Belgia vs Irlandia: Mimpi kemenangan skuat generasi emas

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Belgia vs Irlandia: Mimpi kemenangan skuat generasi emas

Nico Vereecken

Tekanan besar dialami Belgia. Ekspektasi tinggi dan target lolos langsung ke babak kedua membuat mereka harus memenangi laga ini.

JAKARTA, Indonesia – Belgia mendapat kritikan pedas setelah kalah telak 0-2 dari Italia di laga perdana grup E. Padahal, tim berjuluk Setan Merah tersebut diprediksi bakal menjadi kuda hitam.

Sebelumnya, banyak yang sudah memprediksi mereka akan melaju hingga semifinal atau paling tidak perempatfinal. Pasalnya, mereka memiliki pemain yang hampir semuanya memperkuat klub-klub besar di liga-liga utama Eropa.

Namun, setelah kalah telak dari Gli Azzurri arah angin berubah. Pertanyaannya bukan lagi sejauh mana mereka akan membuat kejutan. Tapi, jauh lebih sederhana: Akankah mereka lolos dari grup E?

Pertanyaan itu mulai muncul karena lawan mereka di laga kedua adalah tim yang paling potensial lolos ke babak kedua menemani Italia, Irlandia.

Tim berjuluk The Boys in Green itu sudah mengemas 1 poin setelah hasil seri melawan Swedia 1-1. Itupun sebenarnya mereka hampir saja menang jika Ciaran Clark tidak membuat gol bunuh diri.

Sebaliknya, Belgia belum meraih satu angka sekalipun. Tekanan bagi pasukan Marc Wilmots itu semakin besar karena para pemain terbaiknya mendapat kritik keras.

Kevin De Bruyne, misalnya. Performa gemilangnya bersama Manchester City tak terlihat saat melawan Italia. Mantan pemain Wolfsburg itu tak berkutik menembus soliditas pertahanan Gianluigi Buffon dan kawan-kawan.

Internal Belgia sedang tak solid

De Bruyne juga kerap keteteran saat harus tracking back alias merebut kembali bola dari kaki lawan.

Hal yang sama juga terjadi pada bomber Belgia, Romelu Lukaku. Striker Everton itu tak mencetak gol bukan karena tanpa peluang. Beberapa kali dia mendapat kesempatan. Tapi, tak ada yang jadi gol.

Praktis, harapan kemenangan bertumpu pada gelandang Axel Witsel dan winger Eden Hazard meski nama terakhir ini lambat start di laga melawan Italia.

Selain itu, Marouane Fellaini juga tak lepas dari kritikan. Perannya dianggap minim.

Situasi di internal Belgia semakin memanas setelah pelatih Marc Wilmots terlibat perselisihan dengan anak asuhnya. Kiper utama Thibaut Courtois mengkritik strategi permainan sang manajer. Menurut dia, ada yang salah dalam pendekatan strateginya hingga tak berkutik menghadapi Italia.

Karena itu, dalam laga melawan Irlandia, banyak hal yang harus diselesaikan Belgia. Jika tak bisa fokus dalam pertandingan, bukan tak mungkin slot runner-up ke ronde kedua Euro 2016 bisa jatuh ke tangan Irlandia.

Apalagi, beberapa pemain Belgia kemungkinan tak bisa tampil. Eden Hazard dan Kevin De Bruyne diragukan bisa tampil. Sebaliknya, di kubu Irlandia hanya Jonathan Walters yang absen.

Tapi, posisi dia bisa digantikan Robbie Keane. Dia bisa dipasang di ujung serangan berduet dengan Shane Long.

Wilmots mengakui, kekalahan atas Italia berdampak besar pada timnya. Apalagi, ekspektasi tinggi sebelum turnamen pada timnya begitu besar. Tapi, dia yakin anak asuhnya bakal bisa mengatasinya.

“Kita semua adalah para pemenang. Kamu ingin memenangi pertandingan dan kekalahan di laga pertama membuatmu frustrasi,” kata Wilmots seperti dikutip Squawka.

Belgia memang harus belajar banyak dari kekalahan tersebut. Kemenangan telak Italia salah satunya karena bek yang longgar menjaga para pemain.

Gol pertama Italia disebabkan garis pertahanan rendah Belgia yang tidak memperhatikan pergerakan Emanuele Giaccherini. Umpan jarak jauh dari garis pertahanan Italia ke gelandang Bologna itu tak bisa mereka antisipasi.

Selain itu, Belgia juga lemah dalam menghadapi serangan balik. Dalam laga melawan Italia, mereka memang dominan dalam penguasaan bola. Tapi, saat mendapat serangan balik, mereka tak berdaya merespons serangan dari sayap.

Akibatnya, saat bola crossing dikirim ke tengah kotak penalti, tidak ada yang menjaga Graziano Pelle.

“Mungkin kekalahan itu terjadi karena kita tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan di pertandingan itu,” kata Wilmots.—Rappler.com

BACA JUGA: 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!