Nasihat ibu dalam setiap langkah Ridwan Kamil

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Nasihat ibu dalam setiap langkah Ridwan Kamil
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengakui nasihat ibunya, Tjutju Sukaesih, membuat dirinya seperti saat ini. Ia selalu meminta pendapat ibunya saat mengambil keputusan yang besar.

BANDUNG, Indonesia — Tak hanya sekali, tapi berkali-kali Wali Kota Bandung Ridwan Kamil selalu menyinggung nasihat sang ibu saat memberikan sambutan atau pidato. Bahkan akibat nasihat ibunda pulalah, salah satu alasan yang membuat Emil, nama kecil Ridwan, tidak ikut bertarung di Pemilihan Gubernur  DKI Jakarta. Ibunda mengingatkan Emil untuk tetap teguh memegang apa yang menjadi tujuan dirinya saat menjadi Wali Kota Bandung.

“Saya ingat nasihat ibu saya, jadilah manusia terbaik yang manfaatnya paling banyak, sehingga saya sekarang mengambil keputusan kebermanfaatan saya yang mana yang paling banyak,” kata Ridwan saat memutuskan tidak ikut Pilgub DKI Jakarta 2017, pada 29 Februari 2016 lalu.

Nasihat ibunya, diakui Emil, membuat dirinya seperti saat ini. Ia selalu meminta pendapat ibunya saat mengambil keputusan yang besar. Pun ketika ia akan mencalonkan diri sebagai Wali Kota Bandung dan diajak untuk bertarung di Pilgub DKI Jakarta 2017. Pria berkaca mata itu menempatkan sang ibu sebagai mentor dan energi hidupnya.

Seperti apakah sosok ibunda orang nomor satu di Kota Bandung ini?

Rappler berkesempatan menemui ibunda Ridwan, Tjutju Sukaesih, di kediamannya di Jalan Konstitusi Kota Bandung, pada Rabu pagi, 21 Desember. Sosoknya bersahaja dan ramah. Ketika berbincang, saya langsung tahu, ada kebijaksanaan dalam setiap tutur katanya.

Ia lahir 77 tahun lalu di Tasikmalaya, Jawa Barat. Dari perkawinannya dengan Atje Misbach, Tjutju melahirkan tujuh anak, namun dua di antaranya meninggal dunia. Emil adalah anak ketiga yang dilahirkan saat dirinya berumur 32 tahun. Emil lahir dengan tubuh yang kecil. Berat badannya hanya 2,5 kg dan panjang badan 46 cm.

“Tapi enggak tahu gimana, sekarang badannya jadi besar,” kata Tjutju sambil tertawa.

Baginya, Emil sama dengan anak-anaknya yang lain, mendapat kasih sayang dan perlakuan yang tak berbeda. Bersama almarhum suaminya, ia mendidik anak-anaknya untuk mandiri, bertanggung jawab, dan tidak mudah menyerah saat menemui masalah. Kelima anaknya kini sudah mengenyam pendidikan tinggi dan berhasil meraih cita-cita mereka. Namun, Tjutju tidak menyangka salah satu anaknya akan menjadi pemimpin daerah.

Maci kaget dan sama sekali enggak menyangka [Emil jadi wali kota],” kata Tjutju yang menyebut dirinya “Maci” itu.  

Posisi wali kota, menurutnya, adalah jabatan yang menakutkan dan berat tanggung jawabnya. Politik bagi Tjutju juga bukan bidang yang digeluti keluarganya. Ia lebih berharap anak-anaknya menjadi dosen seperti dirinya dan suaminya.

Saat Emil meminta izin akan mencalonkan diri sebagai Wali Kota Bandung, Tjutju menanyakan apa tujuan anak laki-lakinya itu menjadi wali kota. Ia menyatakan tidak setuju jika Emil memiliki tujuan yang tidak sesuai harapannya.

“Kalau tujuannya cari uang, kalau tujuan cari jabatan, kalau tujuannya cari popularitas, tidak usah,” katanya tegas.

Posisi wali kota, menurutnya, adalah jabatan yang menakutkan dan berat tanggung jawabnya. Politik bagi Tjutju juga bukan bidang yang digeluti keluarganya. Ia lebih berharap anak-anaknya menjadi dosen seperti dirinya dan suaminya. 

“Pikiran Maci sederhana. Bagi kita, posisi dosen itu kedudukan yang sangat terhormat  di bidang pendidikan dan pendidikan itu akan mengajarkan kita lurus-lurus saja. Dua kali dua pasti hasilnya empat. Beda dengan politik, jawabannya bisa seperti apa,” katanya.

