Mengapa ‘AADC 2’ bisa tembus 3 juta penonton dalam waktu singkat?

Sakinah Ummu Haniy

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mengapa ‘AADC 2’ bisa tembus 3 juta penonton dalam waktu singkat?
Baru sepekan beredar di bioskop, sudah lebih dari 1 juta pasang mata yang menyaksikan film 'AADC 2'. Apa alasannya?

JAKARTA, Indonesia — Film terbaru besutan produser Mira Lesmana dan sutradara Riri Riza, Ada Apa Dengan Cinta? 2 (AADC 2), berhasil menembus 3 juta penonton hanya dua pekan setelah dirilis sejak Kamis, 28 April.

Pencapaian ini mendapatkan apresiasi dari banyak pihak dan diprediksi akan mendulang kesuksesan seperti beberapa produksi Miles Films sebelumnya. Sudah satu pekan berlalu, namun berbagai bioskop masih dipenuhi antrian calon penonton.

Sebenarnya, apa yang membuat film AADC 2 mendapatkan sambutan luar biasa dari para penggemarnya, bahkan termasuk di Brunei dan Malaysia?

Lima hal berikut adalah alasannya:

1. Penantian 14 tahun

Film AADC 2 merupakan lanjutan dari film pertamanya yang dirilis pada 2002. Saat itu, banyak dari kita yang masih duduk di bangku sekolah, menonton dan menyaksikan perpisahan Rangga dan Cinta di bandara.

Ending film yang “menggantung” tersebut membuat para penonton menyimpan pertanyaan selama bertahun-tahun.

“Bagaimana nasib hubungan Cinta dan Rangga yang ‘Entah mengapa berpisah saat mulai menjalin’?(red: lirik lagu Suara Hati Seorang Kekasih).

Setelah 14 tahun berselang, tentunya timbul pertanyaan-pertanyaan baru. Apa yang terjadi selama 14 tahun pada Cinta dan Rangga? Bagaimana kehidupan Milly, Maura, Karmen, dan Alya sejak 2002 hingga sekarang?

14 TAHUN. AADC 2 berhasil menjawab pertanyaan yang tersimpan selama 14 tahun. Foto oleh Sofyan Syamsul/Miles

Dari kacamata pribadi, film ini mampu menjawab seluruh tanda tanya tersebut dengan sangat baik dan memuaskan para penonton.

Tidak hanya saya, ternyata ada pula netizen yang memiliki pendapat serupa.

2. Kisah sederhana, dialog yang kaya

PANDANGAN MATA. Dialog dan ekspresi para pemain menjadi kekuatan dalam film AADC 2. Foto oleh Sofyan Syamsul/Miles

Iya, ini memang film drama romantis dengan cerita yang klise. Sepasang laki-laki dan perempuan yang bertemu kembali dan ternyata masih saling cinta. That sounds so simple.

Tapi, sekali lagi. Ini adalah film drama romantis. Film drama romantis yang baik, menurut saya (yang memang suka nonton drama romantis, hehe), adalah yang dapat menyampaikan kisah yang “biasa” dengan cara luar biasa.

Dan AADC 2 berhasil melakukan hal tersebut, dengan sangat sangat baik, dan saya enggak setuju banget sama review di Rolling Stone Indonesia ini.

Mulai dari dialog saat Cinta, Maura, Milly, dan Karmen bercengkrama di kafe pada awal film, hingga dialog saat Cinta berbincang dengan Rangga, semuanya sangat sederhana namun bermakna.

Entah karena penulisan skenario yang jenius atau karena akting para pemerannya yang total, saya merasa dialog-dialog tersebut yang dijadikan kekuatan dari film ini. Tentunya ditambah dengan ekspresi wajah, tatapan mata, dan senyuman penuh arti yang ditunjukan di sepanjang film.

GEMBIRA. Para anggota 'genk' Cinta menikmati liburan di Yogyakarta. Foto oleh Sofyan Syamsul/Miles

Jadi, tanpa sedikit pun scene flashback, hanya lewat dialog dan ekspresi para aktor, AADC 2 mampu menceritakan cerita yang terpotong selama 14 tahun.

Banyak yang mengatakan bahwa film ini terlalu mirip dengan trilogi Before Sunrise, Before Sunset, dan Before Midnight.

Saya adalah penggemar ketiga film tersebut, dan tidak ada yang salah dari terinspirasi. Lagi pula, memangnya ada model sekuel drama lain yang lebih bagus dari ini?

