Butiran beras pun mengalir dari mesin ATM…

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Butiran beras pun mengalir dari mesin ATM…
Alih-alih lembaran rupiah, yang keluar malah butir-butir beras

BANDUNG, Indonesia-Dengan langkah ringan, Asep Rusyandi datang ke area Masjid Salman ITB, Jalan Ganeca, Bandung, Jawa Barat, Rabu siang itu, 13 Juni 2018. Sebuah kantong keresek hitam terkepal di tangannya. Ayunan kakinya membawa pria berusia 56 tahun itu ke sebuah mesin anjungan tunai mandiri (ATM) yang berada tepat di depan kantor Rumah Amal Salman.  

Sebuah kartu ATM ditempelkannya pada perangkat card reader. Tak berapa lama kartu itu diproses. Namun, alih-alih lembaran rupiah, ternyata butir-butir beras yang mengalir dari mesin itu.

Mesin yang digunakan Asep memang bukan mesin ATM pada umumnya. ATM yang satu ini ialah ATM Beras atau disingkat ATMB. Mesin otomatis itu disediakan Rumah Amal Salman untuk kaum duafa. Asep adalah satu dari 119 mustahik–orang yang berhak menerima zakat atau sedekah–yang dibina Rumah Amal Salman.  

Beras itu didapat secara cuma-cuma dengan hanya menempelkan sebuah kartu elektronik yang diberikan pada para mustahik, ke papan sensornya. Sekali tempel, beras seberat kurang lebih 2 kilogram akan keluar, mengalir ke dalam sebuah wadah penampung.  

Asep kemudian memasukkan beras itu ke kantong keresek yang dibawanya. Beras seberat itu cukup untuk memenuhi kebutuhan makan enam anggota keluarganya dalam sehari. “Ya, merasa terbantu (dengan ATMB ini). Buat nambah-nambah makan,” kata Asep saat ditemui Rappler usai menggunakan ATMB. 

Kartu ATMB itu sebetulnya bisa dipakai Asep dua kali dalam seminggu. Namun, Asep berbagi dengan temannya, sesama duafa. Asep mendapat jatah mengambil beras setiap Rabu, sedangkan temannya mengambil pada Sabtu.

Manajer Riset dan Pengembangan Rumah Amal Salman, Romi Hardiansyah menyebutkan, pihaknya sengaja menyetel kartu dengan jadwal pengambilan beras dua kali seminggu, yakni Selasa-Jumat, Rabu-Sabtu, atau Kamis-Minggu. Mustahik hanya bisa mengambil beras satu kali dalam sehari. Tujuannya, agar penyaluran beras lebih terkontrol.

“Kalau pengambilan tidak terkontrol, dikhawatirkan berasnya tidak terkontrol juga. Misalnya, pas Sabtu kantor (Rumah Amal Salman) libur, kemudian beras habis, kasihan mustahik yang tidak mendapat beras. Makanya, dijatah seperti itu agar kuota beras terawat sampai Senin, saat ATM Beras diisi lagi,” kata Romi. 

Setiap pekan, Rumah Amal Salman menyediakan kurang lebih dua kuintal beras. Jumlah itu akan ditambah seiring rencana penambahan jumlah mustahik pasca-Ramadan nanti.

Siapa pencipta ATMB?

Kasus kelaparan, tragedi antrian sembako, dan kurang meratanya distribusi beras memantik keprihatinan Budi Adji AG. Ilmuwan lulusan ITB itu lantas menciptakan mesin distribusi beras yang diyakininya bisa menghentikan terulangnya tragedi kemanusiaan terkait pangan di Tanah Air. 

“Sudah saatnya kita memelopori penerapan kecanggihan ICT (Information and Communication Technologies) untuk memikirkan kaum yang lemah dan termarginalkan, walaupun sebenarnya hal tersebut merupakan tugas pokok dan kewajiban negara,” ujar Budi saat dihubungi Rappler, Rabu.

BUDI. Ilmuwan lulusan ITB sekaligus pencipta ATMB Budi Adji AG. Foto istimewa

Mesin ATMB bisa dimanfaatkan oleh lembaga swadaya masyarakat atau individu yang memiliki program penyaluran donasi dalam bentuk beras kepada fakir miskin. Dengan kapasitas beras 240 liter, pengguna bisa mengatur jumlah dan frekuensi pengambilan beras dari mesin ini. 

Mesin ATMB, lanjut Budi, diciptakan dengan tujuan memudahkan penyaluran beras kepada fakir miskin. Sehingga itu bisa dilakukan secara mandiri, tepat sasaran, terdata, dan akuntabel. ATMB juga memiliki sejumlah keunggulan lain seperti, mudah pemasangannya, aman, perawatannya mudah dan murah, dan yang paling penting, mesin ATMB sepenuhnya hasil karya anak bangsa. 

Sejauh ini, total sebanyak 55 unit ATMB sudah tersebar di beberapa daerah seperti Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Banten, dan DKI Jakarta. “Habis Lebaran ini sudah banyak yang pesan mau pasang ATMB,” ungkap Budi.

Mesin ATMB bisa ditempatkan di masjid, kantor kelurahan, kantor BUMN atau BUMD, di kantong-kantong kemiskinan, atau bahkan di lokasi bencana dan daerah terpencil. Dilihat dari spesifikasinya, ATMB memungkinkan disimpan di area terpencil karena dilengkapi dengan perangkat seperti modern hybrid untuk network GSM/satelit, dan juga sistem kontrol serta pemantauan berbasis machine to machine (M2M). 

Dengan begitu, distribusi beras juga bisa dipantau secara transparan oleh para donatur dengan mengaksesnya via internet. “Ditargetkan jauh ke depan bahwa tidak boleh ada lagi rakyat yang lapar di negeri ini yang terpaksa mengemis di mana-mana. Diharapkan kita bisa lebih mengembangkan nilai-nilai kesolehan sosial melalui ATMB ini,” kata Budi penuh harap.

Berbagai kemudahan itu diakui Rumah Amal Salman sebagai lembaga donatur. Manajer Program Pemberdayaan Rumah Amal Salman, Riki Ramdhani menyatakan mesin ATMB telah memudahkan penyaluran bantuan sesuai program Amal Sembako yang digulirkan lembaga sosial itu.

“Amal Sembako ini membantu mustahik melalui pemenuhan kebutuhan bulanannya. Nah, (ATMB) ini jadi salah satu tool kita untuk mendorong mustahik, minimal kebutuhan makannya dalam satu bulan terpenuhi,” kata Riki kepada Rappler di Kantor Rumah Amal Salman, Senin, 11 Juni 2018.

Usai Ramadan nanti, Rumah Amal Salman berniat menambah jumlah mustahik menjadi 250 orang. Diharapkan, keberadaan ATMB bisa membantu supaya para mustahik tidak perlu mengantre atau berdesak-desakan yang dapat berujung pada jatuhnya korban jiwa. 

—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!