Aburizal Bakrie: Konflik Golkar sudah selesai

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Aburizal Bakrie: Konflik Golkar sudah selesai

EPA

Ical siap tidak populer dan diganti oleh generasi muda di Munas 2019 nanti?

  

JAKARTA, Indonesia—Partai Golongan Karya siap menatap masa depan. Kisruh yang sempat mengguncang partai berlambang beringin ini, kata Ketua Umumnya Aburizal “Ical” Bakrie sudah menjadi masa lalu.  

Kini Golkar sedang menata kembali organisasi dengan merekatkan kedua kubu, Kubu Ical dan Agung Laksono di satu rumah. 

Bahkan Golkar sedang mempersiapkan Musyawarah Nasional yang akan diselenggarakan pada 2019 nanti. 

“Kami akan menaati hasil Munas bali bahwa Dewan Perwakilan Pusat akan berlaku hingga 2019. Karena itulah kami akan mengadakan munas baru pada 2019,” kata Ical dalam pertemuan bersama Forum Pemimpin Redaksi, Rabu, 4 November.  

Keputusan ini sudah bulat, kecuali ada ketidakpuasan atau dianggap melanggar suatu pelanggaran anggaran rumah tangga. “Itu bisa dilakukan munas jika diusulkan 2/3 Dewan Perwakilan Daerah. Tapi sampai sekarang tidak ada satupun DPD yang mengusulkan,” katanya. 

Sebelumnya, Mahkamah Agung pada 19 Mei membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta sehingga kembali ke putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta. 

Putusan itu membatalkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H Laoly yang mengesahkan kepengurusan Golkar hasil Munas Jakarta. 

Kepengurusan Golkar pun kembali kepada hasil Munas Riau 2009 yang dipimpin Ical dengan Idrus Marham sebagai sekretaris jenderal. Dalam kepengurusan tersebut, Agung Laksono menjabat sebagai wakil ketua umum.

Menurut sumber Rappler di partai beringin tersebut, Ical dan Agung bahkan sudah sepakat untuk saling legowo alias ikhlas. “Ada kesepakatan jika Ical yang menang, maka Ical akan mengajak kubu Agung. Sebaliknya jika Agung yang menang, akan mengajak kubu Ical,” katanya. 

Ical mengkonfirmasi hal ini. “Yang menang mendukung yang kalah yang kalah mendukung yang menang. saya pasti akan merangkul,” katanya. 

Apakah ini pertanda Golkar akan bersatu setelah Munas? 

Menurut Ical, saat ini baik kubunya dan Agung sudah menyelesaikan persoalan yang tersisa di atas meja maupun di bawah meja. Baik itu meja hijau (hukum) maupun meja di Dewan Perwakilan Pusat. 

Kedua kubu itu kini sudah berbagai kantor bersama. Tak ada sengketa yang berarti lagi. 

 SENGKETA. Sekretaris Jenderal Partai Golongan Karya versi Munas Bali Idrus Marham menunjukkan pada awak media dokumen terkait sengketa dengan kubu Wakil Ketua Partai Agung Laksono. Foto Gatta Dewabrata/Rappler

Sebagai ketua umum, ia belum punya rencana akan melakukan perombakan. “Saya belum memutuskan apakah ada penambahan atau pengurangan. Penambahan sudah pasti,” katanya. 

Belakangan petinggi Munas Bali maupun Riau pun bertemu di satu acara. Yakni ketika pelantikan pengurus baru Ormas Majelis Keluarga Gotong Royong (MKGR) di Hotel Bidakara pada Jumat, 30 Oktober kemarin. 

Kalla tampak akur duduk berdampingan dengan Ical.  

Ical meyakinkah, Islah yang sudah dibicarakan dengan petinggi Golkar lainnya sudah tercapai. “Itu versi saya ya,” katanya. 

Ical memimpin Golkar sampai 2019? 

Di sela pertemuan forum Pemred, salah seorang peserta menanyakan apakah Ical absen dari bursa kepemimpinan Partai Golkar dan memberi kesempatan anak muda untuk memimpin partai beringin tersebut? 

Ical yang didampingi Wakil Ketum Theo L Sambuaga dan Syarif Cicip Sutardjo, Ketua DPP hasil Munas Bali Fuad Mansyur, Nurul Arifin dan Hapy Bone hanya tersenyum.

Ia lebih suka menjelaskan mengenai rencananya ke depan untuk menata struktur organisasi di tubuh partai ini. Ia tak ingin perpecahan kembali terulang. 

Adakah peluang untuk anak muda? “Boleh saja, 2019 nanti, semua harus berdasarkan peraturan partai politik,” katanya. 

“Pada saat (Munas 2019) itu kan terbuka, siapa saja boleh maju,” katanya. Golkar sudah demokratis, klaim Ical. 

“Kalau teman-teman punya calon lain, kenapa enggak?” katanya. Ia mengingatkan bahwa Prabowo, mantan kader Golkar, merupakan contoh bahwa di Golkar memunculkan generasi muda sebagai pemimpin bukan keniscayaan. “Dulu yang membawa Pak Jokowi (Joko Widodo) ke Jakarta kan Pak Prabowo,” katanya. —Rappler.com

BACA JUGA

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!