Rasanya menjadi tukang nyinyir, enak cyin!

Zika Zakiya

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Rasanya menjadi tukang nyinyir, enak cyin!
Mengapa pengguna media sosial gemar menyinyiri orang lain? Kepuasan apa yang didapat dari hasil nyinyir? Berikut ‘pengakuan’ dari seorang tukang nyinyir

Nyinyir, satu kata yang sedang tren seiring popularitas media sosial. Nyinyir adalah perkataan yang menyakitkan, berniat membunuh kesenangan, dan merajakan kedengkian.

Kenapa nyinyir itu enak? Because it gives you power of someone else’s emotion. And sometimes it gives you satisfaction, because that particular someone does exactly what you want.

Kami para “nyinyiers” biasanya banyak ditemukan di akun Instagram selebriti, kolom komentar berita, forum, dan artikel berita yang lagi hot. Di mana ada berita, di situ ada nyinyiers. Makin tenar orangnya, makin tajam nyinyirannya. Pokoknya dunia tanpa nyinyiers seperti Awkarin yang kehilangan Gagapuih!

Niat utama nyinyir itu menjatuhkan mental seseorang. Kami enggak rela aja jika ada orang yang lebih bahagia, lebih kaya, dan punya pasangan lebih ganteng/cantik. Enggaaaak! Pokoknya enggak rela! 

(BACA: Kontroversi Awkarin, salah siapa?)

Ucapan pedas yang kami lontarkan paling tidak harus membuat dia merasa hidupnya itu salah. Dia harus merasa bersalah punya hidup enak, sementara kami, pulsa internet aja naudzubillah susah.

Niat tulus kami terpuaskan ketika netizen ikut punya pemahaman sama. Contohnya, ketika ibu penjual nasi bernama Jusriani, alias Saeni, digerebek Satpol PP pada Juni lalu. Itu kejadian sederhana sebenarnya, seorang pedagang kecil dirazia saat bulan puasa, hingga buat pedagangnya menangis. 

Tapi buat kami, NOOOO… tidak sesimpel itu! Ibu tua yang banting-tulang jualan sendirian saat siang hari di bulan puasa itu kami libas dengan hukum agama. Dia nangis saat barangnya diangkut pakai kantong plastik, kami hantam dengan kata, “Syukurin! Siapa suruh buka pas bulan puasa!” 

Ketika dia mendapat bantuan dari warga yang iba, kami beri kalimat pamungkas, “DASAR KAFIR!! Hohoho!!”

Saeni, 53 tahun, mendapat bantuan Rp 10 juta dari Presiden Joko Widodo untuk melunasi utang. Dagangannya disita oleh Satpol PP karena dianggap melanggar peraturan daerah. Foto: Wawan Agus Aji.

Ujung-ujungnya kami menang karena netizen ikut menjelekkan Ibu Jusriani yang biasa tidur di emperan dapurnya itu. Malah ada yang menghasut kalau si ibu punya rumah mewah di kampung dan suaminya bandar judi! Peduli amat jika semua hasutan itu adalah potongan fakta yang dijahit jadi satu keabsahan demi menjalankan niat baik kami yang jahat. Mantaplah itu ketajaman mulut!

Contoh lain adalah si musuh bersama semua wanita bersuami: Mulan Jameela. Dari dasar keilmuan rumah tangga, Mulan bersalah karena “ngambil” suami orang lain. Eh bukan orang lain deh, tapi wanita yang ngasih dia kerjaan sebagai penyanyi tenar ketika dia cuma jadi penyanyi kafe pinggiran.

Mulut (dan tangan) tajam kami bukan hanya berhasil bikin dia takut berinteraksi di dunia media sosial, tapi kami juga mengorbankan anaknya yang masih balita. Anak bernama Safeea yang enggak tahu apa-apa soal dosa orangtuanya itu, wajib ikutan kami bully karena dialah bukti nyata kalau Mulan disayang suami dan diberkahi harta yang enggak habis-habis. Eh, tapi kalau itu berbalik terjadi pada kami, siapa juga yang peduli. Lha wong kami enggak tenar (melet!)

Mau lihat kejamnya kami? Coba lihat akun Instagram @mulanjameela1. Baca nyinyiran kami kata per kata. Kami jamin Anda bakal elus dada dan bergumam, “Untung Ahmad Dhani enggak naksir gue.” 

Tapi ada kalanya nyinyir itu gagal karena malah bikin orang makin tenar. Contohnya si ABG yang baru ngetop itu, Awkarin aka Karin Novilda.

Tadinya enggak ada yang kenal sama ABG baru lulus SMA itu. Tapi karena mulut jahil kami enggak berhenti ngomongin dia, ngoprek kehidupan pribadinya, dan menghujatnya, jadilah dia setenar Sule di kampungnya sono! Malah dia sekarang sukses mendulang uang Rp 32 juta hanya dalam tempo dua hari!

Dengki, sodara-sodara! Uang segitu paling enggal rata-rata dari kami harus kerja 15 bulan dulu, itu pun dengan catatan enggak dipotong uang makan, pulsa hilang, diporotin pacar, ataupun bayar token PLN — dunia enggak adil! huhuhu!

Tapi tenang saja, misi nyinyir kami akan terus berlangsung. Apalagi massa kami banyak dan mulut kami enggak perlu tanggung jawab karena “hanya” tulisan di medsos. Tunggu kami, hai dunia, kalian butuh kami sebagai pengarah pendapat. Dah cyiiin! —Rappler.com

Zika adalah seorang web-editor yang pernah menjajal tiga media nasional di Indonesia. Ia bermimpi mau punya SPBU sendiri sebelum minyak dunia habis dan nyaris mendapat titel kutu buku sejati. 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!