Saya tidak setuju komentar Fadli Zon

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Saya tidak setuju komentar Fadli Zon
Membaca pesan kuat Presiden Jokowi dari teks lengkap pidato Jokowi di HUT TNI ke-72

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon menganggap Pidato Presiden Joko ‘Jokowi’ Widodo dalam Perayaan Hari Ulang Tahun ke-72 Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah normatif dan biasa-biasa saja. Saya membaca pernyataan Fadli, politisi Partai Gerindra, di media massa. 

Fadli Zon berasal dari partai politik yang mendukung Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden 2014.  Prabowo dikalahkan Jokowi. Jadi, saya tidak heran membaca komentar Fadli Zon.

Saya tidak setuju dengan isi komentar Fadli Zon. Menilai sebuah pidato tidak cukup membaca teks yang tersedia tetapi juga konteks. Bagaimana rangkaian kalimat yang dianggap normatif dan biasa-biasa saja itu disampaikan? Suasana kebatinan apa yang melingkupi ketika Presiden Jokowi (dan stafnya) memutuskan untuk mengutip ucapan Jenderal Besar Sudirman, tokoh panutan TNI, bahwa “politik tentara adalah politik negara, politik TNI adalah politik negara, dan loyalitas tentara adalah  hanyalah loyalitas untuk kepentingan bangsa dan negara.”

Sebagaimana dimuat dalam laman historia.id, ucapan Jenderal Sudirman disampaikan dalam konteks ketika dia menolak perjanjian Roem-Royen karena curiga akan kelicikan Belanda.

Pilihan topik yang disampaikan Jokowi dalam HUT yang dihadiri ribuan pasukan TNI dan disiarkan luas oleh media massa itu kontekstual.  Perlu disampaikan sebagai pengingat, terutama kepada unsur pimpinan TNI.  Masih terasa, meningkatnya tensi politik gara-gara lontaran ucapan Panglima TNI Jenderal Gatot tentang akan masuknya 5.000 senjata api ilegal. (BACA: Polemik impor senjata Polri, skenario politik yang gagal?)

Untuk menurunkan tensi, dan mencegah potensi perpecahan antara lembaga negara, awal pekan ini, dalam sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jokowi menginstruksikan seluruh kementerian dan lembaga, termasuk TNI dan Polri, fokus pada tugas pokok dan fungsi masing-masing.  

“Saya sebagai kepala pemerintahan, negara dan panglima tertinggi angkatan darat, laut, dan udara, memerintahkan fokus pada tugas masing-masing,” kata mantan Walikota Solo itu pada Senin, 2 Oktober 2017. Jokowi tidak ingin anggota kabinet, termasuk Panglima TNI dan Kapolri, gaduh. (BACA: Kilas balik kinerja TNI dalam 3 tahun terakhir)

Dalam pidatonya, setidaknya lima kali Jokowi menyampaikan kata terima kasih kepada jajaran TNI.  Nuansa mengapreasi dan membesarkan hati pasukan TNI sangat kental. Menurut saya, pesan ini penting disampaikan agar seluruh prajurit paham bahwa kalau ada sentilan kepada pimpinan itu bukan berarti Jokowi meragukan TNI sebagai institusi.  Clear.  Hal ini juga ditunjukkan dengan kehadiran Jokowi dalam acara nonton bareng film Pengkhianatan G30S/PKI di markas Korem 061 Suryakencana Bogor.

Dua kali dalam pidatonya Jokowi menyampaikan bahwa TNI harus sinergi, bersatu dan solid dengan institusi lain di pemerintahan.  Tanpa perlu menyebut secara khusus institusi Polri. Sebab, Panglima TNI Gatot Nurmantyo juga pernah secara terbuka berbeda pendapat dengan Menteri Pertahanan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu. (BACA: Pernyataan kontroversial Jenderal Gatot Nurmantyo)

Teks lengkap pidato Jokowi

Persisnya, berikut teks lengkap pidato Jokowi para perayaan HUT TNI ke-72 yang gelar di Dermaga Pelabuhan Indah Kiat di Cilegon, Banten.

