GAYa Nusantara Surabaya menanti jaminan keamanan dari kepolisian

Amir Tedjo

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

GAYa Nusantara Surabaya menanti jaminan keamanan dari kepolisian
Sosialisasi pencegahan HIV/AIDS untuk komunitas LGBT ‘G Nite Party’ dilarang

SURABAYA, Indonesia — Meski sudah lebih dari seminggu sejak G Nite Party dilarang untuk diadakan, Yayasan GAYa Nusantara masih belum tahu kapan acara serupa akan digelar. Padahal, saat acara tersebut akan dilarang, GAYa Nusantara sudah berbicara dengan Polrestabes Surabaya.

Saat mendengar G Nite Party yang seharusnya diadakan pada 7 Februari 2016 lalu dilarang, GAYa Nusantara mendatangi Polrestabes Surabaya untuk menjelaskan masalahnya. 

Dalam pertemuan itu, pengurus GAYa Nusantara didampingi oleh aktivis dari Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Jawa Timur. Mereka menjelaskan jika G Nite Party sebenarnya bukan acara khusus komunitas gay. 

“Acara itu sebenarnya ada sosialisasi keberadaan website ‘Gue Berani’ milik Kementerian Kesehatan,” kata Ketua GAYa Nusantara Rafael Herry Dacosta kepada Rappler. 

Kebetulan Kementerian Kesehatan mempercayakan promosi website www.gueberani.com di Surabaya kepada GAYa Nusantara. 

Selain di Surabaya, acara promosi situs ini sebenarnya juga dilakukan di empat kota lainnya yaitu Jakarta, Bogor, Yogyakarta, dan Bandung. Situs “Gue Berani” berisi ajakan untuk berani melakukan Voluntary Counselling and Testing  (VCT) untuk mendeteksi HIV/AIDS sedini mungkin.

Promosi situs Gue Berani, menurut Herry, sengaja dikemas dalam bentuk edutainment. Sebagai pelaksananya, GAYa Nusantara menyerahkan kepada pihak event organizer, terrmasuk persoalan izinnya yang belakangan dianggap bermasalah karena tidak berizin. 

Flyer promo acara G Nite Party yang dilarang oleh aparat. Foto dari Facebook

“Mana kami tahu soal perizinan? Semuanya kami serahkan kepada event organizer. Kami anggap mereka sudah berpengalaman,” kata Herry.

Acara tersebut dikemas dalam bentuk edutainment karena, ujar Herry, sasaran dari kampanye situs ini memang menyasar kaum gay dan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL), yang juga penikmat hiburan malam. 

Kelompok ini, menurutnya, biasanya memang berada di luar hotspot komunitas gay yang sudah paham informasi tentang HIV/AIDS. Kelompok gay dan LSL dunia malam ini termasuk kelompok rawan HIV/AIDS, karena mereka belum terbuka dengan status mereka. Mereka lebih memilih berada di dunia hiburan malam untuk menyamarkan status mereka.

“Kalau sosialisasi website Gue Berani dikemas dalam bentuk seminar, jelas mereka tak akan datang. Karena mereka masih belum terbuka. Makanya acaranya kita kemas dalam bentuk edutainment. Siapa pun boleh datang, karena acara ini bukan khusus untuk komunitas gay,” ujar Herry.

Berdasarkan perkiraan dari Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, tren penyebaran HIV/AIDS di kalangan gay dan LSL ini menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penyebaran HIV/AIDS di kalangan pecandu narkoba. 

“Data terakhir di Surabaya, peningkatan penderita HIV/AIDS di kalangan gay dan LSL sekitar 12 persen. Angka ini diprediksikan akan terus meningkat setiap tahunnya, karena penderita HIV/AIDS di kalangan gay dan LSL seperti fenomena gunung es,” ujar Herry.

Berdasarkan pemetaan GAYa Nusantara pada 2011 lalu, jumlah pria dengan orientasi seksual gay dan LSL adalah sekitar 5.330 orang. Jumlah itu masih belum mencakup secara keseluruhan gay dan LSL yang ada di Surabaya. Karena berdasarkan estimasi  GAYa Nusantara, setidaknya dari 1,5 hingga 2 persen dari sebuah populasi adalah gay dan LSL.

Secara umum untuk saat ini sebenarnya layanan fasilitas kesehatan untuk komunitas gay dan LSL di Surabaya seperti Puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah dianggap sudah cukup baik. Mereka sudah tidak lagi memiliki stigma negatif terhadap komunitas gay dan LSL. 

Sebelumnya memang masih ada stigma dengan komunitas gay dan LSL. 

“Namun sekitar tahun 2013-an, mereka semua sudah baik. Tak ada lagi stigma seperti merasa jijik melayani komunitas gay dan LSL,” kata Herry.

Namun sayang, belum semua lapisan aparat pemerintah di Surabaya bisa berlaku seperti para pegawai di pusat layanan kesehatan. Dalam kasus pelarangan G Nite Party, Herry masih menunggu janji dari Polrestabes Surabaya untuk memberikan pengamanan.  

“Setelah kami jelaskan, Wakasat Reskrim Polrestabes Surabaya Kompol Manang Soebeti bisa paham dengan acara ini. Kata dia, acara ini dilarang karena tak memiliki izin dan ada ada laporan dari ormas. Dia bilang, jika sejak awal ada izinnya, polisi bisa memberikan pengamanan,” kata Herry. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!