Jadi sarjana itu penting, tapi pengalaman magang punya nilai lebih

Lita Iqtianti

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Jadi sarjana itu penting, tapi pengalaman magang punya nilai lebih
IP tinggi dan lulus cepat semata karena menganggap hal tersebut adalah jaminan kesuksesan untuk terjun ke dunia bekerja

 

Sudah jadi tradisi kalau kita lulus kuliah itu perayaannya luar biasa. Menyandang gelar sarjana, apalagi dengan nilai yang memuaskan, pasti bikin bangga orangtua. Akibatnya, banyak mahasiswa yang mengejar gelar, IP tinggi, dan lulus cepat, semata karena menganggap hal tersebut adalah jaminan kesuksesan untuk terjun ke dunia bekerja.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2015, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2015 menapak 7,56 juta orang. Angka ini setara dengan 6,18% dari total 122,4 juta orang angkatan kerja. Selain itu, sekitar 600 ribu penganggur terbuka itu lulusan perguruan tinggi baik diploma maupun sarjana.

Nah, lho! Jadi apa dong, yang menjadi kunci kesuksesan seseorang?

Pernah dengar tentang konsep 70:20:10? Konsep ini diperkenalkan oleh McCall, Lombardo, dan Eichinger dari Center for Creative Leadership (CCL) berdasarkan survei pada 200 eksekutif mengenai kunci kesuksesan. Intinya, berdasarkan survei tersebut didapati bahwa 70% dari kesuksesan bisa diraih lewat pengalaman, 20% network, dan 10% pendidikan formal. 

Menarik ya, bahwa sesungguhnya justru kunci kesuksesan ada di pengalaman. 

Sebentar deh, lalu bagaimana dengan yang fresh graduate alias anak yang baru lulus? Jawaban pertama adalah magang. 

Ya, program magang ini banyak banget manfaatnya salah satunya adalah pengalaman. Dengan magang, mahasiswa diberi kesempatan untuk mencoba kehidupan nyata dunia kerja. Yang tadinya hanya menghapal Teori Komunikasi demi ujian, sekarang bisa mengaplikasikannya ke dunia bekerja.

Bukan hanya itu, tapi juga pengalaman berinteraksi dengan banyak orang, menghadapi masalah, diomelin bos, serta beradaptasi dengan lingkungan kerja. 

Lewat magang, seseorang juga bisa secara langsung mendeteksi passion mereka. Apakah pekerjaan di mana ia magang sesuai dengan passion-nya? Apakah ia menginginkan jenis pekerjaan tersebut sebagai karirnya? 

Belakangan ini magang bukan lagi sekadar bikinin kopi, memfotokopi berkas, atau jadi notulen, banyak karyawan magang yang diberi penugasan penuh seperti layaknya karyawan penuh. Asyik, kan? Makin banyak pengalaman yang bisa diraih.

Oh iya, banyak juga yang memilih untuk magang di luar negeri yang tentunya bakal membawa banyak manfaat bagi pengembangan diri mereka. 

Dengan magang di luar negeri alias jadi perantau, biasanya karakter seseorang akan terbentuk. Ia akan tumbuh menjadi orang yang lebih kuat dan mandiri serta lebih mudah beradaptasi terhadap lingkungan baru. Seorang penasihat karir menyebutkan elemen penting dalam dunia profesional adalah ketika kita memerhatikan dan mampu mengikuti norma yang berlaku di dalam sebuah perusahaan. 

Untuk itu, kita perlu memiliki sikap yang adaptif. Bisa dibayangkan kalau kita enggak mampu beradaptasi, kantor mulainya jam 9 pagi tapi dengan alasan, “I’m a not morning person”, maka kita baru datang jam 11. Belum dilihat bagaimana bekerjanya sudah bisa dinilai minus gara-gara ini doang, kan?

