fashion shows

Barcelona vs Bayern Muenchen: Perang Ball Possession

Ahmad Santoso

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Barcelona vs Bayern Muenchen: Perang Ball Possession

EPA

Apa jadinya jika dua tim yang memiliki rataan ball posession tertinggi di Eropa saling bertemu? Tentunya akan terjadi laga yang menarik. Hal itulah yang akan tersaji di semifinal Liga Champions antara Barcelona dan Bayern Munich Kamis, 7 Mei 2015, dini hari.

Eurosport melansir Bayern adalah tim dengan rata-rata penguasaan bola terbesar di Liga Champions musim ini, yakni 66,1 persen per pertandingan. Barcelona berada di posisi kedua dengan 63,9 persen. 

Dua tim ini dikenal bermain atraktif, akrab dengan corak umpan-umpan pendek, dan dominan dalam menyerang. Wajar saja jika dua tim ini masuk sebagai jajaran tiga tim terproduktif di Eropa di bawah Real Madrid.   

Sejak tahun 2009, Barca dan Bayern pernah bertarung dua kali di fase knock-out. Total ada 13 gol dari empat pertandingan itu. Rata-rata per laga tercipta kurang lebih 3 gol. Mungkinkah banjir gol terjadi nanti malam? 

Beda Pep rasa Bayern dan Barca

Pep Guardiola akan kembali ke klub yang membesarkannya. Selama melatih Barceona, Pep mampu mempersembahkan 14 gelar. Hal yang lebih mendalam adalah pola permainan tiki-taka yang dia bangun tetap terus bertahan hingga kini meskipun  para pelatih Barca silih berganti. 

Banyak yang menyamakan Bayern saat ini dengan Barcelona. Padahal hal itu tak benar. Bayern adalah Bayern. Soal ini sempat dibahas football pundit Michael Cox di ESPN.

Berdasarkan temuannya,  saat membesut Barca Pep tak pernah menerapkan taktik sweeper keeper seperti yang dilakukan Manuel Neur saat ini. Kiper Victor Valdez tak bisa melakukannya. Munculnya peran baru sweeper keeper dalam tiki-taka memudahkan lini belakang menerapkan garis pertahanan setinggi mungkin. Otomatis pressing lawan pun akan leluasa di lakukan. 

Hal serupa dilakukan Pep pada Mario Gotze yang menjadikannya pemain bertipikal false nine layaknya Lionel Messi. Munculnya Messi sebagai false nine karena Pep tak menyukai pemain bertipe striker murni tradisional. Di Bayern malah bertolak belakang. Hal ini dibuktikan dengan penunjukkan Robert Lewandowski di pucuk serangan Bayern musim ini. 

Di Bayern, Guardiola selalu memfokuskan penguatan permainan di lini belakang. Sementara itu, di Barcelona dia menitikberatkan pada pertahanan terakhir di lini tengah. Hal ini dibuktikan dengan posisi Dani Alves yang didorong maju jadi gelandang dan Eric Abidal seorang gelandang bertahan yang selalu jaga kerapatan dengan gelandang serang. Sedangkan soal serangan, Pep di Bayern lebih mengintruksikan menyerang lewat sayap melalui Robben dan Ribery. 

Sebenarnya ada banyak perbedaan cita rasa Pep di Bayern dan Barca. Untuk membaca lebih detailnya anda bisa melihatnya di sini.

Perang Taktik Pep vs Enrique

Kiper Barcelona Marc-Andre ter Stegen sedang berlatih di Sant Joan Despi, dekat Barcelona, Spanyol, 5 Mei 2015 sebelum bertanding dengan Bayern Munich Kamis, 7 Mei 2015 untuk laga Liga Champion UEFA. Foto oleh Alberto Estevez/EPA

Saya sengaja membahas terlebih dulu evolusi taktik Pep untuk membuat pembaca mengerti bahwa di laga nanti malam, meski secara statistik kedua tim ini mirip. Namun, secara permainan keduanya akan memperagakan cara permainan yang berbeda.