Yang saya hormati Wakil Presiden Republik Indonesia berserta  Ibu Mufidah Jusuf Kalla,

Yang saya hormati, Pimpinan dan dan Anggota lembaga tinggi negara,  para Menteri Kabinet Kerja

Yang saya hormati,  Panglima TNI beserta Kepala Staf Angkatan

Yang saya hormati, Kapolri

Yang saya hormati dan  saya banggakanm  segenap prajurit TNI beserta seluruh keluarga besar TNI, para tamu undangan dari negara sahabat, hadirin sekalian yang saya muliakan.

Di  hari yang berbahagia ini,  dengan penuh rasa bangga kita berkumpul di sini untuk merayakan hari ulang tahun TNI yang ke-72. Dengan penuh rasa bangga kita menyaksikan nantinya kehebatan angkatan  bersenjata kita yang berada di hadapan kita semua, dan dengan penuh rasa optimis saya mengatakan bahwa TNI akan menjadi angkatan bersenjata yang makin disegani oleh negara-negara lain (tepuk tangan), yang akan menjadi kekuatan besar di regional, di Asia, dan dengan penuh keyakinan saya percaya bahwa TNI akan selalu yang pertama, yang terdepan dalam menjaga persatuan dan keutuhan  Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Oleh karena itu pada kesempatan yang membanggakan ini,  saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas profesionalisme  TNI yang terus meningkat, terima kasih yang sebesar-besarnya atas komitmen seluruh jajaran TNI dalam memegang teguh sumpah prajurit.  Terima kasih yang sebesar-besarnya atas dedikasi para prajurit dalam menjalankan tugas-tugas berat yang penuh risiko. Dan, terima kasih yang sebesar-besarnya atas peran sentral TNI dalam menjaga NKRI, menjaga Pancasila dan menjaga kewibawaan negara.

Para prajurit TNI yang saya banggakan, hadirin yang saya muliakan.  Saya ingat pesan Jenderal Besar Sudirman tentang jatidiri TNI yang saya yakin  sangat dan  bahkan makin relevan untuk masa kini dan masa yang akan datang, bahwa politik  tentara adalah politik negara, politik TNI adalah politik negara, dan loyalitas Tentara hanyalah loyalitas untuk kepentingan bangsa dan negara (tepuk tangan)

Politik dan loyalitas kepada bangsa dan negara itu berarti kesetiaan memperjuangkan kepentingan rakyat,  kesetiaan menjaga keutuhan wilayah dan NKRI, dan kesetiaan kepada pemerintah yang sah.

TNI adalah milik nasional yang berada di atas semua golongan, yang tidak terkotak-kotak oleh kepentingan politik yang sempit, dan tidak masuk ke kancah politik praktis.  Yang selalu menjamin netralitas politik di era demokrasi sekarang ini, yang selalu menjamin keutuhan wilayah nasional dan membangun persatuan serta solidaritas antar anak bangsa, antar komponen bangsa

Saya  bangga dan terkesima mendengarkan sumpah prajurit,  sumpah saudara-saudara sekalian, untuk setia kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila  dan UUD 1945, tunduk kepada hukum dan memegang disiplin keprajuritan, taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan, menjalankan segala kewajiban dengan penuh rasa tanggung jawab kepada Tentara dan NKRI dan memegang segala rahasia Tentara sekeras-jerasnya.

Ini adalah sumpah yang membanggakan, betapa besar komitmen dan dedikasi prajurit TNI untuk bangsa dan negara yang membawa kemuliaan negara,  kemuliaan  bangsa Indonesia.

Fondasi itulah yang harus dipegang teguh oleh institusi TNI dan oleh prajurit TNI. Fondasi itulah yang patut diteladani oleh seluruh rakyat Indonesia.  Fondasi itulah yang membuat kita kokoh berdiri menghadapi gelombang zaman yang sering bergolak.  Fondasi itulah yang memperkokoh Indonesia dalam  menghadapi dan  memenangkan persaingan global

Para prajurit TNI yang saya cintai, dan hadirin yang berbahagia

Sampai kapanpun juga, kita harus waspada  terhadap upaya dari luar yang merongrong keutuhan wilayah Indonesia, kita harus waspada terhadap rongrongan dari dalam yang mengganggu Pancasila sebagai dasar negara kita.  Dan juga kita harus waspada terhadap  peperangan nyata di bidang budaya dan ekonomi di era perdagangan bebas dan perkembangan teknologi yang maha cepat sekarang ini.   Tidak ada jalan lain bahwa kita harus bergegas membangun fondasi ekonomi nasional kita, harus Indonesia sentris sebagaimana tuntutan doktrin pertahanan semesta yang dipegang teguh oleh TNI, harus menjaga stabilitas politik dan keamanan, harus menumbuhkan kepercayaan masyarakat internasional  terhadap negara kita Indonesia.

