Misteri serangan teror Sarinah: ada pelaku yang berhasil kabur?

Sakinah Ummu Haniy

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Misteri serangan teror Sarinah: ada pelaku yang berhasil kabur?

EPA

Pernyataan kontradiktif dari pihak yang berwenang semakin mengaburkan kebenaran tentang serangan teror di Jalan Thamrin Kamis, 14 Januari lalu.

JAKARTA, Indonesia—Sebenarnya ada berapa pelaku yang terlibat dalam aksi teror yang terjadi di perempatan Sarinah, Jakarta, pada Kamis 14 Januari lalu?

Beberapa jam setelah kejadian tersebut, Menteri Koordinator Politik, Hukum, Keamanan (Menkopolhukam) Luhut Panjaitan menyatakan lima orang teroris telah mati dalam baku tembak dengan pihak kepolisian.

Luhut juga menyampaikan terdapat dua orang warga sipil yang tewas, satu warga negara Indonesia dan satu warga negara Belanda. Tak lama kemudian, pihak kepolisian meralat pernyataan tersebut, WNA yang ditemukan tewas adalah warga negara Kanada.

Ada yang janggal dalam pernyataan tersebut. Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Krisna Murti yang turun secara langsung memimpin pasukannya melumpuhkan para pelaku, menyampaikan bahwa teroris yang tewas di tempat berjumlah enam orang.

Lebih mengherankan lagi, dalam tweet yang diunggah pada pukul 15:24 WIB tersebut, sepertinya ada teroris lainnya yang masih perlu dikejar.

Satu hari setelah serangan, Jumat 15 Januari, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes. Pol. M. Iqbal menyatakan ada enam orang yang berusaha masuk ke Sarinah sebelum terjadinya ledakan. Namun pihak sekuriti membawa keenam orang yang dianggap mencurigakan tersebut ke pos polisi—salah satu lokasi terjadinya ledakan.

Tetapi pada Sabtu 16 Januari, Iqbal justru membantah kabar tentang enam orang terduga teroris tersebut. Dia bersikeras hanya ada lima teroris di tempat kejadian. Empat di antara pelaku tewas dalam baku tembak dengan polisi, sedangkan sisanya meninggal karena meledakan dirinya sendiri dengan bom.

“Tidak ada pelaku selain lima orang yang meninggal dunia,” tegas Iqbal.

Saya sendiri bertanya sebanyak tiga kali kepada Iqbal soal enam orang tersebut saat konferensi pers di Ruang Humas Polda Metro Jaya Sabtu, 16 Januari. Namun Iqbal terus membantahnya.

“Siapa yang ngomong? Saya bantah itu,” ujar Iqbal.

Padahal saat itu saya menunjukan langsung kutipan di media massa terkait pernyataannya satu hari sebelumnya.

Beberapa saat sebelumnya, AKBP Untung Sangaji—pria berbaju putih yang terlihat di tayangan CCTV terlibat baku tembak dengan pelaku—menyatakan bahwa ada dua orang teroris yang berhasil melarikan diri.

Untung dan rekannya, Ipda Tamat, melihat dua orang naik motor bebek melarikan diri ke arah Tanah Abang. Kedua polisi tersebut merupakan anggota tim Detasemen Khusus (Densus) 88 yang kebetulan sedang berada dekat dengan lokasi teror. Keduanya sedang bertugas sebagai tenaga penyelidik di ring dua Istana Negara.

“Dua orang itu menggunakan topi, pakai ransel. Mereka berdua memakai satu motor,” ujar Untung dalam sebuah acara diskusi di Cikini, Jakarta, pada Sabtu 16 Januari.

Sore harinya, Kapolri Badrodin Haiti kembali membantah pernyataan terkait pelaku teror yang berjumlah lebih dari lima orang.

“Kami tidak menemukan itu,” kata Badrodin di Kompleks Mabes Polri, Jakarta, Sabtu, 16 Januari.

Jadi, pernyataan yang mana yang benar?

Misteri Sugito

MISTERI. Kabid Dokkes Polda Metro Jaya Kombes Musyafak menunjukkan foto Sugito. Foto oleh Sakinah Ummu Haniy/Rappler.com

Pada konferensi pers di Polda Metro Jaya, Sabtu 16 Januari, Kabid Dokkes Polda Metro Jaya Kombes Musyafak membacakan daftar korban luka-luka berikut perkembangan terbaru, sekaligus mengumumkan identitas ketujuh jenazah yang telah berhasil diidentifikasi.

