LINI MASA: Tragedi penyekapan dan pembunuhan di Pulomas

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

LINI MASA: Tragedi penyekapan dan pembunuhan di Pulomas

ANTARA FOTO

Polisi masih berkesimpulan sementara ini bahwa aksi pembunuhan murni didasari motif perampokan semata

JAKARTA, Indonesia (UPDATED) – Pembunuhan sadis di perumahan elit di Jalan Pulomas Utara di Jakarta Timur mengejutkan publik pada Selasa siang. Pelaku menyekap 11 orang di dalam kamar mandi berukuran 1,5 meter X 1,5 meter tanpa ventilasi dan dikunci dari luar.

Ketika pintu kamar mandi didobrak, sebanyak 6 orang di antaranya ditemukan sudah tak bernyawa. Berikut rangkaian peristiwa terungkapnya aksi pembunuhan yang masih diselidiki oleh polisi itu:

2 Januari 2017

Polda Metro Jaya: Motif peristiwa di Pulomas murni karena perampokan

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Argo Yuwono menepis spekulasi publik yang menyebut ada motif lain dari peristiwa pembunuhan di rumah milik arsitek Dodi Triono di Pulomas, Jakarta Timur. Setelah mendengarkan keterangan dari pelaku terakhir yang berhasil ditangkap, Yus Pane, polisi menyimpulkan motif peristiwa itu akibat perampokan. 

“Iya, sama semua (keterangan tersangka). Setelah kami profiling, semuanya sama ya,” ujar Argo seperti dikutip media

Untuk menjelaskan motif itu, Argo berjanji akan memutar rekaman CCTV yang terpasang di rumah Dodi ketika terjadi perampokan dan penyekapan. 

“Nanti rekaman CCTV akan saya paparkan ke teman-teman semua biar tahu persis. Saya akan undang semua, akan saya paparkan bila perlu,” tutur dia. 

1 Januari 2017

Minta ditembak mati

Kapolda Metro Jaya, M. Iriawan mengatakan pelaku pembunuhan di Pulomas mengaku tidak menyangka jika perbuatan mereka dengan menyekap 11 penghuni rumah elit itu bisa berdampak fatal dan menyebabkan 6 di antaranya meninggal. Menurut pengakuan salah satu pelaku, Erwin Situmorang, sejak awal mereka tidak berniat untuk membunuh penghuni rumah. 

Dia mengaku menyesal dan meminta agar ditembak mati saja ketika akan ditangkap polisi. 

“Dia minta ditembak mati saja sekalian,” ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Argo Yuwono. 

Erwin dan rekan-rekannya tidak tahu jika kamar mandir berukuran 1,5 meter X 1,5 meter itu tidak dilengkapi ventilasi sehingga berdampak fatal bagi penghuninya. Alhasil, 6 dari 11 orang di antaranya ditemukan tak bernyawa usai disekap selama sekitar 19 jam. Baca artikel selengkapnya di sini

 

Polisi berhasil tangkap buron terakhir Pulomas di Medan

DITANGKAP. Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Iriawan (bawah) memberikan keterangan pers mengenai penangkapan tersangka perampokan dan pembunuhan Pulomas, Ridwan Sitorus alias Yus Pane (kanan atas), di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu, 1 Januari. Foto oleh Reno Esnir/ANTARA

Setelah menjadi buronan selama sekitar 5 hari, akhirnya polisi berhasil menangkap pelaku pembunuhan terakhir di Pulomas yakni Ridwan Sitorus alias Iyus Pane di Medan, Sumatera Utara. Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya, Argo Yuwono, Ridwan ditangkap oleh tim gabungan dari kepolisian ketika baru turun dari bus di terminal antar lintas Sumatera pada dini hari tadi. 

Saat ditangkap, Ridwan tidak melakukan perlawanan. Dia berhasil ditangkap usai kepolisian menyebarluaskan identitas Yus melalui media massa. 

“Pelaku (perampokan) masih dalam perjalanan dari Medan menuju ke Polres Jakarta Timur,” ujar Argo kepada media. 

Sementara, Kapolda Metro Jaya, M. Iriawan yang ikut menyaksikan pemulangan Yus Pane dari Medan ke Jakarta di Bandara Halim mengatakan pria berusia 45 tahun itu berniat bersembunyi di rumah saudaranya. Sebelum niat tersebut terlaksana, polisi sudah berhasil menangkap dia. Selengkapnya baca di sini

29 Desember 2016

Polisi sudah mendeteksi lokasi persembunyian tersangka keempat

Tim gabungan polisi masih memburu satu tersangka pembunuhan keluarga di Pulomas yakni Pius Pane alias Yus Pane. Lalu, di mana kah pelaku kini bersembunyi?

