Ke Gunung Kawi, Menteri Saleh dukung industri susu

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Ke Gunung Kawi, Menteri Saleh dukung industri susu
Produsen susu sapi memiliki peran ganda, memenuhi gizi dan menyerap susu segar produksi petani. Konsumsi susu per kapita Indonesia 12,1 kilogram per tahun

MALANG, Indonesia (UPDATED) –  Perusahaan produsen susu sapi di Indonesia dinilai mampu berperan ganda bagi pemenuhan kebutuhan susu dan perekenomian nasional. Sebagai bagian industri, pelaku usaha sektor ini turut menggerakkan perekonomian yang memberi nilai tambah, peningkatan ekspor dan penyerapan tenaga kerja.  “Makanya, industri susu kita jadikan industri prioritas,” ujar Menteri Perindustrian  Saleh Husin kepada Rappler, Senin, 30 Mei. 

Akhir pekan lalu, Saleh Husin mengunjungi pabrik susu milik PT Greenfields Indonesia di Desa Gunung Kawi, Kabupaten Malang, Jawa Timur.  Di sana, Saleh mengingatkan peran ganda itu. “Peran ganda produsen sapi ialah yang pertama, mencukupi  kebutuhan gizi dan meningkatkan tingkat konsumsi per kapita kita yang masih 12,1 kilogram per tahun. Yang kedua, berperan secara ekonomi yaitu menyerap susu segar produksi peternak sapi, pakan dari petani dan ekspor,” kata Saleh..

Sejauh ini, konsumsi susu per kapita Malaysia mencapai 36,2 kilogram/kapita per tahun, Myanmar 26,7 kilogram/kapita, Thailand 22,2 kilogram/kapita, dan Filipina 17,8 kilogram/kapita.  Data itu menunjukkan bahwa masih besar potensi pasar bagi industri pengolahan susu di Indonesia.

Sementara itu, kebutuhan bahan baku susu segar dalam negeri untuk susu olahan saat ini sekitar 3,8 juta ton (setara susu segar).  Industri dalam negeri hanya mampu memasok bahan baku susu segar 798.000 ton (21 persen). Sebagian besar masih harus diimpor yakni 3 juta ton (79 persen) dalam bentuk Skim Milk Powder, Anhydrous Milk Fat, dan Butter Milk Powder dari berbagai negara seperti Australia, New Zealand, Amerika Serikat dan Uni Eropa.

“Kekurangan ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi usaha peternakan sapi perah di dalam negeri untuk meningkatkan produksi dan mutu susu segar, sehingga secara bertahap kebutuhan bahan baku susu untuk industri dapat ditingkatkan,” ujar Menperin.

Industri susu, industri prioritas

Kementerian Perindustrian telah menetapkan industri ini sebagai salah satu industri prioritas untuk dikembangkan sebagaimana  diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2015 Tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional  (RIPIN).

Pemerintah juga  memberikan beberapa  fasilitas antara lain Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai untuk produk susu segar melalui Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2007; pemberian kredit usaha pembibitan sapi sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.131/PMK.05/2009; Pengurangan Pajak Penghasilan (PPh) dalam bentun tax allowance bagi investasi baru maupun perluasan sesuai Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2015 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan Daerah Tertentu.

Menurut Saleh, Greenfields Indonesia juga telah memohon untuk mendapatkan fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan (tax allowance) atas rencana perluasan industri. “Kemenperin telah menerbitkan Rekomendasi kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI,” kata Menteri Saleh yang didampingi Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Ditjen Industri Agro Kemenperin Willem Petrus Riwu.

Pemberian fasilitas Tax Allowance tersebut diharapkan dapat memberi manfaat yang cukup besar bagi pengembangan industri kedepan dan dapat meningkatkan jumlah investasi di dalam negeri.

Greenfields Indonesia merupakan bagian dari Japfa Group dan mengembangkan industri persusuan yang terintegrasi mulai dari pembibitan, budidaya sapi perah, pemerahan sapi hingga pengolahan susu segar yang memproduksi Susu Ultra High Temperature (UHT) dan Susu Extended Self Life (ESL).

Perusahaan juga memiliki peternakan sapi perah dengan jumlah ternak 8.000 ekor sapi Holstein di Malang dan tengah membangun pabrik pengolahan senilai US$15 juta peternakan sapi kedua di Blitar dengan investasi $38 juta.

“Perusahaan kami merupakan peternakan sapi sekaligus produsen susu yang besar dan terintegrasi. Produk susu yang diproduksi telah diekspor seperti ke Singapura, Malaysia, Hong Kong, Filipina, Brunei,” kata CEO of Japfa & Related Entities Handojo Santosa.

Ekspansi penambahan peternakan dan pabrik baru, akan digunakan Greenfields  untuk mengincar pasar ekspor lainnya antara lain Taiwan, Vietnam, Kamboja, Myanmar, Maladewa dan Papua Nugini.

Greenfields juga berkomitmen akan menanam investasi $345 juta untuk membangun lima peternakan dan pabrik pengolahan dalam 10 tahun ke depan.

Perseroan juga akan mendongkrak produksi susu hingga 6 kali dari 40 juta liter menjadi 260 juta liter dalam 1 dekade mendatang. Terkait kinerja ekspor, Greenfields juga membidik penjualan ekspor senilai $105 juta dalam 10 tahun lagi.

Menperin berharap Greenfields Indonesia secara aktif berinteraksi dan bermitra dengan para praktisi kesehatan, penggiat gizi, pengambil kebijakan dan pihak terkait lainnya untuk menyebarkan edukasi yang diperlukan dalam rangka mewujudkan generasi Indonesia yang sehat di masa kini dan masa datang.

“Selain itu, saya minta Greenfields tetap berkomitmen untuk menyerap susu segar dalam negeri, dengan pendekatan asistensi untuk peningkatan produktifitas, perbaikan kualitas dan budidaya ternak yang lebih baik kepada para peternak binaan,” kata Saleh. – Rappler.com 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!