Namun hati Tjutju luluh ketika Emil dengan keukeuh menyampaikan niatnya untuk maju dalam Pilwalkot Bandung pada 2013. Emil berhasil membujuk Tjutju yang akhirnya merestui bahkan ikut mendukung kegiatan kampanyenya.

“Emil bilang begini, ‘Kan kata Mamah kita, tuh, harus bermanfaat bagi orang banyak. Saya kan disekolahkan oleh Mamah dan Bapak, punya ilmu, berarti harus dimanfaatkan. Tapi karena jadi wali kota itu menakutkan, jadi diam saja, ilmunya enggak dimanfaatkan. Jadi mana yang lebih berdosa,  punya ilmu dimanfaatkan atau diam saja’. Jadi [perkataan] itu yang meluluhkan hati Maci,” ujar nenek 10 cucu itu.

Meski masih diliputi kekhawatiran, Tjutju akhirnya merestui keinginan anaknya yang bertekad menjadi wali kota Bandung. Namun sebagai ibu, ia kembali mengingatkan agar Emil meluruskan niatnya hanya untuk ibadah.

“Kata Maci begini, kalau memang sudah bulat, sekarang bersihkan dulu hati luruskan niat. Niatnya hanya semata-mata ibadah kepada Allah. Jadi tujuannya ibadah kepada Allah melalui ilmu yang dimiliki untuk dimanfaatkan ke orang banyak.  Jadi tujuannya itu, bukan cari uang, bukan cari jabatan, dan bukan cari popularitas,” pesan Tjutju saat itu.

Sebagai bukti restunya, Tjutju juga memberikan modal kepada Emil sebagai bekal menjalankan tanggung jawabnya yang berat sebagai wali kota. Modal itu berupa “duit sajuta”.

“Itu bukan uang, tapi singkatan dari Doa, Usaha, Ilmu Ikhtiar Ikhlas,  Tawakal,  SAbar JUjur, dan TAkwa,” ucap perempuan yang masih aktif sebagai dosen di Universitas Islam Bandung (Unisba) dan staf di Lembaga Pengkajian Pangan Obat obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) ini.

Tjutju berfoto di depan bingkai foto Ridwan Kamil (kiri) dan mantan Menteri Pendidikan Anies Baswedan. Foto oleh Yuli Saputra/Rappler

Saat Emil meminta pendapatnya mengenai peluang mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta, Tjutju kembali mengingatkan agar Emil kembali ke tujuan semula, yakni tidak mencari uang, jabatan, atau popularitas. Karena itu, Tjutju meminta Emil untuk fokus mengurus Kota Bandung. Padahal Tjutju sendiri mengaku dirinya sering dihubungi oleh teman-temannya di Jakarta agar mendorong Emil mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta.

“Kata mereka, Ridwan Kamil kan nurut sama ibunya, coba dorong ke DKI. Maci tanya, memangnya enggak ada orang lain di Jakarta,” ujarnya.

Tjutju menyadari bahwa kecintaan anaknya terhadap Bandung sudah tertanam dalam dirinya. Hal itulah yang menurut Tjutju membuat Emil memiliki tekad kuat untuk menjadi Wali Kota Bandung. Ada rasa bangga yang muncul di sanubari Tjutju ketika jabatan wali kota berhasil diraih anaknya, tapi rasa khawatir masih lebih besar. 

Rasa khawatir itu muncul karena Tjutju menyadari tanggung jawab yang ditanggung anaknya begitu berat. Pro dan kontra, suka dan tidak suka, akan selalu dihadapi Emil. Bahkan, Tjutju pernah mendapat telefon dengan nada yang tidak bersahabat dari oknum yang membenci Emil. Sebagai ibu, hanya doa dan nasihat yang bisa diberikan untuk keselamatan anaknya di dunia maupun akhirat. 

“Khawatirnya lebih besar karena biar bagaimanapun Emil, kan, manusia biasa. Khawatir salah menimbang, salah mengucap, apalagi orang-orang mencari-cari kesalahannya,” ungkap Tjutju.

Tjutju saat ini hanya bisa mendoakan agar Emil dan keempat anaknya yang lain bisa menjadi anak yang saleh dan bermanfat bagi orang banyak, seperti harapan banyak ibu di belahan dunia manapun.

“Di mana-mana seorang ibu, mah, tetap ingin anaknya menjadi anak yang saleh, bukan pengen punya anak dengan jabatan ini dan itu. Mudah-mudahan anak-anak Maci jadi orang yang bisa memberi manfaat kepada orang yang banyak melalui ilmunya,” ucap Tjutju penuh harap. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!