“Ada di satu tempat di daerah pinggiran Jakarta dan sudah dideteksi. Tinggal ditangkap saja,” ujar Kapolda Metro Jaya, M. Iriawan. 

Tetapi, Iriawan memilih untuk tidak mengungkap lokasi persembunyian Yus Pane karena khawatir dia akan kabur. Iriawan memberikan waktu tiga hari untuk menangkap tersangka terakhir itu. 

Dia menjelaskan Yus Pane merupakan wakil dari Ramlan Butar-Butar, otak pembunuhan. Yus juga menyeret dan memukul menggunakan senjata api putri Dodi Triono, Dionna (16 tahun). 

“Jadi, dia cukup berperan, meskipun kaptennya adalah Ramlan,” kata dia.

Alasan pelaku menyekap 11 orang di dalam kamar mandi

Kapolda Metro Jaya, M. Iriawan mengungkap keterangan sementara yang diperoleh dari dua tersangka yang berhasil ditangkap, Erwin Situmorang dan Alfins Bernius Sinaga soal alasan kenapa mereka menyekap 11 orang di dalam kamar mandi sempit. Padahal, ada kamar korban yang berukuran lebih luas di lantai dua dan memiliki pendingin udara. 

“Bisa juga alasan dia, mungkin (saat) naik tangga, khawatirnya mereka kabur. Tapi nanti akan kami perdalam,” ujar Iriawan. 

Mereka juga akan mendalami dua hal lainnya yaitu alasan mengapa gagang pintu sengaja dirusak pelaku dan apakah rumah Dodi Triono sudah dibidik sejak awal atau hanya dipilih secara acak. Walau polisi sudah memperoleh keterangan awal dari dua pelaku, tetapi mereka tidak langsung mempercayai. 

Bisa jadi usai didalami, polisi memperoleh fakta baru yang justru membalikan pernyataan dua tersangka tadi. 

Polda Metro Jaya: Tidak ada tindak pemerkosaan terhadap korban penyekapan

Kapolda Metro Jaya, M. Iriawan, mengatakan korban dalam aksi penyekapan yang berujung pembunuhan di Pulomas tidak ada yang diperkosa sebelum disekap di kamar mandi sempit. Keterangan itu didasari pada laporan hasil autopsi terhadap keenam jenazah. 

“Pemerkosaan tidak ada,” ujar Iriawan. 

Dari hasil autopsi pula disimpulkan keenam korban tewas akibat kekurangan oksigen di dalam darah. 

“Kematian itu indikasinya dari pukul 06:00 – 08:00 WIB pada Selasa, 27 Desember. Sementara, korban dimasukan (ke dalam kamar mandi) pada Senin, 26 Desember pada pukul 14:30 WIB. Hasil autopsi menunjukkan semua kekurangan oksigen di dalam darah,” tutur Iriawan. 

Dia tidak menyangka usai disekap selama belasan jam di kamar mandi sempit ukuran 1,5 meter X 1,5 meter, masih ada 5 orang yang selamat. 

“Saya pikir ini mukjizat juga yang sisa lima orang tidak meninggal usai disekap selama 18 jam di ruangan kecil,” kata dia. 

 28 Desember 2016

Satu anggota komplotan pembunuh Pulomas berhasil ditangkap polisi

Tak lama usai membekuk Ramlan Butarbutar dan Erwin Situmorang, tim gabungan kepolisian berhasil menangkap satu anggota komplotan pembunuh di wilayah Pulomas, Jakarta Timur. Pelaku diketahui bernama Alfins Bernius Sinaga dan ditangkap oleh tim gabungan kepolisian di Villamas Indah, Bekasi Utara pada petang hari. 

Dalam aksi pembunuhan di Pulomas, Alfins berperan sebagai sopir dan mengantar dua pelaku lainnya hingga di depan rumah korban. Sama seperti penangkapan dua pelaku lainnya, polisi juga terpaksa melepaskan timah panas kepada Alfins karena mencoba melawan dan kabur saat akan ditangkap. Baca artikel selengkapnya di sini

Polisi tangkap dua pembunuh keluarga di Pulomas

Tak perlu menunggu waktu lama bagi polisi untuk mengungkap pembunuh 6 orang di rumah mewah di kawasan Pulomas, Jakarta Timur. Sekitar pukul 14:50 WIB, polisi berhasil menangkap dua pelaku pembunuhan yakni Ramlan Butarbutar dan Erwin Situmorang di sebuah rumah kontrakan di daerah Rawalumbu, Bekasi. 

