Menertawakan si ‘Stupid Boss’

Nadia Vetta Hamid

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menertawakan si ‘Stupid Boss’
My Stupid Boss diambil dari kumpulan kisah nyata si penulis ketika bekerja di Kuala Lumpur.

Akhir pekan lalu, setelah seharian mendekam di rumah, akhirnya saya keluar malam ke bioskop dengan tiga orang teman dari screenwriting workshop. Pelatihan itu sudah kami ikuti hampir dua tahun lalu.

Saya berekspektasi akan berdiskusi mengenai film yang kami tonton seperti yang sudah-sudah. Nah, kebetulan sekali saya menunggu-nunggu film yang diadaptasi dari blog dan buku best-seller dari Chaos@work.

My Stupid Boss merupakan kumpulan kisah nyata si penulis yang bekerja di Kuala Lumpur, Malaysia, di bawah si bos yang super resek. Saya sendiri belum pernah membaca bukunya, tapi sudah sering mendengar perihal ceritanya. Ketika tahun lalu tersiar kabar bahwa Upi akan menyutradari film ini, ditambah dengan cast yang oke, saya pun excited mendengarnya.

Ketika menonton film ini, saya berharap bisa mengobati rasa kecewa setelah pada minggu lalu saya mengernyitkan dahi selama hampir 2 jam ketika menonton film Modus. [Baca juga: Nilai-nilai moral yang saya ambil dari film Modus]

My Stupid Boss berkisah mengenai Chaos@work yang di film ini bernama Diana (Bunga Citra Lestari), yang bekerja kepada seorang bos absurd dari perusahaan Malaysia Sinar Berjaya bernama Bossman (Reza Rahadian yang manglingin membuat saya nggak percaya kalau itu benar-benar dia). Bossman ini adalah sahabat suaminya Diana, Dika (Alex Abbad) sewaktu kuliah di Amerika Serikat.

Dia tergolong atasan yang pelupa, hanya mau mendengarkan dirinya sendiri, dan kikir. Tingkah lakunya yang ‘ajaib’ ini merugikan anak-anak buahnya, mulai dari AC tua yang nggak diganti-ganti hingga pegawai yang nggak mengerti perkataannya. Penyebabnya, Bossman hanya berbicara dalam bahasa Indonesia campur bahasa Jawa. Padahal, Bossman mengaku pernah tinggal di Los Angeles (tapi malah nggak bisa menunjukkan AS di peta) selama 13 tahun.

Masalah muncul ketika Diana ingin berhenti bekerja di perusahaan disfungsional tersebut, tetapi sistem kontrak yang berlaku di Malaysia mengharuskannya untuk bertahan. Kalau mengundurkan diri, Diana harus membayar kompensasi ke Bossman.

Kesan pertama saya nonton My Stupid Boss: art direction-nya bagus banget! Sepanjang film, tone warna jingga yang kentara di adegan-adegan di apartemen Diana dan kantor Bossman memberikan kesan yang hangat dan ceria. Kostum-kostum yang dipakai semua karakter juga terlihat seperti yang dikenakan orang dalam kehidupan sehari-hari—meskipun saya sempat mempertanyakan kostumnya Diana yang terkadang terlihat tabrak warna.

Karakter-karakter anak buah Bossman yang lain: Adrian (Bront Palarae), Norahsikin (Atikah Suhaime), Iskandar Zulkarnain (Azhari), dan favorit saya, Mr. Kho (Kin Wah Chew). Mr. Kho ini super lempeng, selalu berbicara dengan nada bicara deadpan. Ia adalah scene stealer! Saya selalu menunggu-nunggu momen Mr. Kho yang roaming setiap bersama Bossman. Saya juga enjoy melihat anak-anak buah Bossman berinteraksi, dengan karakternya yang berbeda satu sama lain.

Tapi, begitu sampai ke tengah hingga akhir film, kok jadi nggak ada ceritanya ya? Memang sih, Diana dkk berhasil mengerjai Bossman. Tapi kelihatannya mengundurkan diri dari perusahaan tuh, segampang itu. Tinggal berhenti datang ke kantor, lalu Bossman akan menghampirimu di rumah.

Suami Diana, Dika, yang dari awal menyatakan nggak akan ikut campur dengan urusan Diana dan Bossman juga nggak berubah sampai akhir film (meskipun saya suka dengan Alex Abbad yang cool di sini, huhu).

Kali ini saya nggak akan membocorkan ending filmnya, tapi ada yang mengganjal. Begitu credit title film ditampilkan, saya dan teman-teman berkomentar hal yang sama mengenai endingnya. Menurut istilah kami, easy way out: perjalanan menuju endingnya sangat dimudahkan oleh kejadian-kejadian yang nggak ada angin nggak hujan, tiba-tiba muncul tanpa ada pemicunya. Tapi, kami pulang dengan hati yang riang.

Kalau butuh ketawa-tawa dan pelarian dari stres, film My Stupid Boss bisa menjadi film Indonesia pilihan kamu minggu ini.

Impossible we do, miracle we try.

Nadia Vetta Hamid adalah social media producer untuk Rappler Indonesia. Penggemar berat cappuccino dan terkadang suka begadang untuk nonton FC Bayern München ditemani kucingnya. Nadia bisa disapa di @nadiavetta.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!