Kondisi tiga balita korban bom Molotov Samarinda semakin membaik

Virqo Aryan

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kondisi tiga balita korban bom Molotov Samarinda semakin membaik
Ketiga korban sudah mulai menunjukkan perilaku yang ceria, walau masih dipasangi infus

SAMARINDA, Indonesia – Kondisi tiga balita korban bom molotov di Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur yang masih dirawat di rumah sakit terus menunjukkan kemajuan berarti. Tim dokter dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Wahab Syahranie (AWS) Samarinda menilai kondisi ketiganya hingga Rabu, 23 November tetap stabil.

Ketiga korban bom masing-masing, Trinity Hutahayan (3 tahun), Alvaro Aurelius (4 tahun), dan Anita Kristobel Sinaga (4 tahun) masih berada dalam perawatan intensif di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU). Direktur RSUD AWS, dr. Rachim Dinata mengatakan pada Rabu pagi, Anita harus kembali menjalani operasi di rumah sakit. Ini merupakan kali keempat, bocah tersebut menjalani pembersihan luka bakar yang menghanguskan sampai 17 persen di tubuhnya.

“Pembersihan harus rutin dilakukan, kalau pembersihan luka bagus, maka regenerasi kulit dengan media yang bagus bisa menumbuhkan kulit baru yang bagus pula,” ujar Rachim yang dihubungi melalui telepon pada Rabu, 23 November.

Dari ketiga korban bom selamat, memang hanya Trinity yang mengalami luka parah dibanding kedua korban lain. Trinity mengalami luka bakar hingga separuh tubuhnya atau 50 persen.

“Kalau Trinity kemarin (Selasa) juga baru menjalani operasi,” tutur Rachim.

Operasi dilakukan untuk membersihkan jaringan kulit yang sudah rusak. Dokter juga mengganti perban agar pasien tidak mengalami infeksi.

Kendati kondisi kesehatan ketiganya masih dalam keadaan stabil, namun tim dokter, kata Rachim, masih terus melakukan observasi. Mereka khawatir ada kemungkinan dampak lain yang ditimbulkan.

Karena ketiganya masih balita, tim dokter juga belum melepas infus dari ketiganya. Infus kata dia sebagai media untuk memberikan obat, termasuk anti nyeri.

“Masih belum ada rencana dikeluarkan dari PICU,” ujarnya.

Namun, ketiganya sudah bisa beraktivitas walau masih dibatasi. Rachim mengatakan ketiga bocah itu juga sudah mau makan dan berkomunikasi. Mereka juga sudah menunjukkan perilaku yang ceria.

Tim dokter saat ini menambah terapi kepada ketiganya. Langkah ini merupakan tindak lanjut dari proses pengobatan mereka, yakni dengan memberi terapi psikologis.

“Respons terhadap pengobatan sudah bagus, psikososial mereka juga harus kami lihat. Secara psikologis pasca trauma harus mulai dipulihkan,” kata Rachim.

Pihak rumah sakit sebenarnya telah berupaya agar kunjungan pembesuk bagi ketiga pasien dibatasi, karena mereka masih balita. Sebab, sebagai pasien balita, mereka rentan tertular bakteri lain yang dibawa dari luar rumah sakit.

Oleh sebab itu, Rachim meminta kesadaran semua pihak agar pengobatan dan pemulihan ketiga balita ini bisa berjalan normal.

“Kami meminta agar semua pihak mengerti, mereka ini kan masih balita, jadi rentan terhadap infeksi. Bukan ingin membatasi, tetapi ini juga demi kepentingan pasien agar mereka bisa cepat pulih,” katanya.

Rachim juga meminta kepada keluarga agar tidak terlalu khawatir memikirkan biaya pengobatan. Sebab, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur sudah menanggung semua biaya pengobatan dan perawatan selama di rumah sakit.

Sementara, korban lainnya, Intan Olivia Marbun tidak berhasil selamat dari peristiwa keji pada tanggal 13 November itu. Jenazah bocah berusia 2,5 tahun itu akhirnya dimakamkan di Tempat Pemakaman Kristen Putaq, Desa Loa, Duri Ilir, Kabupaten Kutai, Kertanegara, Kalimantan Timur pada Selasa, 15 November.

Kedua orang tua Intan, Anggiat  Banjar Nahor dan Diana, mencoba tegar melihat jasad putri satu-satunya dimasukan ke liang lahat. Prosesi pemakaman dilakukan di tengah hujan deras dan dengan penjagaan dari personil kepolisian. 

“Kami sudah ikhlas dengan kepergian Intan,” ujar Anggiat yang dihubungi Rappler pada Rabu, 23 November. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!