Namun, saat akan ditangkap kedua pelaku justru melakukan perlawanan. Polisi terpaksa menembak kaki kedua tersangka. Ramlan tidak bisa bertahan, karena kehabisan darah. 

“Saat akan dilakukan penangkapan, kedua tersangka berusaha melakukan perlawanan sehingga dilakukan tindakan represif dengan melepaskan tembakan di bagian kaki kedua tersangka,” ujar dia. 

Identitas tersangka bisa diketahui berkat kamera CCTV yang dipasang di rumah korban. Kini, polisi masih mengejar dua tersangka lainnya yang buron. Selengkapnya baca di sini

Hasil autopsi pertama: 6 orang tewas akibat kehabisan nafas

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Argo Yuwono akhirnya mengungkapkan hasil autopsi terhadap 5 dari 6 jenazah korban pembunuhan di Pulomas, Jakarta Timur. Berdasarkan pemeriksaan tim forensik, mereka tewas akibat kekurangan oksigen. 

“Hasil autopsi pertama menyatakan korban meninggal akibat kekurangan oksigen dalam darah. Ini hasil autopsi yang dilakukan pada Selasa malam,” ujar Argo ketika memberikan keterangan pers di Mapolda Metro Jaya dan dikutip media.

Dia membantah spekulasi pemberitaan sebelumnya yang menyebut korban sempat ditusuk oleh pelaku karena terdapat ceceran darah di jasadnya. Darah di jasad Dodi berasal dari pembuluh yang pecah dan keluar dari hidung. 

“Tidak ada luka tusuk di jasad almarhum (Dodi). Darah mengalir dan membasahi almarhum itu dari hidung, karena ada sumbatan jadi pecah pembuluh darah,” katanya. 

6 jenazah korban tewas dimakamkan

Keenam korban tewas dalam pembunuhan di area Pulomas dimakamkan di empat lokasi berbeda. Jasad pemilik rumah, Dodi Triono, dan 2 orang anaknya, Diona Arika Andra Putri (16 tahun) dan DG (9 tahun) dimakamkan di Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Jasad ketiganya dimakamkan secara berdampingan, dengan liang lahat DG berada di tengah. Sementara, bocah lainnya berinisial A (9 tahun) dimakamkan di TPU Jatisari, Bekasi.

Ibu korban, Rosy Herawati, masih tak percaya putri sulungnya itu pulang dalam keadaan tak bernyawa. Dia langsung memeluk jenazah A ketika tiba di rumah duka.

“Bangun, nak. Kamu hanya tidur kan. Bangun nak, bangun,” ujar Rosy ketika melihat jasad putrinya pada Rabu dini hari seperti dikutip media.

Ayah A, Rizal Palevi terlihat lebih tenang dan tegar. Namun, dia belum ingin berbicara banyak mengenai kematian putrinya.

A berada di rumah Dodi karena tengah menginap di sana. Keluarga sama sekali tidak tahu mengenai urusan keluarga Dodi.

Sementara, jenazah dua sopir Dodi, Yanto dan Tasrok dimakamkan di dua daerah berbeda. Jasad Tasrok dibawa kembali oleh keluarga di Purbalingga, sedangkan jenazah Yanto dibawa ke Pemalang. Lihat foto-foto pemakaman korban pembunuhan di sini

27 Desember 2016

Keluarga minta pelaku dihukum berat

Salah satu orang tua korban pembunuhan di Pulomas, Rosy Herawati, berharap pelaku bisa segera ditangkap polisi dan dihukum seberat-beratnya.

“Ya, saya kembalikan lagi. (Pelaku) dihukum yang seberat-beratnya,” ujar Rosy yang ditemui di RS Polri Kramatjati dan dikutip media.

Putri Rosy, A, berada di rumah Dodi, karena kenal dekat putrinya, DG. A kebetulan tengah menginap di rumah Dodi. Walau berat, Rosy mencoba menerima kematian putri sulungnya secara ikhlas. Dia menganggap kematian A sudah menjadi kehendak Tuhan.

“Mungkin ini sudah panggilan Allah. Saya serahkan, saya ikhlas, walaupun saya masih berat dengan perginya anak saya,” tutur Rosy.