Saya pribadi, sih, belum pernah menemukan. Dan saya yakin, mengembangkan dialog yang bisa menjadi nyawa dalam sebuah film adalah hal yang sangat sulit.

3. Akting yang berkualitas

Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, kekuatan dialog dan ekspresi para pemain menjadi kekuatan terbesar dari film ini. Kedua hal ini tidak akan bisa tercapai jika akting para aktor yang terlibat bukan pemain film sekelas Dian Sastrowardoyo, Nicholas Saputra, dan pemeran pendukung lainnya.

Sejak kesuksesan AADC pertama, kedua artis tersebut berkembang menjadi aktor yang patut diperhitungkan. Nicholas Saputra pernah mendapatkan penghargaan sebagai aktor terbaik lewat perannya sebagai Soe Hok Gie di film Gie, produksi Miles Films pada 2005.

Di tahun yang sama, perannya sebagai Joni di film Janji Joni juga masuk sebagai nominasi dalam kategori yang sama.

AKTOR. Film AADC 2 juga melibatkan aktor lokal di New York, Amerika Serikat. Foto oleh Toto Pras/Miles

Dian Sastrowardoyo pernah mendapatkan lebih banyak lagi penghargaan. Selain mendapatkan anugerah Aktris Terpuji pada Festival Film Bandung 2002 untuk perannya di AADC, ia juga mendapatkan penghargaan serupa di Festival Film Asia Deauville, Perancis, dan Festival Film Internasional di Singapura untuk film Pasir Berbisik.

Dian juga mendapatkan penghargaan sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik Festival Film Indonesia 2004 untuk film AADC, serta Aktris Berbakat dalam Festival Film Asia Pasifik pada 2005.

4. Tim di balik layar

DUET MAUT. Mira Lesmana dan Riri Riza telah memproduksi banyak film Indonesia yang berkualitas dan sukses di pasaran. Foto oleh Toto Pras/Miles

Tentunya, jajaran aktor dan aktris berkualitas harus juga ditopang dengan tim produksi yang berkualitas. Tentunya, tidak ada yang meragukan kualitas Mira Lesmana sebagai produser dan Riri Riza sebagai sutradara.

Film Laskar Pelangi yang mereka produksi hingga sekarang masih memegang rekor sebagai film Indonesia dengan penonton terbanyak, yakni 4,6 juta orang. 

Mira, Riri, serta penulis skenario Prima Rusdi, melakukan riset berbulan-bulan sebelum akhirnya sepakat dengan skenario awal AADC 2. Setelah melalui berbagai proses dan melalui berbagai revisi, akhirnya baru dimulailah proses shooting yang dilakukan di Yogyakarta, Jakarta, dan New York.

Selain itu, yang tak kalah penting adalah keterlibatan kembali Melly Goeslaw dan Anto Hoed dalam  mengisi soundtrack AADC 2.

Pasangan musisi yang juga telah berkembang banyak selama 14 tahun terakhir ini memberikan sentuhan baru pada lagu AADC pertama, serta membuat beberapa lagu baru yang sesuai dengan cerita ini.

5. Bikin baper

MARAH. Cinta melampiaskan amarahnya pada Rangga. Foto oleh Sofyan Syamsul/Miles

Siapa yang bisa enggak terbawa perasaan (baper) saat menyaksikan obrolan Rangga dan Cinta seharian penuh? Cinta yang sok jual mahal padahal senyum-senyum sendiri, every girl will relate to this. Cinta yang setelah marah-marah, ngambek, lalu kembali lagi dan mengajak berbaikan.

Mungkin (saya bilang mungkin karena saya bukan cowok), para laki-laki yang melihat Rangga modus enggak berhenti ke Cinta jadi terinspirasi dengan caranya yang smooth banget. FYI, cara modus kaya gitu pasti sangat sulit ditolaknya. Haha.

Untuk yang menjalani hubungan jarak jauh, pasti baper banget sama syair puisi yang ditulis Rangga untuk Cinta—yang sebenarnya ditulis oleh penyair Aan Mansyur.

(DENGAR: Puisi yang dibacakan Rangga di ‘AADC 2’)

“Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta” (insert your own cities here).

Dan itu baru sebagian kecil dari adegan-adegan bikin baper lainnya.

Jadi, kalau menurut kamu, mengapa AADC 2 dapat merebut hati jutaan penonton Indonesia? Silahkan isi kolom komentar di bawah. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!