Indonesia tanpa wakil di final Indonesia Open untuk pertama kali

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Indonesia tanpa wakil di final Indonesia Open untuk pertama kali

ANTARA FOTO

Ini menjadi prestasi terburuk Indonesia sepanjang turnamen sejak 1982.

 

JAKARTA, Indonesia — Pukulan Ihsan Maulana Mustofa yang terlalu jauh melambung ke luar lapangan menghentikan langkah satu-satunya wakil Indonesia di babak semifinal BCA Indonesia Open Super Series Premier 2016, pada Sabtu, 4 Juni.

Ihsan takluk di tangan pemain unggulan Malaysia, Lee Chong Wei, dengan skor 9-21, 18-21.

Dengan kekalahan Ihsan, Indonesia gagal mengirimkan wakilnya di babak final. Ini menjadi prestasi terburuk Indonesia sepanjang turnamen tersebut digelar mulai tahun 1982.

Meskipun sejak 2014 pemain Merah Putih gagal merebut gelar juara, setidaknya Indonesia sebagai tuan rumah selalu meloloskan pemainnya hingga babak final.

Dan Istora Senayan seharusnya menjadi tempat yang “angker” bagi para pemain asing karena dikenal dengan semangat penonton Indonesia yang selalu habis-habisan mendukung tim Merah Putih. 

Pemain asing yang menghadapi pemain Indonesia harus siap-siap menerima sorakan dari penonton yang bisa membuat mental mereka ciut. Tetapi gemuruh penonton yang seharusnya menjadi energi tersendiri bagi pemain-pemain Indonesia bisa menjadi bumerang. 

Para pemain Merah Putih, diiringi teriakan dukungan dari ribuan penonton Istora Senayan, gagal memberikan penampilan terbaik mereka.

Mereka malah bermain seperti tertekan. Penonton pun sudah dibuat kecewa sejak kejuaraan baru saja bergulir. Para pemain unggulan Indonesia yang sudah menjuarai kejuaraan bergengsi seperti All England dan Juara Dunia langsung bertumbangan di putaran kedua.

Sebut saja ganda putra Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan. Pasangan Juara Dunia 2013 dan All England 2014 itu kandas ditundukkan ganda asal Denmark Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding. 

Pasangan ganda campuran Indonesia Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad tersingkir di babak awal Indonesia Open. Foto oleh Wahyu Putro A/Antara

Harapan pada ganda campuran unggulan Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, juga harus pupus. Pasangan Juara berturut-turut All England 2012, 2013, dan 2014 yang cukup ditakuti di lapangan itu dipermalukan oleh pasangan baru asal Denmark, Kim Astrup/Line Kjaersfeldt, langsung dua game dengan skor 19-21, 17-21.

Sebelumnya, ganda campuran Praveen Jordan/Debby Susanto langsung terhenti di putaran pertama. Juara All England 2016 itu disingkirkan pasangan non-unggulan asal Tiongkok, Lui Kai/Huang Yaqiong, langsung dua game 15-21, 10-21.

Satu lagi unggulan Indonesia dari ganda putri, Nitya Krishinda Maheswari/Greysia Polii, juga tumbang di putaran kedua. Pasangan yang kini menempati peringkat dua dunia itu dikalahkan oleh pasangan non-unggulan asal Malaysia, Hoo Vivian Kah Mun/Woon Khe Wei, dengan skor 17-21 19-21.

Mereka adalah pemain yang diharapkan bisa menyumbang gelar juara, di mana awalnya Indonesia menargetkan gelar dari sektor ganda putra, ganda campuran, dan ganda putri.

“Kami gagal di Indonesia Open kali ini. Tidak ada satu pun wakil di babak final padahal turnamen ini merupakan rangkaian dari persiapan menjelang Olimpiade,” kata Tim Manajer Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI), Ricky Soebagja.

“Ada kekecewaan dari hasil Indonesia Open yang mana target awal kami mengharapkan di sektor ganda campuran dan ganda putra bisa memberi gelar juara. Untuk pemain sekelas mereka seharusnya sudah layak menang, namun hasil Indonesia Open kali ini mereka kalah di babak awal,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI Rexy Mainaky mengatakan akan segera melakukan evaluasi. Pemain unggulan yang sudah bertumbangan di babak awal Indonesia Open itu merupakan para wakil Indonesia yang akan berlaga di Olimpiade 2016.

“Saya akan evaluasi dengan pelatih dan pemain karena sesudah ini kita tidak punya banyak waktu menjelang Olimpiade. Permainan mereka harus lebih diperbaiki lagi, analisisnya harus lebih detil baik dari segi permainan mereka maupun dari lawan,” ujar Rexy.

Harapan pemain muda

Meski terhenti di babak perempatfinal Indonesia Open, penampilan Jonatan Christie dipuji pelatih dan pendukung. Foto oleh Wahyu Putro A/Antara

Kekecewaan pada pemain-pemain andalan Indonesia terbayar dengan penampilan para pemain muda yang tanpa disangka bermain gemilang.

Tiga tunggal putra lapis kedua, Ihsan Maulana Mustofa, Jonatan Christie, dan Anthony Ginting menunjukkan semangat juang mereka yang tinggi.

Mereka mampu membuat pemain unggulan kewalahan. 

Anthony Ginting, meskipun langsung terhenti di putaran pertama, memberikan perlawanan yang sengit atas pemain unggulan kelima asal Denmark, Jan O Jorgensen. Meskipun kalah, Anthony tetap mendapat tepuk tangan meriah dari penonton di Istora Senayan karena nyaris mengalahkan Jorgensen.

Jonatan Christie juga tampil luar biasa saat mengalahkan pemain peringkat tiga dunia, Lin Dan, pada putaran kedua kedua dengan skor yang cukup telak 21-12, 21-12. Pemain berusia 18 tahun itu hanya membutuhkan waktu 36 menit untuk menaklukkan sang Super Dan, julukan bagi Lin Dan.

Begitu pun dengan wakil Indonesia lainnya yang berhasil merebut tiket ke perempatfinal, seperti ganda putri Tiara Rosalia Nuraidah/Rizki Amelia Pradipta, Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istirani, dan ganda campuran, Alfian Eko Prasetya/Annisa Saufik. 

Mereka adalah pemain yang awalya tidak ditargetkan untuk sampai bisa menembus babak tersebut.

“Meskipun hasil Indonesia Open seperti ini, kami cukup gembira dimana pemain muda justru menunjukkan penampilan yang sangat luar biasa. (Anthony) Ginting walau kalah di babak awal tapi dari penampilan bagus,” ujar Ricky.

Dengan demikian, kata Ricky, Indonesia mempunyai harapan ke depannya.

“Ternyata pemain lapisan kedua kita sudah menunjukkan bahwa mereka siap, bahkan tahun depan kita bisa tantang mereka,” kata Rexy.

Hal ini juga tak luput dari pengamatan pemain unggulan Malaysia, Lee Chong Wei. Pada kesempatan yang berbeda, ia mengatakan dengan memiliki tiga senjata di sektor tunggal putra lewat Ihsan Maulana Mustofa, Jonatan Christie, dan Anthony Sinisuka Ginting, Indonesia akan menjadi tim paling kuat di Piala Thomas 2018.

“Mereka merupakan pemain potensial yang kedepannya bisa masuk Top 10 dunia,” ujar Chong Wei. —Antara/Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!