Ketujuh jenazah tersebut ditemukan di tiga tempat yang berbeda. Berikut daftarnya:

Di dalam Starbucks, satu orang:

1. Ahmad Muhazan. Terduga teroris. Ditemukan dengan keadaan bagian dada yang bolong, dicurigai sebagai pelaku bom bunuh diri.

Di halaman parkir Starbucks, tiga orang:

1. Muhammad Ali. Terduga teroris.

2. Afif alias Sunakin. Terduga teroris.

3. Amer Quali Tamer. Warga Negara Kanada. Warga sipil.

Di pos polisi lalu lintas

1. Rico Hernawan. Warga Sipil.

2. Dian Juni Kurniadi. Terduga teroris.

3. Sugito. Masih belum ditetapkan, mungkin pelaku mungkin juga warga.

Merespon pernyataan tersebut, saya langsung bertanya: jika Sugito belum pasti terduga teroris, bukankah artinya masih ada satu orang teroris yang berkeliaran?

“Itu hanya kesimpulan Mbak,” kata Iqbal. “S itu, menurut keterangan saksi, berada di sana dia jalan berdua dengan D yang diduga pelaku. Yang kedua, kami mempunyai data jaringan. Tetapi kami mempunyai novum baru yang juga patut dipercaya, akan kami dalami dan pastikan, apakah S ini warga sipil atau jaringan,” tutur Iqbal panjang lebar.

Namun pertanyaan saya belum terjawab sepenuhnya.

Satu warga sipil tewas?

Masih ada misteri lain yang belum terungkap. Kapolri Budi Gunawan pada Kamis 14 Januari, sesaat setelah kejadian, menyatakan bahwa satu orang warga negara asing yang tewas, Tamer, mungkin merupakan salah satu pelaku.

KORBAN ATAU PELAKU? Jenazah warga negara Kanada yang tewas di depan Starbucks. Foto oleh Sakinah Ummu Haniy/Rappler.com

“Kita masih cek, apakah dia masyarakat biasa, atau bagian dari pelaku juga,” kata Budi kepada saya. Ia menyebut ada jenazah yang wajahnya menyerupai warga etnis Uighur, tapi belum bisa dipastikan,” kata Budi kepada Rappler.

Identitas warga negara asing yang tewas diakui pihak kepolisian sebagai warga sipil berkewarganegaraan Kanada, atas nama Amer Quali Tamer.

Pihak kepolisian tidak memberikan informasi mengenai dua kewarganegaraan yang dimiliki oleh korban tewas Tamer—yang memiliki paspor di sakunya saat ditemukan—namun Musyafak menjelaskan bahwa Tamer adalah kakak dari salah satu korban luka-luka asal Aljazair atas nama Mr. Marek yang hingga berita ini dibuat masih dirawat di RS Abdi Waluyo.

Jika Tamer merupakan salah satu teroris, maka penjelasan pihak kepolisian terkait Tamer yang sempat dijadikan sandera dan ditembak pelaku, tentu jadi keliru.

Selain itu, hal tersebut juga otomatis membuat enam dari tujuh orang yang tewas dalam insiden serangan di perempatan Sarinah tesebut merupakan pelaku teror.

Namun dalam konferensi pers pada Sabtu, 16 Januari, Iqbal dan Musyafak memastikan bahwa warga negara Kanada tersebut adalah korban, bukan pelaku.

“Kita sudah punya bukti yang sangat kuat,” tutur Iqbal. “Yang dari Kanada itu korban, ditembak oleh pelaku di depan Starbucks.”

Namun Iqbal dan Musyafak menolak untuk menjelaskan lebih lanjut di bagian mana korban asal Kanada tersebut tertembak.

Sesaat setelah serangan terjadi, pihak kepolisian mengumumkan seluruh teroris telah tewas di tempat saat terjadi baku-tembak. Satu hari setelah kejadian, Jumat 15 Januari, Presiden Joko Widodo juga telah memastikan situasi di kawasan Sarinah kembali normal.

Bahkan Iqbal juga menyampaikan bahwa tidak ada kondisi siaga satu di Jakarta.

“Jakarta tidak siaga. Yang siaga satu adalah aparatnya. Jakarta relatif aman, tidak apa-apa. Jangan buat panik,” tutur Iqbal pada Sabtu, 16 Januari.

Meskipun begitu, kebenaran tentang kronologi serangan di Sarinah turut menjadi misteri lainnya yang belum terungkap. —Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!