Melawan pelecehan di jalanan bersama Hollaback! Jakarta

Ursula Florene

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Melawan pelecehan di jalanan bersama Hollaback! Jakarta
Hal sederhana seperti berjalan di ruang publik tanpa menghadapi 'catcall' saja rasanya sulit.

JAKARTA, Indonesia — Menjadi perempuan di Indonesia bukan sesuatu yang mudah. Tak perlu sampai pada hal yang rumit seperti kesetaraan gender dan kesamaan hak, hal sederhana seperti berjalan di ruang publik tanpa menghadapi catcall saja rasanya sulit.

 

Sejak pertengahan 2016 lalu, seorang warga negara Amerika Serikat yang bermukim di Indonesia, Angie, menginisiasikan Hollaback! Jakarta; sebuah situs yang memuat kisah pelecehan ataupun kekerasan seksual yang dialami para perempuan di ruang publik.

 

“Kami percaya setiap orang memiliki hak untuk merasa aman di ruang publik—baik online maupun jalanan,” kata dia kepada Rappler pada Rabu, 1 Maret.

 

Hollaback! adalah sebuah gerakan melawan pelecehan yang  dimulai sejak 2005 dari New York, Amerika Serikat. Tujuannya adalah untuk menyadarkan publik tentang bentuk-bentuk pelecehan, juga membentuk strategi yang memastikan bahwa siapapun memiliki hak yang sama atas ruang publik.

 

“Kami percaya setiap orang memiliki hak untuk merasa aman di ruang publik—baik online maupun jalanan,” kata Angie, inisiator Hollaback! Jakarta.

Selain memuat artikel tentang pelecehan dan kesetaraan gender, perempuan yang mengalami pelecehan juga bisa berbagi kisahnya di forum internet. Lewat cara ini, para korban dimotivasi untuk mengakhiri diamnya.

 

Seiring dengan perkembangan waktu, Hollaback! pun bermunculan di berbagai kota dan negara lainnya, termasuk Jakarta.

 

Untuk Jakarta, para perempuan tak hanya berbagi kisah di forum internet. Bersama Hollaback! mereka juga melakukan berbagai kegiatan mulai dari menulis slogan menggunakan kapur di jalanan, hingga melangsungkan Women’s March kecil-kecilan pada akhir Januari lalu.

 

Angie menilai perkembangan Hollaback! di Jakarta lambat namun pasti. “Kami mulai banyak disorot, yang membantu menyebarkan pesan kalau pelecehan di jalan tak dapat diterima dan semua orang bertanggung jawab untuk memeranginya,” katanya.

 

Salah satu bentuk pelecehan yang sering diterima perempuan adalah catcall, atau godaan dari kaum pria di jalanan. Misal, ketika seorang perempuan sedang berjalan, ada seorang atau sekelompok laki-laki yang bersiul dengan niat menggoda atau mengucapkan kata-kata yang tidak enak didengar di telinga.

 

Meski jumlah personel komunitas ini masih sedikit, namun kerja sama dengan organisasi lain seperti Campaign ID, Lentera Sintas Indonesia, dan Jakarta Feminist Discussion Group (JFDG) membuat suara Hollaback! Jakarta bergaung keras.

 

Salah satu proyek besar yang akan mereka lakukan bersama adalah Women’s March di Jakarta pada Sabtu, 4 Maret, mendatang. Aksi ini sekaligus menyambut Hari Perempuan Sedunia yang jatuh setiap 8 Maret.

 

Perempuan menuntut kesetaraan

 

Pada hari itu, para perempuan akan berjalan dari gedung Sarinah ke Istana Negara sambil bernyanyi, menari, dan membawa poster berisi pesan kesetaraan gender. Sebelumnya, berbagai kegiatan menarik sudah dilakukan seperti membuat poster bersama hingga merajut topi Pussyhat—topi berwarna merah muda dengan telinga kucing.

 

Tuntutan para perempuan ini ada beragam. Mulai dari menuntut toleransi dan keberagaman; menghapus kekerasan dan memberikan perlindungan terhadap perempuan; penyamaan hak di berbagai bidang; hingga menghapus diskriminasi kepada minoritas.

 

“Kami mendukung semua tuntutan. Dan kami juga akan terus berjuang setiap hari mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dengan memerangi pelecehan seksual di jalan,” kata Angie.

 

 

 

Harapannya, Angie dan para aktivis isu perempuan lainnya dapat menginspirasi masyarakat Indonesia supaya sadar akan isu kekerasan terhadap perempuan dan bersama-sama mengubahnya. Ia mengaku senang saat mulai muncul gerakan-gerakan lain namun dengan semangat yang sama.

 

“Seperti Lumiere Project yang dikerjakan sekelompok mahasiswi. Mereka fokus pada memerangi cat calling dengan materi kampanye yang menarik,” akunya.

Setelah Women’s March, Hollaback! Jakarta sudah merencanakan berbagai kegiatan menarik lainnya, seperti aksi menulis slogan lawan pelecehan dengan kapur pada Pekan Anti Pelecehan di Jalanan Internasional. Untuk kegiatan ini, Hollaback! bekerjasama dengan Bersama Project dan Lentera.

Selain itu, setiap pekannya juga akan ada serial cuitan di Twitter dengan tagar #lawanpelecehan yang mengedukasi masyarakat tentang topik ini.

Saat ini, sudah lebih dari setengah tahun Angie dan kawan-kawan memulai gerakan melawan pelecehan di jalanan. Saat ditanyakan apakah kondisi Jakarta sudah lebih membaik ketimbang saat ia pertama memulai, ia mengatakan belum ada jawaban positif.

“Seperti sekarang, saat saya menjawab pertanyaanmu, ada orang brengsek yang ‘Psst’ pada saya dan bilang ‘Hey, neng! Psst sst!'” kata Angie.

Situasi di Jakarta memang belum berubah, namun kesadaran akan pentingnya memerangi pelecehan di jalan semakin meningkat. Ia merasa semakin banyak orang yang membahas topik ini.  

“Ini suatu langkah positif menuju arah yang benar,” katanya. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!