Bermain di Camp Nou, Pep akan bermain berhati-hati.  Isu terbaru mengatakan Pep akan memainkan game defensif. 

Barca telah berubah musim ini. Saat ini mereka memiliki hal yang tak bisa digoyahkan yakni keseimbangan. Musim lalu, ball posession yang mereka lakukan amat tak efektif. Tak ada gelar yang didapat. Berbeda dengan sekarang. Kehadiran Luis Suarez membuat trio penyerang, Messi-Neymar-Suarez, aktif melakukan pressing ketika kehilangan bola.

Permainan Lionel Messi pun  telah berubah. Alih-alih bermain sebagai false nine, kini dia telah kembali ke posisi playmaker dengan posisi yang cenderung bergeser ke kanan. Dalam beberapa kasus, Messi selalu dijadikan penarik untuk memberi ruang kosong pada Suarez atau Neymar yang tiba-tiba muncul di sayap kanan. 

Pep mesti mewaspada Andreas Iniesta dan Ivan Rakitic. Dua pemain ini kerap tiba-tiba berada di depan gawang untuk melancarkan shoot atau menyambut umpan crossing atau cutbacks. Dukungan full-back Barca Jordi Alba dan Daniel Alves sering mempermudah lini serang membongkar pertahanan lawan.  

Meski punya banyak variasi menyerang, Barca memiliki pola bertahan yang sama baiknya. Meski selalu ringkih saat mendapat serangan balik, kemampuan Gerard Pique untuk membaca permainan lawan patut diacungi jempol. Antisipasi Javier Mascherano yang sering melakukan tekel-tekel kasar jadi bagian taktik tersendiri untuk menghambat serangan balik lawan. 

Tersiar kabar Pep akan memakai formasi 3-5-2 melawan Barca nanti malam. Ujicoba taktik ini dilakukan saat Bayern menghadapi Dortmund dan Leverkusen di kompetisi lokal. Kembalinya Javier Martinez akan membuatnya turun berduet bersama Jerome Boateng dan Mehdi Benatia di lini belakang. Untuk mematikan Neymar, Pep bisa memadukan kombinasi permainan fisik Medhi Benatia dan kecepatan Rafinha yang diplot sebagai wing-back

Bagaimana dengan Luis Suarez? Pep bisa leluasa meminta Jérôme Boateng berfokus man to man marking. Posisi Martinez akan dimainkan free role mengawasi Lionel Messi di tengah.  Untuk menutup Messi, kabarnya Bastian Schweinsteiger akan dimainkan. 

Jika pola defensif ini dilakukan, otomatis pengalir serangan ke depan hanya bertumpu pada Xabi Alonso dan Thiago Alcantara untuk meneruskannya pada Thomas Muller dan Robert Lewandowski.

Di kubu tim tamu, sulit untuk menerka apa yang akan dilakukan Luis Enrique. Yang jelas, Enrique tak akan melakukan perubahan apa-apa kecuali mengganti Ter Stegen dengan kiper Claudio Bravo. 

Jika betul Pep akan berusaha mati-matian mematikan Lionel Messi sebagai playmaker, maka Enrique bisa memanfaatkan pemain lainnya untuk mengontrol pertandingan. Siapa dia? Jawabannya adalah Sergio Busquets.

Saat Pep masih membesut Barca, Busquets belum ada pada posisi sebagai gelandang bertahan. Pep tentunya buta akan kekuatan pemain ini. Busquets punya kelebihan mempertahankan kepemilikan bola di lini tengah  dan pandai mendikte jalannya tempo pertandingan.  

Kewaspadaan Pep pada Busquets terucap saat jumpa pers kemarin. Saat itu Pep memuji bakat Busquet yang mampu bereinkarnasi bermain di posisi manapun.  Patut ditunggu, seberapa cerdik Pep memutar otaknya menghadapi tim yang pondasi permainannya telah dia bangun sendiri. –Rappler.com

Ahmad Santoso adalah seorang wartawan yang berdomisili di Surabaya. Ia peduli pada isu sepakbola, olahraga, politik, sejarah, dan budaya.

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!