‘Pak Jokowi, akankah Anda biarkan generasi muda mati karena rokok?’

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

‘Pak Jokowi, akankah Anda biarkan generasi muda mati karena rokok?’
Robby harus merelakan lehernya bolong akibat merokok sejak usia muda. Ia wafat pada usia 27 tahun, tapi perjuangannya tak berhenti di sini.

JAKARTA, Indonesia — “Waktu saya merokok, saya tidak percaya yang namanya penyakit paru-paru. Merokok mati, nggak merokok mati. Lebih baik merokok sampai mati.

“Saya mendekati kematian.”

Pada usianya yang ke-27, Robby Indra Wahyuda adalah contoh nyata penderita kanker laring. Akibat penyakit yang ia idap karena gemar merokok, Robby telah meninggal dunia pada Selasa, 23 Juni 2015.

Kabar kepergian Robby menyebar di media sosial dengan tagar #FarewellRobby.

Pria asal Samarinda, Kalimantan Timur, ini mulai dikenal oleh netizen Indonesia sejak mempetisi Presiden Joko “Jokowi” Widodo untuk menandatangani Konvensi Pengendalian Tembakau atau Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). 

FCTC adalah upaya global dalam menghadapi bahaya tembakau. Dari 193 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), hanya Indonesia yang belum mengaksesi FCTC.

Menurut Direktur Makanan dan Tembakau Kementerian Perindustrian Enny Ratnaningtyas, ratifikasi FCTC tidak perlu dilakukan karena Indonesia telah memiliki kebijakan yang mengatur tentang kesehatan, yaitu Peraturan Pemerintah (PP) No. 109 tahun 2012. 

“Aturan dalam FCTC juga dikhawatirkan makin ketat dan rawan paksaan inisiator untuk mengikuti kepentingan asing,” kata Enny seperti dikutip Bisnis Indonesia

Sementara itu menurut lembaga swadaya Smoke Free Agents (SFA), faktor ekonomi dan perlindungan kesejahteraan petani tembakau digunakan sebagai tameng oleh pemerintah untuk tidak meratifikasi FCTC. Kedua faktor tersebut dinilai SFA sebagai basis dari keuntungan industri tembakau dan menjadikan masyarakat Indonesia korbannya.  

Rokok ancam generasi muda

Menurut pengakuannya, Robby mulai merokok saat masih duduk di kelas 6 Sekolah Dasar (SD). Perkenalannya dengan rokok terjadi akibat dorongan “agar tampak keren”.

Berkat rokok, akunya, ia mulai kehilangan prestasinya di bidang tarik suara. “Nyanyi saya sudah tidak bisa,” ucapnya perlahan.

Ia divonis oleh dokter menderita kanker laring stadium tiga. “Operasi pengangkatan pita suara. Setelah tiga bulan makin parah,” katanya.

Akibat penderitaannya, Robby berharap agar industri rokok berhenti menyasar generasi muda Indonesia sebagai target mereka. 

“Eksploitasi rokok dan produk tembakau kian merajalela hingga ke usia yang sangat muda bahkan Indonesia memiliki julukan negara baby smoker,” tulis Robby dalam petisinya di situs change.org. Hingga kini petisinya sudah ditandatangani oleh lebih dari 17.000 orang.

Masih ingat kasus balita Ardi Rizal, si bayi perokok asal Sumatera Selatan, yang ngetop karena kisahnya menjadi topik utama sebuah dokumenter asing? Ardi Rizal hanya salah satu kasus perokok anak di Indonesia.

Berdasarkan data Komnas Anak setidaknya terdapat 239 ribu anak Indonesia yang berusia dibawah 10 tahun sudah menjadi perokok aktif. 

Selain meminta Jokowi meratifikasi FCTC, almarhum Robby juga memohon presiden agar:

1. Melindungi generasi muda dari iklan dan teknik pemasaran yang menyesatkan,

2. Mencegah generasi muda, terutama anak-anak menjadi perokok pasif,

3. Mencegah generasi muda dapat membeli rokok dengan mudah dan murah tanpa mengerti bahayanya,

4. Memaksimalkan sumber daya petani dan penjual tembakau melalui kegiatan bertani lainnya yang memiliki nilai ekonomis. 

‘Farewell, Robby’

Tak hanya istri dan keluarganya yang ditinggal Robby (“Saya tidak bisa mengimami istri saya lagi saat salat,” curhat Robby kepada salah satu kawannya), tapi juga pengguna media sosial.

Sejak divonis menderita kanker, Robby sering berceloteh di media sosial, khususnya Facebook. Ia menggambarkan betapa rokok telah menghancurkan keluarganya. 

Keterbukaan Robby soal efek buruk rokok terhadap dirinya disambut baik oleh netizen. Banyak dari mereka yang menanggapi positif —meski tak sedikit juga yang merespon negatif— bahkan saling berbagi cerita di beranda Facebook Robby. 

//

Robby yang kemarin wafat diusia muda (27 thn) akibat kanker larynx dan kanker paru karena merokok sejak SD, sempat…

Posted by Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) on Tuesday, June 23, 2015

Jika kamu memiliki tujuan yang sama dengan Robby, kamu bisa tandatangani petisinya di sini—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!