‘Perempuan-Perempuan Chairil’: Pergulatan batin sang penyair

Abdul Qowi Bastian

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

‘Perempuan-Perempuan Chairil’: Pergulatan batin sang penyair

Joko Widodo

Pementasan 'Perempuan-perempuan Chairil' menggambarkan satu sisi kehidupan penyair Chairil Anwar yang mewarnai sajak-sajaknya

JAKARTA, Indonesia — Seorang pemuda berwajah tirus dengan rambut berombak berdiri sendiri menyender ke sebuah tiang lampu taman. Hari menjelang malam. Jemari-jemarinya yang panjang memegang sebatang rokok yang ia hisap kemudian hembuskan asapnya. 

Bahkan sejak awal tirai dibuka, Chairil Anwar (diperankan Reza Rahadian) sudah kesepian. Ia memulai monolog dengan mengagungkan sosok-sosok perempuan malam—makhluk ciptaan Tuhan yang menjadi inspirasi dari banyak puisi-puisi penyair kelahiran Medan, 26 Juli 1922, itu. 

Sesuai namanya, pementasan teater Perempuan-Perempuan Chairil menceritakan fragmen-fragmen kisah cinta penulis sajak Aku itu berlabuh dari satu pelukan ke pelukan lain, mencoba mengusir sepi yang menggelayuti hari-harinya.

“Bagi Chairil, perempuan adalah inspirasi. Ia mencintai dengan gebu dan rencana, tak selalu berpikir bahagia, lebih kerap dihadang oleh nestapa,” kata Hasan Aspahani, penulis buku biografi Chairil, yang juga menjadi penulis naskah pertunjukan bersama Ahda Imran. 

Ada empat perempuan yang dipilih oleh produser Happy Salma untuk menggambarkan kisah asmara Chairil. Semasa hidupnya, Chairil kenal dan berhubungan dekat dengan banyak wanita, namun empat tokoh ini memiliki tempat yang istimewa dalam kehidupan Chairil yang sudah tahu ingin menjadi penyair sejak berumur 15 tahun. 

Ida adalah seorang pemikir kritis dan bisa menyaingi intelektualisme Chairil ketika mereka berdebat. Foto dari Image Dynamics

Yang pertama adalah Ida Nasution (Marsha Timothy), seorang mahasiswa dan penulis yang hebat. Ida merupakan seorang pemikir kritis dan bisa menyaingi intelektualisme Chairil ketika mereka berdebat.

Penonton dapat melihat bahwa Ida merupakan pasangan dan lawan yang sepadan bagi Chairil, anak pejabat pribumi di Medan yang mengenyam pendidikan Belanda. Kecerdasan Chairil membedakan ia dari lelaki-lelaki lain, selain tentu sikap acuh tak acuhnya dan kejeniusannya dalam mengolah kata. 

Tapi Ida menganggap Chairil tak punya masa depan. Ida sendiri pernah berkata pada salah satu sahabat Chairil, HB Jassin, “Chairil itu memang binatang jalang yang sesungguhnya. Tapi apa yang bisa diharapkan dari manusia yang tidak karuan itu?”

Tak heran, meski ia dan Ida tak pernah bersatu, Chairil tetap mendambakannya, walau ia tengah berada dalam pelukan perempuan lain.

Hingga akhir hidup sang penyair, Sri Ajati tak pernah tahu Chairil memuja dan mencintainya. Foto dari Image Dynamics

Sri Ajati (Chelsea Islan), juga seorang mahasiswi, adalah seorang perempuan yang hebat pada zamannya. Sri gemar bermain teater dan pernah menjadi model lukisan Basuki Abdullah, yang membuat hati Chairil tercorengi rasa cemburu.

Gadis ningrat itu tak membeda-bedakan kawan, ia ikut bergerak di tengah pemuda-pemuda kawan Chairil. Bahkan Chairil pun menudingnya sebagai sumber inspirasi buku Sutan Takdir Alisyahbana yang diberi judul Anak Perawan di Sarang Penyamun.

Chairil menebar pesona romantisme pada Sri yang menganggap Chairil sebagai sosok yang jujur dan pemberani. Tapi karena keluwesannya dalam berteman dengan siapa saja, Sri tak pernah tahu Chairil memuja dan mencintainya. Hingga Chairil meninggal dalam usia 27 tahun pun, Sri tak pernah tahu Chairil menulis sajak untuk dirinya yang tertuang dalam Senja di Pelabuhan Kecil. 

Kisah cinta Chairil dan Sumirat penuh gelora. Kemurungan banyak muncul dalam sajak Chairil setelah mengenal Sumirat. Foto dari Image Dynamics

Perempuan ketiga adalah Sumirat (Tara Basro), seorang yang lincah dan menggemaskan, dan anak seorang terdidik. Ia mengagumi keluasan pandangan Chairil dibanding laki-laki lain yang ayahnya jodohkan untuknya. 

Kisah cinta keduanya penuh semangat dan bergelora. Dari Sumirat lah, tragisme dan kemurungan Chairil kemudian banyak muncul dalam sajak-sajaknya.

Chairil sebagai seorang penjelajah yang masih ingin berlayar, enggan memberikan kejelasan bagi Sumirat yang membalas cinta Chairil dengan kasih seluas samudra, namun sayang, cintanya kandas juga. 

Kepada Hapsah (Sita Nursanti) lah, Chairil berlabuh. Seorang perempuan biasa, anak petinggi desa di Krawang, yang membuat Chairil tersadar bahwa ia adalah juga lelaki biasa. Di ujung hidupnya, Chairil memilih realistis dengan menikahi Hapsah, seorang pegawai yang berpenghasilan tetap. Profil Hapsah bisa dibilang bukan tipe perempuan ideal Chairil.

Menjelang ajalnya, Chairil menemukan hangatnya rumah dalam sosok Hapsah setelah berkelana. Foto dari Image Dynamics

Buktinya, pernikahan mereka sering diwarnai pertengkaran akibat Hapsah yang tak bisa memahami gaya hidup bohemia yang Chairil anut. Pun sebaliknya, Chairil yang tak bisa mengerti apa yang diinginkan dan didambakan oleh seorang istri terhadap suaminya. 

Meski tak selamanya akur, keduanya menyambut seorang anak perempuan yang diberi nama Evawani. “Wani” dalam bahasa Sunda berarti “Berani”.

Menjelang ajalnya, Chairil menemukan hangatnya rumah setelah berkelana ke sana-ke mari. Siang dan malam yang ia habiskan bersama keempat perempuan ini menyadarkannya bahwa “cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar”. 

Empat perempuan, empat cerita berbeda, satu laki-laki. Lewat Perempuan-Perempuan Chairil, penikmat seni dapat lebih jauh mengenal sosok Chairil di balik karya-karyanya yang legendaris dan mendunia. Ini hanyalah satu sisi penyair kenamaan Indonesia yang kedalamannya masih bisa digali dan digali.

Agus Noor, sang sutradara, menyebut pementasan ini sebagai “biografi puitik, di mana adegan dan percakapan dihidupkan kembali berdasarkan puisi-puisi Chairil”. 

Perempuan-Perempuan Chairil dipentaskan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, pada Sabtu dan Minggu, 11-12 November. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!