Kisah TKI bekerja di “ibukota” ISIS di Suriah

Santi Dewi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kisah TKI bekerja di “ibukota” ISIS di Suriah
Sri Rahayu nyaris ditangkap ISIS ketika diminta majikan membeli rokok secara diam-diam.

JAKARTA, Indonesia – Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Sumbawa, Sri Rahayu mengalami pengalaman mencekam ketika berada di Timur Tengah. Sebab, sejak setahun terakhir dia terjebak bekerja di Raqqa, area yang disebut sebagai “ibukota” wilayah kekuasaan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Menurut Pejabat Fungsi Bidang Konsuler KBRI Damaskus, AM Sidqi, keberadaan Sri sebenarnya sudah diketahui sejak bulan Juni 2015. 

“Namun, sulit untuk memastikan dia bekerja untuk siapa dan mengetahui di mana alamat majikannya tinggal,” ujar Sidqi yang dihubungi Rappler melalui telepon pada Rabu, 16 Maret.

Melalui pengacara retainer KBRI Damaskus di Aleppo, Muhammad Akra, mereka terus menekan agen tenaga kerja yang bertanggung jawab mengirim wanita berusia 40 tahun itu ke Raqqa. Agen tenaga kerja sempat beralasan mustahil untuk mengeluarkan Sri di tengah kota yang dikuasai ISIS. KBRI Damaskus kemudian menyusun rencana bersama untuk mengevakuasi Sri.

“Setelah mencermati waktu yang tepat dan menyusun rencana, Sri dievakuasi melalui perjalanan darat Raqqa menuju ke Aleppo dari gunung ke gunung secara klandestin siang dan malam selama enam hari,” ujar Sidqi.

Untuk mengelabui pasukan ISIS, Sri dan pegawai agen tenaga kerja mengaku sebagai suami istri. Sri pun lolos dan berhasil dibawa ke kantor konsuler cabang Aleppo pada Januari 2016. Kini, Sri berada di KBRI Damaskus sejak Sabtu, 12 Maret.

Duta Besar Indonesia untuk Suriah, Djoko Harjanto mengatakan perlindungan WNI di wilayah konflik bisa terlaksana berkat hubungan baik yang terus terjalin dan dibina.

“Tanpa jejaring yang kuat antara KBRI Damaskus, Pemerintah Suriah dan tokoh masyarakat, mustahil mengemban misi utama perlindungan WNI di tengah gejolak konflik Suriah ini,” kata Sidqi mengutip kalimat Djoko.

Lalu, masih adakah TKI lainnya yang terjebak di kota Raqqa? Sidqi mengaku tidak tahu, karena KBRI Damaskus tidak memiliki datanya.

“Kami pun mengetahui Ibu Sri berada di kota Raqqa semula dari rumor lalu kami telusuri ke agen tenaga kerjanya,” kata dia.

Sebelumnya, pada Januari 2016, KBRI Damaskus juga berhasil menyelamatkan seorang TKI lainnya asal Subang bernama Casih dari kepungan ISIS di Deir Ezzor. TKI tersebut dievakuasi menggunakan helikopter tentara militer Suriah.

Awal kisah berada di Suriah

Sidqi berkisah Sri tiba di Suriah pada 2 Februari 2011 dengan menggunakan jasa agen tenaga kerja PT Binhasan Maju Sejahtera (Indonesia) dan Sana (Suriah). Ketika itu, Suriah belum dikepung peperangan saudara seperti saat ini.

Sri mengaku tidak berniat untuk bekerja di Suriah. Sebelumnya, dia sudah bekerja selama 20 tahun di Arab Saudi. Tetapi, kemudian dia ditipu dan malah dikirim ke Suriah.

“Sri mengatakan dia hanya bisa pasrah ketika tahu dikirim untuk bekerja ke Suriah,” ujar Sidqi.

Selama di Suriah, Sri bekerja di kota Aleppo dengan masa kontrak selama 2,5 tahun. Usai kontrak berakhir, Sri bukan dipulangkan oleh agen tenaga kerja melainkan dijual kembali ke majikan baru bernama Abdul Azim al-Ujaeli di Raqqa.

