SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

MENADO, Indonesia – Polisi berhasil menangkap salah satu kurir yang memasok senjata dari Filipina selatan untuk kelompok teroris Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) yang dipimpin Santoso alias Abu Wardah. Diduga pasokan senjata berasal dari kelompok separatis Filipina, Abu Sayyaf.
Penangkapan ini berkat aksi pengamanan yang lebih ketat di wilayah perbatasan antara Indonesia dengan Filipina. Juru bicara Mabes Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan rute pengiriman senjata itu disinyalir bermula dari General Santos Island menuju Sangatta Laut, lalu masuk ke Sulawesi Utara menuju ke Poso, Sulawesi Tengah.
“Itu adalah jalur-jalur distribusi senjata dari Filipina Selatan dan sudah terungkap,” kata dia kepada media di Mabes Polri pada Rabu, 25 Mei.
Sementara, kurir tersebut tertangkap di wilayah Pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara pada Selasa, 24 Mei. Dia tertangkap ketika akan mengantar senjata dari Indonesia ke Filipina selatan.
Selain itu, Satgas Operasi Tinombala 2016 kembali melakukan kontak senjata dengan anggota kelompok Santoso. Dari aksi tersebut menewaskan 2 anggota teroris.
“Keduanya diketahui bernama Firman alias Aco alias Ikrima asal Malino, Poso dan Yazid alias Taufik asal Jawa. Jasad keduanya berhasil dievakuasi pada Rabu, 18 Mei,” ujar Kapolda Sulawesi Tengah, Brigjen Polisi Rudy Sufahriadi dalam jumpa pers yang dilakukan pada Rabu, 25 Mei di Mabes Polri.
Rudy mengakui tidak mudah untuk menangkap semua anggota kelompok Santoso yang diduga tinggal berjumlah 22 orang. Padahal, jumlah personel yang dikerahkan oleh kepolisian mencapai 2.000 orang. Lalu, di mana kesulitannya? Rudy menyebut medan yang berupa hutan lebat menghambat proses pencarian anggota kelompok Santoso.
Jumlah anggota yang diburu juga disebutnya turut berpengaruh.
“Semakin besar kelompok yang kami cari, maka semakin cepat kami dapatkan,” kata Rudy.
Tetapi, dia melanjutkan, jika kelompoknya kecil dan semakin terpecah, maka justru kian sulit mencarinya. Rudy menyebut kelompok Santoso menggunakan teknik gerilya selama bersembunyi di hutan rimba. Maka, personel kepolisian memilih menggunakan teknik anti-gerilya dengan teknik memecah anggota untuk mencari anggota kelompok Santoso.
Teknik tersebut terbukti mampu melumpuhkan 15 anggota kelompok Santoso sebelumnya.
Perbatasan Sulut dan Gorontalo dijaga ketat
Personel kepolisian juga semakin memperketat wilayah perbatasan antara Sulawesi Utara dan Gorontalo pasca penangkapan kurir senjata. Setiap pendatang harus wajib dipastikan diketahui asalnya dan tujuan mereka melintasi wilayah tersebut.
“Wilayah hutan di Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Sulawesi Utara itu saling terhubung. Jadi, sangat rentan untuk diseberangi kelompok teroris Santoso. Selain memperketat penjagaan, kami juga mengimbau agar masing-masing kelurahan terus melakukan pemantauan jika ada orang yang tidak dikenal,” kata Kapolda Sulawesi Utara, Brigjen Polisi Wilmar Marpaung.
Di Provinsi Gorontalo, sebanyak 1 peleton satuan brimob diturunkan di Polsek Popayato Barat, Kabupaten Pohuwato. Kepolisian sengaja memperketat pengawasan di wilayah perbatasan, karena daerah tersebut paling rawan dimasuki teroris, sebab banyak “jalur tikus”. – Rappler.com
BACA JUGA:
- Dendam jaringan teroris Santoso kepada Polisi
- Kapolri: Jarak polisi dan Santoso tinggal beberapa kilometer saja
- Dua anak buah Santoso dilaporkan tewas dalam baku tembak
- Amerika Serikat masukkan Santoso dalam daftar teroris global
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.