Menikmati eloknya Lhok Mata Ie, pantai tersembunyi di Aceh

Habil Razali

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menikmati eloknya Lhok Mata Ie, pantai tersembunyi di Aceh
Titik terakhir jika menggunakan petunjuk arah dari Google Maps hanya sampai di Pantai Ujong Pancu

BANDA ACEH, Indonesia — Mahzar menyeka tubuhnya yang dibasahi peluh. Nafasnya mulai habis setelah ia mendaki selama 15 menit. Pria berusia 19 tahun itu lantas memilih berteduh sejenak di bawah pohon besar. 

“Lumayan jauh ternyata,” kata Mahzar dengan nafas tak teratur. Minggu akhir Oktober 2017, Mahzar bersama Rappler mengunjungi sebuah pantai di kawasan Aceh Besar, Aceh. 

Lokasi pantai yang ingin kami tuju ini cukup tersembunyi. Warga di sana menyebut pantai ini Lhok Mata Ie, dalam bahasa Aceh. Jika diartikan ke bahasa Indonesia, maknanya tempat keluar mata air.

Mendengar nama tersebut, kebanyakan orang mengira di sana bukanlah sebuah pantai, melainkan kolam yang memiliki sumber mata air jernih.

Kami menelusuri persembunyian pantai ini di internet. Sejumlah foto pemandangan menakjubkan di laman hasil pencarian membuat kami rasa penasaran kami bertambah.

Sayangnya, alamat menuju ke sana sama sekali tidak terlacak. Titik terakhir jika menggunakan petunjuk arah dari Google Maps hanya sampai di Pantai Ujong Pancu. Berjarak 15 km dari Kota Banda Aceh.

Keesokan harinya, dari sudut warung kopi di Banda Aceh, kami bergerak. Perjalanan menggunakan kendaraan roda dua kami tempuh menuju pantai Ujong Pancu di Kecamatan Peukan Banda, Aceh Besar.

Melewati jalanan aspal sempit, kami tiba di titik terakhir jalan yang bisa dilalui kendaraan. Dikarenakan sebuah jembatan di sana telah amblas dihempas pasang air laut. Dua pria di sana rupanya mengamati kami yang kebingungan.

“Kalau ke Lhok Mata Ie ditempuh dari jalan mana ya pak?” tanya Mahzar sambil menyalami kedua warga Ujong Pancu itu. “Parkir motornya di sana Dek, kemudian kalian harus mendaki melalui jalanan setapak ini,” jawab seorang lelaki sambil menunjuk ke arah jalanan setapak di kaki pegunungan.

Kami rupanya berhenti di tempat yang tepat. Tidak berlama-lama, kami memarkirkan motor di halaman rumah panggung. Rumah tersebut milik seorang pria yang kami tanyakan tadi. Tarif parkirnya Rp.5000 untuk satu kendaraan.

Usai membayar, motor kami terparkir bersama puluhan motor lain yang lebih dulu di sana. “Motor yang lain ini sudah dua hari di sini. Mereka bermalam di sana (Lhok Mata Ie),” terang penjaga parkiran. “Bermalam atau tidak, bayar parkirnya sama juga.”

Kami mulai mendaki gunung mengikuti jalan setapak yang diarahkan. Kali ini kekuatan otot kaki mulai dipertaruhkan. Tenaga semakin dikuras. Untungnya, gunung yang kami daki ini masih banyak pepohonan besar. Sehingga sinar matahari tidak langsung menerpa kami. Dan membuat perjalanan sedikit adem.

Jalur pendakian ini kurang lebih sepanjang dua kilometer. Membutuhkan waktu selama 40 menit untuk melewatinya. Jalur ini terbilang sedikit terjal. Kami sempat beberapa kali berhenti karena kelelahan.

Pesona lain selama perjalanan yaitu bisa mendengar kicauan burung di balik pepohonan. Jika beruntung, kita dapat bertemu monyet yang sedang berayun-ayun di dahan pohon yang rimbun.

Pasir putih.

“Kita hampir tiba,” ujar Mahzar dengan nada keras. “Suara air terdengar sudah sangat dekat,” lanjutnya sambil mempercepat langkah kakinya. Pepohonan yang rimbun tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk menengok di baliknya. Rasa penasaran kami semakin memuncak.

Jalur semakin menurun. Menandakan tempat tujuan kami segera tiba. Rasa lelah terlupakan sudah. Perjalanan panjang yang menguras banyak tenaga segera terbayarkan. Kami mulai berlari.

Sesampai di sana, kami terdiam sejenak. Langkah seakan kaku. Pemandangan yang disuguhkan ternyata lebih indah dari foto kami lihat di internet: Pantai berpasir putih membentang sekitar 50 meter, air laut berkilau ditempa sinar matahari.

Pasir di pantai ini memang tidak terlalu luas. Bebatuan besar dan karang menghiasi di sisi lain pantai. Ombak tidak terlalu tinggi, terbilang aman untuk pengunjung yang ingin mandi atau diving.

Spot mancing dan camping

Garis pantai berpasir yang hanya puluhan meter, membuat pantai ini tampak luar biasa. Pasir pantai diapit oleh bebatuan besar dan karang di sisi lain. Pantai ini juga dikelilingi pegunungan hijau yang terbentang panjang.

Tak pelak jika pantai ini sangat cocok untuk yang suka camping. Pengunjung yang bermalam di sana bisa mendirikan tenda di bawah pepohonan besar yang tidak jauh dari pantai. Adapula yang menggunakan ayunan hammock yang dikaitkan di dahan kayu.

Selain camping, Lhok Mata Ie ternyata menjadi spot favorit bagi penyuka mancing. Pemancing sering melemparkan kail dari atas bebatuan besar. Mereka menunggu pancingan sambil menikmati pemandangan yang memanjakan mata.

Sayangnya belum ada akomodasi apapun di pantai ini. Oleh karenanya, pengunjung harus membawa sendiri segala keperluan. Sebagai daerah syariat Islam, untuk pengunjung perempuan yang ingin camping harus ada izin dari aparatur desa setempat.

Penasaran bagaimana aslinya? Ayo pacu tenagamu ke Lhok Mata Ie!

Pantai Lhok Mata Ie ditaburi batu-batu besar. Foto oleh Habil Razali/Rappler

Air laut yang jernih menjadikan Pantai Lhok Mata Ie semakin cantik. Foto oleh Habil Razali/Rappler

Pengunjung bisa mendirikan tenda di atas batu di bibir pantai. Pengujung juga dibolehkan menginap. Foto oleh Habil Razali/Rappler

—Rappler.com

Lihat keindahan Pantai Lhok Mata Ie dengan promo flight JD.id

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!