Bank Dunia: Ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh 5,1 persen pada 2016

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bank Dunia: Ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh 5,1 persen pada 2016

EPA

Capaian pertumbuhan ekonomi bergantung kepada keberhasilan paket reformasi kebijakan dan implementasi program investasi publik yang ambisius

JAKARTA, Indonesia — Pertumbuhan ekonomi di  kawasan Asia Timur dan Pasifik tetap bertahan, dan akan hanya sedikit melambat untuk kurun waktu 2016-2018. Demikian antara lain hasil hitungan Bank Dunia yang tercantum dalam laporan berjudul Perkembangan Ekonomi di Asia Timur dan Pasifik: Tantangan Yang Berkembang.  

Laporan ini diterbitkan kantor pusat Bank Dunia di Washington, DC, Amerika Serikat, pada 10 April 2016.

Menurut laporan tersebut, pencapaian target pertumbuhan ekonomi tergantung kepada berbagai risiko yang berkembang.  

“Pemerintahan di kawasan ini diharapkan akan mengutamakan kebijakan keuangan dan fiskal yang dapat meredam kerentanan dan memperkuat kredibilitas, serta mempertajam reformasi struktural,” demikian cuplikan dalam laporan itu.

Laju pertumbuhan di kawasan Asia Timur dan Pasifik diperkirakan akan melambat dari 6,5 persen pada 2015 menjadi 6,3 persen pada 2016 dan 6,2 persen pada 2017-2018. 

Perkiraan ini mencerminkan transisi Tiongkok menuju arah pertumbuhan yang lebih berkelanjutan namun melambat.  Pertumbuhan di Tiongkok diperkirakan pada 6,7 persen pada 2016 dan 6,5 persen pada 2017, lebih lambat dibanding pertumbuhan 6,9 persen pada 2015. 

“Negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik terus memberi kontribusi besar kepada pertumbuhan global. Kawasan ini mencakup hampir dua perlima dari pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2015, lebih dari dua kali lipat dari seluruh kawasan pembangunan yang lainnya,” ujar Victoria Kwakwa, Wakil Presiden terpilih Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik.  

Lebih lanjut, menurut Kwakwa, “Kawasan ini terbantu oleh kebijakan makroekonomi yang cermat, termasuk usaha meningkatkan pendapatan domestik di beberapa negara eksportir komoditas. Namun, guna mempertahankan pertumbuhan di tengah-tengah situasi dunia yang menantang, diperlukan kemajuan berkala dalam reformasi struktural.”

Laporan Perkembangan Ekonomi Asia Timur dan Pasifik menganalisa prospek pertumbuhan di kawasan tersebut, di tengah-tengah situasi yang menantang. Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berpenghasilan tinggi melambat dan perlambatan merata di negara-negara berkembang. Perdagangan dunia melemah, harga komoditas tetap rendah, dan pasar keuangan kurang stabil. 

Bila tidak menyertakan Tiongkok, negara-negara berkembang di kawasan Asia Timur dan Pasifik tumbuh sebesar 4,7 persen pada 2015. Laju pertumbuhan akan naik sedikit ke 4,8 persen pada 2016 dan 4,9 persen pada 2017-2018, dimotori oleh pertumbuhan di perekonomian besar Asia Tenggara. 

Namun, perkiraan untuk masing-masing negara bervariasi, tergantung pada hubungan perdagangan dan keuangan mereka dengan negara-negara berpenghasilan tinggi dan Tiongkok, serta ketergantungan mereka terhadap ekspor komoditas. 

Di antara perekonomian Asia Tenggara yang besar, prospek pertumbuhan di Filipina dan Vietnam paling kuat; kedua negara tersebut diperkirakan akan tumbuh lebih dari 6 persen pada 2015. Pertumbuhan di Indonesia diperkirakan mencapai 5,1 persen pada 2016 dan 5,3 persen pada 2017, tergantung keberhasilan paket reformasi kebijakan dan implementasi program investasi publik yang ambisius. 

Beberapa negara perekonomian kecil, seperti, Laos, Mongolia dan Papua New Guinea, akan tetap terpengaruh oleh rendahnya harga komoditas dan melemahnya permintaan dari luar. Perkembangan Kamboja akan berkisar hampir di bawah 7 persen untuk kurun waktu 2016-18, akibat melemahnya harga komoditas pertanian, pembatasan ekspor garmen dan pertumbuhan yang melemah di sektor pariwisata. 

Di negara-negara kepulauan Pasifik, pertumbuhan juga akan melambat. 

