Ayahku, sang pahlawan pembuat sumur

Riana Nurlita

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Ayahku, sang pahlawan pembuat sumur
Tulisan ini adalah salah satu pemenang kompetisi menulis dalam rangka Hari Ayah Nasional yang Rappler adakan

Pahlawan super? Kalian pasti berpikir tentang superhero yang ada di film-film. Yang mempunyai kekuatan api, air, tubuh besar, dan masih banyak lagi. Tapi ini berbeda, saya menganggap superhero adalah ayah saya sendiri. Karena di samping melakukan kewajibannya sebagai pencari nafkah, ayah adalah sosok yang dijadikan sebagai panutan dalam keluarga.                 

Sebagai contoh dalam pengalaman saya, dulu waktu musim kemarau, rumah kami kekeringan air. Sumur-sumur di RT kami banyak yang kering karena RT kami termasuk dataran tinggi. Tapi ayah saya mempunyai ide. Ia dan kawan-kawannya membuat sumur di daerah yang datarannya lebih rendah dari rumah saya. Pengerjaan sumur dilakukan dalam waktu beberapa hari. Alhasil, sumur berhasil dibuat. Ayah saya mengambil air dari sumur tersebut. Lumayan untuk mencuci baju dan mandi.                

Masalahnya, jarak antara sumur dan rumah saya sekitar ±500 m. Jalannya menanjak pula. Saya hanya kuat mengangkat satu dirigen kecil. Bagi saya itu cukup berat. Tapi hebatnya ayah saya, beliau mampu mengangkat dirigen besar dengan sangat mudah. Saya mencobanya untuk mengangkat, dan itu beraaat banget. 

Tapi ayah saya bilang, “Ah, ini mah enteng”. 

Entah mungkin saya yang lemah. Tapi ibu saya bilang itu berat. Ayah saya mampu mengangkat dirigen air tersebut bolak-balik dari sumur sampai rumah saya. Itu dilakukan demi keluarganya kaeena memang pada dasarnya kita tidak terlepas dari air. Di hari itu, saya menyadari arti menghemat air dan arti perjuangan ayah saya untuk keluarga.                

Tidak hanya untuk keluarga kami, sumur tersebut boleh digunakan untuk umum. Boleh membawa airnya pulang, boleh mandi, boleh mencuci. Ayah saya membuat kamar mandi kecil untuk mandi. 

Selain untuk keluarga kami, ayah bisa berbagi untuk orang lain. Berbagi tidak harus dengan uang, berbagi bisa dengan apa saja. Bisa dengan senyuman, barang, atau sesuatu yang memang sedang dibutuhkan oleh orang lain.   

Menurut saya, perhatian yang diberikan oleh ayah saya itu berbeda dengan ibu. Kalau ibu perhatian dengan kata-kata yang bisa menyejukkan hati, ayah memberikan perhatian dengan perbuatan. Jadi, antara ayah dan ibu seimbang. Bila ada masalah kami berembuk sekeluarga. Ayah menjadi sosok penengahnya. 

Untuk itu sayangilah keluargamu, terutama ayah dan ibu karena jasa-jasa dan perjuangan mereka tak bisa terbalaskan meskipun anda membalasnya dengan cara apapun. —Rappler.com

Ayahku, sang pahlawan pembuat sumur adalah pemenang kompetisi menulis dalam rangka Hari Anak Nasional yang Rappler adakan.    

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!