Anak-anak pengungsi Gunung Agung belajar bernyanyi bersama

Bram Setiawan

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Anak-anak pengungsi Gunung Agung belajar bernyanyi bersama
Orang tua mempunyai peranan penting dalam menjaga kondisi psikologis anak-anak di pengungsian

 

KLUNGKUNG, Indonesia – Para anak-anak pengungsi Gunung Agung di Gelanggang Olahraga (GOR) Swecapura, Klungkung bernyanyi dan menari bersama saat Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi berkunjung.

Pria yang akrab disapa Kak Seto itu mengajak anak-anak pengungsi untuk tetap ceria menikmati suasana.

“Jadi anak-anak tidak (merasa) sendirian yang memungkinkan mereka menjadi penuh secara emosional,” kata Kak Seto pada Minggu, 1 Oktober 2017.

Menurut Kak Seto, anak-anak di pengungsian harus tetap memiliki kegiatan yang menyenangkan. Anak-anak, kata dia, harus dijaga supaya tetap merasa tenang, semangat, dan gembira. “Tunjukkan anak-anak adalah pribadi yang tangguh, kuat, dan bisa menghadapi cobaan dengan cara-cara yang tepat,” katanya. 

AKTIVITAS SORE. Anak-anak di pos pengungsian GOR Swecapura mengisi aktivitas sore hari, membaca, menggambar, dan mewarnai. Foto oleh Bram Setiawan/Rappler

Menurut Kak Seto, orang tua mempunyai peranan sangat penting dalam menjaga semangat anak-anak di pengungsian. Saat Kak Seto mengajak anak-anak bermain, para orang tua juga ikut memeriahkan. Menurut dia, anak-anak akan becermin pada kondisi emosional orang tua. Para orang tua, kata Seto, harus mampu menjadi semacam psikolog dan terapis,

“Sehingga anak-anak yang rentan terhadap berbagai permasalahan yang akan mengganggu pertumbuhannya bisa diselamatkan,” tuturnya.

Anak-anak di GOR Swecapura sering mengisi waktu mereka dengan membaca. Perpustakaan keliling yang disediakan oleh Gerakan Masyarakat Gemar Membaca (Gema Arca) selalu datang setiap sore. Program dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Klungkung itu setiap hari membawa sekitar 1.000 buku.

I Kadek Epa Candra Saputra, 13 tahun, terlihat santai membaca buku bersama teman-temannya. Epa membicarakan keterangan tentang gunung api dalam buku yang ia baca berjudul Planet Yang Bergolak.

“Kangen rumah, tapi enggak bosan di sini (pengungsian). Di sini bisa asyik membaca,” kata bocah pengungsi asal Dusun Lusuh, Kecamatan Selat, Karangasem itu.

Adapun Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Klungkung I Nengah Sudiartha mengatakan walaupun di pengungsian para anak-anak harus tetap ceria dalam belajar. Sudiartha menjelaskan perpustakaan keliling Gema Arca hanya terpusat di GOR Swecapura karena jumlah pengungsi sangat banyak.

“Supaya pengetahuan tidak terputus, dan menarik minat baca,” katanya.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!