Bukan hanya mampu beradaptasi dengan norma yang berlaku di perusahaan tempat bekerja, tapi juga kemampuan beradaptasi dengan perubahan zaman. Contoh, 10 tahun yang lalu, dunia digital masih digunakan oleh kalangan tertentu. Mana kepikiran bakal ada profesi yang hanya ngurusin internet saja? 

Urusan internet = IT. Tapi saat ini, urusan berinternet nggak hanya urusannya anak IT. Ada content specialist, SEO specialist, apps developer, ada… ah, banyak banget! Kalau kita enggak mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman, bisa ketinggalan kereta.

Di Indonesia, ada beberapa hal yang perkembangannya lebih lambat jika dibandingkan dengan di luar negeri. Kalau kita enggak mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman, bisa ketinggalan kereta. 

Kemampuan beradaptasi dengan perubahan zaman dan dunia ini membutuhkan kemampuan berempati dan pemahaman antarbudaya. Kenapa antar budaya? Saat ini, jarak ratusan kilometer yang ada antar negara rasanya seperti tak terasa.

Sudah bukan hal aneh kita melihat orang asing di Indonesia atau seseorang yang dalam seminggu bisa bekerja di 3 negara yang berbeda. Untuk itu, pemahaman antar budaya sangat penting untuk membantu kita beradaptasi. 

Bagaimana cara mendapatkannya? Salah satu untuk mendapatkan empati dan pemahaman antar budaya adalah dengan mempunyai pengalaman antar budaya seperti pernah tinggal, sekolah, maupun kerja di tempat dengan budaya yang berbeda.

Saat ini banyak sekali program yang memungkinkan kita menimba pengalaman di luar negeri. Salah satunya lewat Go Global Indonesia yang menyediakan program internship alias magang di perusahaan-perusahaan terpercaya di dunia untuk berbagai bidang. 

Untuk cara pendaftarannya, bisa lihat di GoGlobalIndonesia.com

Apa keuntungan mengikuti program internship lewat Go Global Indonesia? Apa bedanya dengan program internship lewat lembaga lain?

Go Global Indonesia adalah divisi dari Yayasan Bina Antar Budaya yang sudah puluhan tahun mengurus American Field Service (AFS), yaitu sebuah program pertukaran pelajar yang diikuti ratusan negara di dunia. Alumni AFS saat ini ada lebih dari 500.000 orang dan banyak di antaranya yang keren banget! 

Sebut saja sineas ternama Indonesia, Joko Anwar; sosiolog Imam Prasojo; atau bahkan Anies Baswedan, pendiri Indonesia Mengajar yang mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu. 

Melihat deretan alumni AFS yang berkualitas, maka kita enggak perlu mempertanyakan bagaimana kualitas program yang disediakan oleh Go Global Indonesia, kan? 

Go Global Indonesia akan membuat program coaching dan mentoring untuk para alumninya, jadi kita enggak hanya difasilitasi sebelum dan saat program saja, setelahnya pun masih dinaungi mereka.

Selain itu, keuntungan lainnya yang pasti adalah kesempatan untuk pengembangan karir karena program yang diterapkan memungkinkan kita untuk terlibat secara penuh baik dalam proses bekerja dan juga antar budaya.

Memiliki pemahaman terhadap budaya lain, dapat membuat pola pikir seseorang lebih luwes, memiliki cara pandang yang lebih luas, dan tentunya, menghargai perbedaan (karena sudah mengalami hidup di tengah perbedaan budaya, bahasa, dan lain sebagainya). 

Hal ini tentu sangat penting untuk pengembangan diri yang pastinya memperkaya pengalaman hidup. Pengalaman adalah guru yang terbaik, kan?

Dari pemaparan singkat di atas, serta banyak kisah orang yang sukses walaupun tidak kuliah di kampus ternama yang bertebaran di sekitar kita, makin yakin lah ya, bahwa kesuksesan itu bukan dinilai dari kuliah di mana? 

Jalani saja hidup dengan sungguh-sungguh, perkaya diri dengan beragam pengalaman, pasti sukses ada di depan mata. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!