Karya anak bangsa agar perempuan menikmati orgasme

Firliana Purwanti

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Karya anak bangsa agar perempuan menikmati orgasme
‘Berdasarkan riset, perempuan butuh 10-20 menit rangsangan untuk mencapai orgasme. Sedangkan laki-laki antara 3 sampai 10 menit saja’

Tahukah kamu bahwa tidak semua perempuan dapat mengalami orgasme? 

“75 persen dari laki-laki selalu mencapai orgasme saat melakukan hubungan intim. Sedangkan wanita yang dapat meraih kenikmatan puncak hanya 29 persen,” demikian bunyi hasil penelitian dari berbagai lembaga kesehatan di Amerika Serikat. 

Namun bisa jadi, data statistik ini berlaku juga di Indonesia. Salah satu penyebab perempuan sulit mendapatkan orgasme adalah karena sejak kecil mereka selalu dididik untuk melayani. Anak perempuan yang baik adalah yang selalu membantu orangtua di rumah, melayani ayah, atau pun saudara laki-laki, dengan justifikasi “persiapan” untuk menjadi istri nanti. Melayani suami artinya termasuk melayani kebutuhan seksualnya. Lalu bagaimana dengan kenikmatan seksual perempuan? 

Atas alasan inilah mempromosikan pentingnya orgasme perempuan penting untuk membangun kesetaraan dalam pernikahan. Bahwa tidak hanya istri yang harus melayani suami, suami pun harus melayani istri untuk mencapai orgasme. 

Ini persis yang dilakukan oleh Dema Tio, co-founder Vibease smart vibrator, orang Indonesia yang menciptakan sebuah vibrator cerdas pertama di dunia. 

”Laki-laki itu kan egois, hanya memikirkan dirinya sendiri. Kasihan kan istrinya, kalau setelah menit ke-sepuluh tidak dilanjutkan.”

Dema mendapatkan ide menciptakan Vibease karena ingin memuaskan istrinya secara seksual. Saat itu mereka sedang menjalankan pernikahan jarak jauh antara Singapura dan Amerika Serikat. 

“Berdasarkan riset, perempuan butuh 10-20 menit rangsangan untuk mencapai orgasme. Sedangkan laki-laki antara 3 sampai 10 menit saja,” kata Dema.

“Sedangkan laki-laki itu kan egois, hanya memikirkan dirinya sendiri. Kasihan kan istrinya, kalau setelah menit ke-sepuluh tidak dilanjutkan,” ujarnya. 

“Dari sinilah saya berpikir bagaimana memuaskan istri saya, apalagi dari jarak jauh. Berawal dari sex chatting online, saya kembangkan sebuah vibrator yang bisa dikendalikan dari jarak jauh dengan menggunakan aplikasi telepon,” kata Dema.

Dua hari kemudian, saya menerima Vibease tersebut dari Dema untuk dicoba. Desain dan ukuran kemasan Vibease mirip dengan kemasan telepon genggam. Setelah dibuka, di dalamnya terdapat sebuah vibrator berwarna merah muda, kabel pengisi energi (charger), dan informasi petunjuknya. 

Ukurannya tidak lebih besar dari telapak tangan saya. Bahannya terbuat dari karet silikon kualitas tinggi yang terasa halus di kulit sehingga ketika digunakan tidak mencederai klitoris. 

Warnanya merah muda, ada juga yang berwarna ungu, sangat lucu dan menarik perhatian. Ini salah satu vibrator paling cantik dan cerdas yang pernah saya tahu. Walau kecil dan imut, namun ketika dinyalakan, getarannya dahsyat. 

Saya langsung men-charge Vibease dengan listrik selama dua jam dan mengunduh aplikasi Vibease dari Play Store di gawai Android saya. Setelah itu saya ikut petunjuknya untuk membangun koneksi antara Vibease dengan gawai saya menggunakan bluetooth. Mudah sekali dilakukan. 

Ketika semua sudah siap, saya putar salah satu audio cerita erotis yang tersedia gratis berjudul Oral Fixation, secara otomatis, Vibease bergetar menyesuaikan getarannya dengan jalan cerita. 

Ketika audio cerita erotis berbunyi kata-kata yang semakin membangkitkan gairah, maka getaran Vibease pun akan ikut menguat. Sungguh, tidak perlu menunggu lima menit. Hanya dalam hitungan kurang dari dua menit saya mencapai orgasme luar biasa.

Dema Tio menciptakan Vibease karena ingin memuaskan istrinya secara seksual. Foto dari Vibease

Fitur lain di aplikasi Vibease ini adalah memungkinkan pasangan kamu untuk memiliki akun Vibease sehingga ia bisa mengatur getaran Vibease untuk kenikmatan kamu secara jarak jauh. Sempurna untuk kalian yang punya Long Distance Relationship (LDR) alias berhubungan jarak jauh, seperti kisahnya Dema tadi.

Dua fitur inilah yang membuat Vibease istimewa dibanding vibrator lain. Ide menggunakan audio yang terkoneksi dengan vibrator ini luar biasa cerdas. Seakan-akan pencipta alat ini memahami betul kebutuhan perempuan untuk orgasme. 

Orgasme akan lebih mudah dicapai jika pikiran kita ikut dirangsang, bukan hanya sekedar sentuhan fisik. Bagi perempuan, mungkin juga laki-laki, G-Spot terbesar adalah otak atau pikiran kita. 

Vibease berhasil memberikan kebutuhan bagi G-Spot terbesar kita, yaitu pikiran. Otak dan pikiran kitalah yang sesungguhnya menjadi target rangsangan oleh Vibease agar perempuan dapatkan orgasme. 

Namun, yang perlu ditingkatkan dari Vibease ini adalah memperbanyak audio cerita erotis yang berorientasi pada kenikmatan perempuan. Narasi dalam audio cerita erotis yang tersedia di Vibease masih didominasi oleh fantasi yang dianggap kenikmatan seksual oleh laki-laki. 

Tapi jangan khawatir, saat ini ada 500+ cerita erotis yang bisa diunduh dari aplikasi Vibease. Saya jamin pasti ada cerita-cerita yang sesuai dengan fantasi seks Anda selama ini. 

Dalam tiga hari terakhir ini saya sudah unduh sekitar 10 cerita. Favorit saya adalah berkhayal menjadi pasien dalam cerita Dr. Gael yang menggoda pasiennya. Bahkan, kamu bisa berkontribusi dengan membuat cerita erotis sendiri dan akan mendapat imbalan dari Vibease sesuai jumlah pengunduh cerita kamu. 

Bravo untuk Dema. Ini karya anak bangsa penting untuk perempuan merayakan tubuh dan menikmati orgasme. —Rappler.com 

Firliana Purwanti adalah penulis buku ‘The O Project’. Ia dapat disapa di Twitter, @TheOProject

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!