Korban selamat diberikan penyembuhan trauma

Polisi akan memberikan penyembuhan trauma kepada 5 korban yang masih hidup dalam aksi pembunuhan sadis di Pulomas, Jakarta Timur.

Trauma healing diberikan dari tim psikologi Polda dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bagi korban yang selamat,” ujar Argo.

Dengan kondisi psikis yang normal, maka dapat memudahkan penyidik meminta keterangan dari korban selamat soal kronologi peristiwa dan ciri-ciri pelaku. Kelima korban saat ini masih menjalani perawatan di RS Kartika, Pulomas, Jakarta Timur dengan dijaga ketat polisi.

“Lima korban yang masih hidup dirawat di RS Kartika dan dijaga ketat karena mereka kan saksi kunci,” tutur Argo.

Polisi masih telusuri penyebab tewasnya korban

Penyelidikan kasus ini langsung diambil oleh Polda Metro Jaya. Namun, hingga saat ini polisi belum dapat menentukan penyebab tewasnya 6 orang tersebut.

Polisi tidak ingin terburu-buru dan memilih untuk menunggu hasil autopsi yang dilakukan di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati.

“Nah, kita tunggu saja. Kan (ditemukan) 6 mayat jadi pelan-pelan proses autopsinya,” ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Argo Yuwono.

Hasil autopsi sangat penting untuk menentukan penyebab kematian secara akurat. Sementara ini, polisi menduga mereka meninggal akibat kehabisan nafas.

Otoritas keamanan juga mulai ragu jika motif pembunuhan karena aksi perampokan. Sebab, dalam olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) tidak ada barang yang hilang dari rumah korban.

“Kami masih melakukan olah TKP, jadi kesimpulan sementara ada penyekapan di kamar mandi yang menyebabkan orang meninggal,” kata Argo lagi.

Soal apakah para korban sempat menerima tindak kekerasan seperti penusukan sebelum disekap, Argo juga tidak ingin menyimpulkan demikian. Tetapi, dia tidak membantah ditemukan luka-luka di tubuh para korban.

“Nanti, kita lihat. Namanya, kondisi di kamar mandi tidak ada ventilasi. 11 orang kan di situ tetap berupaya hidup. Nanti, kami akan tanyakan kepada korban yang selamat,” tutur dia. Selengkapnya baca di sini

6 jenazah ditemukan di kamar mandi

TEMUAN JENAZAH. Petugas membawa jenazah korban pembunuhan dari tempat kejadian perkara menuju mobil ambulans di Jalan Pulomas Utara, Pulogadung, Jakarta Timur, Selasa, 27 Desember. Sebanyak 11 orang, di antaranya enam orang tewas setelah disekap para pelaku di dalam kamar mandi berukuran 1,5 meter x 1,5 meter, sementara lima korban selamat. Foto oleh Muhammad Adimaja/ANTARA

Jenazah ditemukan pada Selasa pagi oleh salah seorang teman korban yang bernama Sheila. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Argo Yuwono mengatakan Sehila adalah teman putri pemilik rumah yakni Diona Arika Ananda Putri.

Sheila mendatangi rumah Diona, karena temannya itu tidak kunjung merespons sambungan telepon dan pesan instan untuk membicarakan rencana pergi bersama. Saat berada di depan pagar dan menyapa Diona, tak ada orang rumah yang menyahut.

Maka, Sheila berinisiatif masuk ke dalam rumah karena kondisi pagar dan pintu tidak terkunci. Ketika berada di dalam rumah, Sheila mendengar suara rintihan dari dalam kamar mandi.

Merasa takut, Sheila lalu berlari ke luar untuk meminta bantuan petugas keamanan dan polisi. Petugas keamanan kemudian datang dan mengecek kondisi kamar mandi dengan mendobrak pintu.

“Setelah dibuka, ada 11 orang di dalam kamar mandi,” ujar Ago.

Sebanyak 6 orang di antaranya ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa. Selain Diona, korban tewas lainnya yaitu:

  •  Dodi Triono (pemilik rumah dan ayah Diona, 59 tahun)
  • Diona Arika Andra Putri (putri Dodi, 16 tahun)
  • DG (9 tahun, putri Dodi)
  • Tasrok (40 tahun, supir) 
  • A (teman anak korban) 
  • Yanto (supir)

Sisa 5 orang yang selamat yakni:

  • Emi (41 tahun)
  • Santi (22 tahun)
  • Windy (23 tahun, asisten rumah tangga)
  • Fitriani (23 tahun, asisten rumah tangga) 
  • ZK (13 tahun, putri Dodi)

– Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!