“Agen tenaga kerja Sana saat itu berbohong kepada Sri dengan menyebut KBRI sudah tutup di Suriah dan tak ada penerbangan ke Indonesia,” tutur dia.

Saat itu, kota Raqqa masih dikuasai oleh pemberontak Pasukan Pembebasan Suriah (FSA). Namun, tiga bulan sesudah itu tentara ISIS memasuki kota Raqqa dan mengklaim sebagai “ibukota”.

Nyaris ditangkap ISIS

Selama di Raqqa, Sri bertugas merawat majikannya yang sudah tua. Selama bekerja 2 tahun dan 2 bulan, Sri digaji dengan baik. Per bulan dia diberikan gaji senilai US$125 atau setara Rp1,7 juta.

Anak-anak majikannya sudah keluar dari kota Raqqa. Abdul sendiri diketahui bukan termasuk simpatisan ISIS, melainkan penduduk asli kota Raqqa. Dia terjebak di sana, karena tak sanggup pindah akibat usia senja.

Sri mengaku menyaksikan secara langsung kekejaman ISIS. Selama tinggal di Raqqa, Sri selalu mengenakan pakaian hitam dengan cadar. Dia juga menutup rapat wajahnya ketika keluar rumah atau sekedar membersihkan halaman rumah agar tidak diketahui berasal dari Indonesia.

Salah satu peristiwa kekejaman ISIS yang dia saksikan sendiri yakni ketika tengah berbelanja ke pasar, Sri melihat kepala-kepala manusia dijejerkan di pinggir jalan usai dipenggal. Sri membatalkan niatnya berbelanja dan langsung lari kembali ke rumah majikan.

Dia juga mengaku nyaris tertangkap oleh tentara ISIS ketika majikannya meminta untuk membeli rokok secara sembunyi-sembunyi. Dia tahu rokok diharamkan ISIS dan jika tertangkap akan dikenai sanksi keras.

Sebelum tiba di tempat penjual rokok, dia keburu dicegat oleh tentara ISIS dan ditanya akan ke mana.

“Saya akan membeli sesuatu ke pasar,” ujar Sidqi menirukan jawaban Sri.

Tentara ISIS memerintahkan dia kembali ke rumah, karena dia keluar tidak didampingi oleh lelaki muhrim.

“Untung rokok belum di tangan Sri,” kata Sidqi.

Dia menjelaskan, selama dikuasai ISIS, kebutuhan pokok sangat sulit diperoleh. Pada bulan Ramadhan 2014 lalu, dia mengatakan pernah terpaksa menginap di pabrik roti hanya untuk membeli roti tersebut.

Sri juga mengatakan dari bahasa dan logat berbicara tentara ISIS, dia tidak pernah bertemu dengan orang Indonesia. Menurutnya, tentara ISIS yang dia temui berasal dari Arab Saudi, Tunisia, India dan beberapa orang kulit putih.

Menurut Sidqi, Sri akan dipulangkan ke Tanah Air secepatnya setelah urusan administratif selesai. Berdasarkan data KBRI Damaskus, sejak konflik meletus di Suriah tahun 2011, pemerintah telah merepatriasi hampir 13 ribu WNI atau TKI dari Suriah ke Tanah Air.

 Benci ISIS

Sidqi juga menjelaskan selama bekerja di kota Raqqa, Sri tidak terindikasi menjadi simpatisan ISIS. Dia bahkan mengaku sangat membenci kelompok yang dipimpin Abu Bakr al-Baghdadi. 

“Selayaknya TKI lainnya, Sri Rahayu hanya khawatir dan memikirkan mengenai gaji dan kembali ke Tanah Air. Hal ini sekaligus menepis asumsi beberapa pihak di Tanah Air bahwa banyak TKI di Suriah yang condong memiliki pemikiran pro terhadap ISIS,” kata Sidqi.

– Rappler.com

BACA JUGA:

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!