Negara Timur Tengah ramai-ramai putus hubungan dengan Iran

Santi Dewi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Negara Timur Tengah ramai-ramai putus hubungan dengan Iran

EPA

Indonesia bisa jadi mediator konfilik Arab Saudi dan Iran, karena dianggap sebagai sahabat kedua negara

JAKARTA, Indonesia — Beberapa negara di kawasan Timur Tengah ramai-ramai memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Langkah tersebut kali pertama ditempuh Arab Saudi pada Minggu, 3 Januari. 

Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir menjelaskan dalam sebuah jumpa pers di ibu kota Riyadh bahwa pemerintahnya telah mengultimatum diplomat Iran agar segera angkat kaki dari negara petro dolar itu dalam waktu 48 jam.

Jubeir menegaskan, Kerajaan Saudi tidak akan membiarkan Iran meremehkan tingkat keamanan di negaranya.

Kebijakan ini merupakan buntut dari aksi yang dilakukan sekelompok demonstran Iran di depan gedung kedutaan Saudi di Teheran pada Minggu dini hari. Mereka melempari gedung kedutaan dengan bom molotov dan membakarnya. 

Saudi merasa geram karena ketika gedung kedutaannya diserbu, Kementerian Luar Negeri Iran justru tidak memedulikan permintaan tolong mereka. Jubeir juga mengatakan beberapa dokumen dan komputer di dalam gedung kedutaan turut dijarah demonstran.

Belum lagi kecaman yang dilontarkan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, terhadap Saudi yang menyebut Saudi akan menerima pembalasan Tuhan karena sebelumnya telah mengeksekusi ulama Syiah, Nimr al-Nimr.  

Stasiun berita Al-Jazeera melaporkan sebagai tindak lanjut ultimatum itu, staf diplomatik Saudi juga sudah mulai dievakuasi dari Teheran sejak Minggu.

Kebijakan tersebut diikuti oleh negara lainnya di Timur Tengah. Pada Senin, 4 Januari, Bahrain ikut mengeluarkan ultimatum serupa. Melalui kantor berita Bahrain, BNA, pemerintah memerintahkan semua diplomat Iran agar angkat kaki dalam waktu 48 jam. 

Di hari yang sama, pemerintah Sudan ikut memutus hubungan diplomatiknya dengan Iran.

“Pemerintah Sudan mengumumkan memutus hubungan diplomatik dengan Republik Islam Iran secepatnya,” ujar Kemlu Sudan dalam sebuah pernyataan.

Sementara, langkah yang berbeda ditempuh Uni Emirat Arab (UEA). Mereka memilih untuk menurunkan hubungan diplomatik dibanding memutusnya. UEA hanya mengizinkan perwakilan diplomatik tertinggi Iran hingga di tingkat wakil duta besar dan mengurangi jumlah diplomat Iran di sana. UEA beralasan Iran kerap ikut campur urusan internal negara-negara Teluk.

Indonesia sahabat Iran dan Saudi

Pengajar kajian wilayah Timur Tengah dan Islam dari Universitas Indonesia, Mohammad Riza Widyarsa, menilai negara yang ikut memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran merupakan anggota koalisi Saudi dalam melawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). 

Negara-negara tersebut, Riza menambahkan, juga ikut bersama Saudi memerangi milisi Houthi di Yaman.

“Sudan memang tidak termasuk ke dalam koalisi, tetapi hubungan bilateral dengan Saudi tergolong dekat,” ujar Riza yang dihubungi Rappler, Senin.

Sementara, UEA tidak langsung memutuskan hubungan diplomatik, karena masih memiliki hubungan perdagangan yang erat dengan Iran. Tiga negara lain memiliki hubungan perdagangan yang minim.

“Dalam mendistribusikan minyak, komoditas itu transit di UEA, sehingga memberikan keuntungan bagi mereka,” kata pria yang juga bekerja di Koperasi Riset Purusha.

Ditanya soal kemungkinan negara Timur Tengah lainnya mengekor langkah Saudi, Riza menilai hal tersebut sulit. Sebagian negara, seperti Yordania, Mesir, dan Oman masih melihat situasi. Ketiga negara tersebut memang penghasil minyak, tetapi juga masih membutuhkan minyak dari Iran. 

Sedangkan, Kuwait, Irak, dan Qatar baru akan bergabung jika memperoleh jaminan dari Saudi, mereka akan tetap terlindungi, seandainya ketegangan di kawasan meningkat.

Riza berpendapat isu ini harus segera dituntaskan. Di sinilah peran negara-negara seperti Amerika Serikat, Uni Eropa (UE), dan Rusia dibutuhkan. AS dan UE dianggap bisa melakukan pendekatan ke Saudi, sedangkan Rusia berbicara dengan Iran.

Indonesia pun juga bisa menjadi penengah dalam konflik Saudi-Iran. Sebab, baik Iran dan Saudi menganggap Indonesia sebagai sahabat.

“Tetapi, jika ingin menjadi inisiator, Indonesia jangan bertindak seorang diri. Kita harus ikut mengajak dua hingga tiga negara yang dianggap netral,” kata Riza. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!