Kelompok bersenjata juga diduga menculik seorang kader Partai Aceh bernama Mahmudsyah di Desa Kito, Aceh Utara, Minggu, 22 Maret. 

Menurut juru bicara Partai Aceh Suadi Sulaiman, Mahmudsyah sedang membeli rokok di kedai depan rumahnya pada Minggu petang. Sebuah Toyota Avanza mendekat, dan 5 pria bersenjata meminta Mahmudsyah ikut bersama mereka. 

Setelah Mahmudsyah naik, mobil diarahkan ke Jungka Gajah, Kecamatan Meurah Mulia, Aceh Utara. Polisi masih menginvestigasi kasus ini. 

“Tapi kami belum tahu motif penculikan itu. Mereka sempat menghubungi keluarga korban, memberitahu jika ia ada bersama pelaku. Tapi, tiba-tiba sambungan telepon terputus,” kata Suadi. 

Menurut Suadi, Mahmudsyah tidak pernah mendapat ancaman. Selain kader Partai Aceh, dia adalah Panglima Muda Komite Peralihan Aceh (KPA), sebuah organisasi tempat bernaung para mantan kombatan GAM. 

“Kami meminta kepada semua pihak baik itu Pemerintah Aceh, polisi dan TNI serius mengungkap kasus ini dan juga penculikan dua intel Kodim Aceh Utara,” katanya. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!