“Kawasan pembangunan Asia Timur dan Pasifik menghadapi risiko yang lebih kuat, termasuk pemulihan yang lebih lambat dari ekspektasi di negara-negara berpenghasilan tinggi dan perlambatan yang mulai lebih awal di Tiongkok. Pada saat yang sama, berbagai negara menghadapi ruang yang semakin sempit untuk mengubah kebijakan makroekonomi,” kata  Sudhir Shetty, Kepala Ekonom Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik.

Pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih lambat dari yang sudah diantisipasi akan melemahkan permintaan dan pertumbuhan di kawasan Asia Timur dan Pasifik, terutama untuk negara-negara eksportir komoditas. Laporan Bank Dunia menyerukan pentingnya pengawasan terhadap kerentanan ekonomi, terutama yang terkait dengan tingginya hutang, deflasi harga dan pertumbuhan yang melambat di Tiongkok, dan tingginya hutang sektor swasta dan rumah tangga di beberapa negara ekonomi besar.

Waspada bencana alam

Selain itu, kawasan Asia Timur dan Pasifik harus siap menghadapi bencana alam, yang merupakan risiko besar bagi negara-negara kepulauan di kawasan Pasifik. 

Laporan Bank Dunia juga mendesak pentingnya kebijakan makroekonomi yang cermat dan kelangsungan reformasi struktural. Tiongkok disarankan untuk memperkuat disiplin di sektor keuangan, seperti menyediakan alokasi kredit yang lebih berdasarkan permintaan pasar; membuka secara berangsur sektor-sektor yang didominasi oleh BUMN guna memperkuat iklim usaha; dan meneruskan refomasi sistem registrasi rumah tangga. 

Selain itu diingatkan pentingnya transisi pembelanjaan negara dari sektor infrastruktur ke layanan publik, seperti pendidikan, kesehatan, bantuan sosial, dan juga perlindungan lingkungan hidup.

Secara umum di seluruh kawasan Asia Timur dan Pasifik, semakin penting untuk memperhatikan kebijakan fiskal agar dapat menghadapi kemungkinan adanya guncangan. Hal tersebut akan membantu perekonomian yang telah ditopang oleh kenaikan pinjaman publik dan swasta, atau negara-negara yang permintaan luar negerinya dimotori oleh lonjakan komoditas. 

Untuk jangka waktu yang lebih lama, laporan ini mengingatkan pemerintah untuk meningkatkan transparansi dan memperkuat akuntabilitas. 

Selain itu, diingatkan untuk mengurangi hambatan terhadap perdagangan regional, seperti non-tariff dan perangkat peraturan hambatan, termasuk dalam berdagang di bidang jasa. Laporan ini juga meyoroti revolusi digital, yang mana keuntungannya hanya akan dapat dimaksimalkan melalui pembentukan perangkat peraturan yang pro-kompetisi, dan dengan membantu pekerja mengadaptasi kemampuan mereka sesuai dengan permintaan dari ekonomi baru. 

The East Asia and Pacific Update atau Perkembangan Asia Timur dan Pasifik adalah sebuah kajian komprehensif Bank Dunia untuk kawasan tersebut. Laporan ini dipublikasikan dua kali setahun dan dapat tersedia bebas di tautan ini.

Jokowi ke Eropa buka pasar ekspor

Pemerintahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo gencar meluncurkan paket kebijakan ekonomi yang kini sudah mencapai seri ke-XI.

Paket kesebelas ini bertujuan memperkuat sektor riil. Insentif ekonomi dalam paket ini mencakup kredit untuk ekspor, percepatan waktu tunggu bongkar-muat barang di pelabuhan (dwelling time), sampai nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar AS yang kondusif mendorong ekspor dan menguatkan daya saing.

Upaya memperluas pasar bagi komoditas unggulan Indonesia juga dilakukan. Pekan lalu Menteri Perdagangan Thomas Lembong berkunjung ke Brussel, Belgia, untuk mempercepat pembahasan Kerjasama Komprehensif Di Bidang Ekonomi dengan Uni Eropa

Pekan depan, Jokowi akan berkunjung ke empat negara: Inggris, Belgia, Jerman, dan Belanda. Kunjungan akan berlangsung pada 18-22 April 2016.

Uni Eropa merupakan salah satu mitra dagang Indonesia. UE merupakan mitra keempat terbesar Indonesia di dunia dan dari figur perdagangan bilateral untuk tahun 2015 misalnya, angka perdagangan Indonesia-UE mencapai USD 26 miliar.

“Di bidang investasi, nilai investasi di tahun 2015 sekitar USD 2,26 miliar yang menempatkan Uni Eropa sebagai investor terbesar ketiga di Indonesia,” kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, pada 11 April.

Sementara, untuk bidang pariwisata, Retno menyampaikan wisatawan UE yang berwisata ke Indonesia jumlahnya hampir 1 juta orang per tahun. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!