Dalam dunia yang semakin transparan sekarang ini tidak ada lagi yang bisa kita tutup-tutupi. Kejadian  sekecil apapun di sudut negeri ini akan terberitakan sampai manca negara. Tidak ada pilihan lain kecuali kita harus memberikan pesan bahwa Indonesia adalah negara yang stabil.  Sinergi antara TNI dengan institusi  lain dalam pemerintahan,  dan dengan seluruh komponen anak bangsa adalah mutlak, adalah wajib untuk dijaga dan ditingkatkan.

Para prajurit TNI yang saya banggakan, hadirin yang berbahagia,

Saya teringat kepada naskah ikrar yang kita bacakan di  setiap upacara hari kesaktian Pancasila di Lubang Buaya, tanggal  1 Oktober.  Bahwa, sejak kemerdekaan NKRI diproklamirkan, telah banyak rongrongan dari dalam maupun luar negeri.  Bahwa rongrongan tersebut  dimungkinkan karena kelengahan, kekurang waspadaan kita, dan ikrar utama kita adalah, kita membulatkan tekad untuk mempertahankan dan mengamalkan Pancasila sebagai sumber kekuatan untuk menggalang kebersamaan dalam memperjuangkan dan menegakkan kebenaran serta  keadilan demi keutuhan NKRI.  Sekali lagi kita tidak boleh lengah, kita harus bersatu, TNI dan institusi lain dalam pemerintahan dan dengan seluruh komponen bangsa, harus bersinergi dan solid, harus bersatu padu dan bahu-membahu.

Terima kasih sekali lagi atas komitmen dan dedikasi saudara-saudara menjadi patriot sejati yang menjaga NKRI dan menjunjung tinggi Ibu Pertiwi.

Dirgahayu TNI,

Dirgahayu Bhayangkari  Negara,

Bersama Rakyat, TNI Kuat.

Selain kalimat yang secara sengaja diulang-ulang, Jokowi mengingatkan juga dampak era digital yang membuat setiap informasi, termasuk perbedaan pendapat, seketika viral.  Dan seketika pula ditangkap media massa sebagai bagian dari berita. Termasuk oleh media asing. Kegaduhan di antara pembantu-pembantunya akan menggerus kepercayaan yang masih cukup tinggi, sebagai hasil dari semangat Jokowi membangun infrastruktur.

Gaduh antar menteri selama ini diduga menjadi penyebab sikap wait and see para investor. Jokowi pun heran mengapa investor tak kunjung datang.  Apalagi kalau kegaduhan melibatkan institusi yang punya senjata. 

Maka, penting untuk mengingat kembali teladan yang ditunjukkan Jenderal Sudirman. Termasuk ketika Panglima Besar akhirnya memilih menunjukkan sikap loyal terhadap apa menjadi keputusan pemerintahan Sukarno-Hatta saat itu, yang memilih jalur perundingan untuk perjuangan kemerdekaan RI. 

Kita tentu lega karena pesan Jokowi langsung dijawab Panglima TNI Gatot. “Saya menegaskan pula bahwa politik TNI adalah politik negara. Politik yang diabdikan bagi tegak kokohnya NKRI yang di dalamnya terangkum ketaatan pada hukum, sikap yang selalu menempatkan kepentingan rakyat di atas kepentingan apapun. Serta taat pada atasan, yaitu Presiden RI yang dipilih secara sah sesuai dengan konstitusi. Dan sekali lagi, jangan ragukan TNI kesetiaannya.” 

Sejuk. Bolehkah kita berharap tensi politik mereda? – Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!