Mengubah sampah cangkang telur menjadi figurine keren

Rika Kurniawati

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mengubah sampah cangkang telur menjadi figurine keren
Pendiri L-Craft Telur Indonesia, Dhoni Fadliansyah Wahyu, ingin buktikan kalau sampah bisa menjadi karya yang bernilai jual lebih baik

JAKARTA, Indonesia — Cangkang telur menjadi penentu kehidupan embrio hewan. Embrio-embrio terjaga perkembangannya dari dunia luar karena cangkang telur. 

Selain itu, cangkang telur memberikan cadangan kalsium dan pertukaran gas bagi embrio sebelum siap menetas. Tapi, apakah cangkang telur mempunyai kegunaan bagi manusia? 

Cangkang telur telah menarik perhatian banyak pihak, mulai dari peneliti sampai pekerja kreatif. Sejumlah penelitian membuktikan besarnya potensi dari limbah cangkang telur. 

Ada pula sejumlah peneliti yang melihat potensi limbah cangkang telur sebagai material konstruksi yang ramah lingkungan. Bahkan ditemukan potensi cangkang telur sebagai bahan pembuatan RAM storage pada komputer

Cangkang telur juga menarik perhatian jiwa-jiwa kreatif. Ada yang menggunakan cangkang telur untuk pot mini sampai tempat lilin

“Saya sebenarnya ingin terus mengembangkan L-Craft. Ingin membuktikan bahwa lulusan yang pakai S itu tidak mengejar jadi karyawan saja.”

Dhoni Fadliansyah Wahyu adalah seorang pemuda dari Pamulang, Tangerang Selatan, yang juga mencoba memanfaatkan limbah cangkang telur. 

“Di rumah ini pada suka makan telur, jadi banyak limbah cangkang telur.  Saya iseng-iseng ambil satu untuk saya lem lalu cat,” kata Dhoni kepada Rappler saat berkunjung ke rumahnya beberapa waktu lalu.

Ia menggunakan limbah cangkang telur untuk dijadikan figurine, semacam miniatur karakter komik. 

Sejak awal 2014, pemuda berusia 25 tahun tersebut mulai memasarkan hasil karyanya. Di bawah nama L-Craft Cangkang Telur Indonesia, ia menerima pesanan dari media sosial seperti Instagram dan Facebook

“Waktu mencoba promosi, nama L-Craft yang terpikir. Mungkin terinspirasi dari Death Note. Saya suka karakter L atau Lawliet,” ujarnya.

Satu figurine ia hargai Rp50 ribu. Pertama kali berkreasi, Dhoni membuat karakter Wolverine dari komik Marvel, X-Men. Kini ia menerima beragam pesanan.  

“Sekarang lebih terbuka, tidak hanya dari karakter-karakter yang sudah ada, seperti karakter DC Comics atau Marvel Comics. Sekarang menerima pesanan karakter-karakter yang nyata, misalnya figurine yang mirip dengan anggota keluarganya atau orang terkasih,” katanya.  

Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pesanan berbeda, tergantung detilnya. Satu figurine yang sederhana paling tidak memakan waktu satu hari. 

‘Ngumpulin, kok, sampah?’

MENCIPTAKAN KARAKTER. Bukan hanya membuat figurine karakter komik, Dhoni juga menjadikan orang biasa sebagai hasil karyanya. Figurine ini adalah sarjana UIN, seperti Dhoni. Foto oleh Rika Kurniawati/Rappler

Berhasil mendapatkan gelar sarjana ilmu kimia dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Tangerang Selatan, ternyata tidak bisa menghambat dorongan dalam diri Dhoni untuk berkesenian. 

“Saya sudah hobi bikin kerajinan tangan sejak Sekolah Dasar. Mungkin karena saya suka nonton anime juga, jadi terinspirasi,” akunya. 

Hobinya memang tidak selalu didukung oleh keluarganya. 

“Kadang dibilang bikin sampah sama keluarga, tetapi saya enggakpeduli karena hobi itu membantu saya untuk tidak beli mainan mahal dari luar,” ucapnya. 

Ketika sedang ramai pesanan, usaha Dhoni mendapat dukungan keluarga. Namun jika sedang sepi pesanan, ia didorong untuk melamar pekerjaan ke perusahaan. 

Walaupun begitu, anak sulung dari dua bersaudara itu ingin tetap mengembangkan usahanya. 

“Saya sebenarnya ingin terus mengembangkan L-Craft. Ingin membuktikan bahwa lulusan yang pakai S itu tidak mengejar jadi karyawan saja,” akunya.

“Bila L-Craft sudah maju, saya juga ingin membantu mereka yang terkendala melamar kerja karena kemampuan akademisnya.” 

Kesulitan terbesar yang ia hadapi selama ini adalah di bidang pemasaran produk. “Kesulitan lebih banyak di bidang promosi. Saya kurang paham dengan marketing,” ujarnya. 

Sahabat-sahabatnya yang dulu bersama mengenyam pendidikan di SMA Muhammadiyah 25 Pamulang menjadi pendorong baginya untuk terus mengembangkan L-Craft. Mereka saling bertukar ide ketika bertemu. 

Dhoni berharap orang-orang yang sedang berjuang di bidang yang sama dengan dirinya untuk tidak menyerah. 

“Terus kerjakan apa yang menurutmu itu memiliki manfaat. Meskipun dibilang ‘Ngumpulin kok sampah’, biarkan saja, yang penting bisa nunjukin kalau sampah bisa jadi karya yang bernilai jual lebih baik,” katanya optimistis. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!