Bareskrim: 4 rumah sakit di Jakarta gunakan vaksin palsu

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bareskrim: 4 rumah sakit di Jakarta gunakan vaksin palsu
Polisi masih terus menyelidiki apakah rumah sakit sengaja menggunakan vaksin palsu atau tidak. Bagaimana cara membedakan vaksin asli dan palsu?

JAKARTA, Indonesia — Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri menyebut peredaran vaksin palsu telah meluas hingga ke Semarang dan Yogyakarta, bukan hanya di Jakarta.

Sebagai bukti, polisi berhasil menangkap dua orang distributor vaksin palsu di salah satu hotel di Semarang, yakni P dan M, pada Senin, 27 Juni.

Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Brigjen Agung Setya mengatakan kedua pelaku masih satu rantai dengan 12 pelaku dalam sindikat vaksin palsu untuk bayi yang sebelumnya ditangkap.

Tetapi, Agung menjelaskan, P dan M lebih terikat dengan 5 sindikat yang berperan sebagai distributor yakni T, D, F, J, dan A. Sementara, 7 pelaku lainnya berperan sebagai sales, pengepul botol vaksin bekas, dan pengemas botol vaksin.

“Kami fokus sekarang ke arah distribusi vaksin palsu ini sampai ke mana. Total tersangka dengan ditangkapnya pelaku hari ini sudah mencapai 15 orang,” kata Agung di Mabes Polri, Senin.

Saat ini, polisi masih mengejar distributor vaksin palsu lainnya. Sebab, dari tangan distributor itulah penyidik bisa memperoleh dokumen pemesanan dan memetakan ke mana vaksin palsu bermuara.

“Karena dengan mengetahui lokasi distribusi, kami bisa melihat seberapa besar persoalan masalah ini. Tim kami bergerak ke Yogyakarta, Semarang, dan kota lain di Indonesia. Kami dalami terus,” tuturnya.

Rumah sakit ikut pakai vaksin palsu?

Sementara itu, ketika ditanya mengenai keterlibatan pihak rumah sakit, Agung mengakui ada beberapa rumah sakit yang memang menggunakan vaksin palsu itu. Tetapi, dia belum tahu apakah penggunaan vaksin palsu tersebut disengaja atau tidak.

Sejauh ini, dia menemukan ada 4 rumah sakit di Jakarta yang menggunakan vaksin palsu. Tetapi, ia tutup mulut ketika diminta media membeberkan nama keempat rumah sakit itu.

“Selain rumah sakit, kami juga temukan vaksin palsu itu ada di dua apotek di Jatinegara dan satu toko obat di Jakarta,” kata Agung.

Ia mengatakan bisa mengetahui rumah sakit yang menjadi pengguna vaksin palsu berdasarkan informasi dari distributor yang sudah ditangkap. Karena mereka memegang informasi dan barang bukti, polisi memprioritaskan untuk mengejar mereka.

Polisi khawatir, distributor bisa bisa menghilangkan barang bukti.

“Kami juga memperoleh data dengan mengkonfrontir pihak rumah sakit dan apotek dengan distributor,” ujar Agung.

Selain mencari informasi dari distributor dan pelaku pemalsu yang sudah tertangkap, Bareskrim juga menggandeng Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Kementerian Kesehatan untuk bisa memetakan distribusi vaksin palsu. Selain itu, meminta agar rumah sakit segera menarik vaksin palsu.

Dalam penilaian Agung, kasus ini memiliki potensi yang besar bahwa oknum medis juga ikut terlibat. Oleh sebab itu, Bareskrim menggelar rapat koordinasi dengan BPOM dan Kemenkes pada hari ini, Selasa, 28 Juni.

“Kami akan bahas bagaimana cara mencegah dan menghentikan pasokan distribusi (vaksin palsu) ini,” tuturnya.

Sulit bedakan vaksin palsu

VAKSIN PALSU. Bareskrim Mabes Polri menunjukkan barang bukti vaksin palsu yang berhasil disita dari pelaku pada Jumat, 24 Juni. Foto: istimewa

Dalam keterangannya, Agung juga memberikan kiat-kiat bagaimana cara membedakan vaksin palsu dengan yang asli. Menurutnya, masyarakat bisa membedakan vaksin palsu berdasarkan tutup botol.

Dalam vaksin palsu, alat press botol yang digunakan masih tergolong rakitan.

“Karet penutup palsu terlihat lebih suram daripada yang asli. Selain itu, bentuknya tidak rapi,” kata Agung.

Selain itu, Agung mengaku sulit bagi masyarakat untuk mengidentifikasi mana vaksin palsu dan asli. Mereka baru mengetahui vaksin tersebut asli setelah objek yang disuntuk jatuh sakit.

“Dampak dari vaksin palsu atau asli tidak terlihat secara langsung. Baru akan terasa dampaknya setelah ada kuman yang menyerang karena dia diberikan vaksin palsu,” kata dia. —Rappler.com

BACA JUGA: 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!